“Kamu yakin tidak apa-apa?” tanya Ailin melalui telepon, merasa tak enak dengan sahabatnya di seberang sana. “Iya gapapa kok, kita sudah sepakat siapapun yang Nathan pilih kita tidak akan saling cemburu.” Clara menyakinkan Ailin. “Serius deh aku masih gak enak sama kamu,” ucap Ailin. “Kalau gitu biar enak aku kirimin kamu makanan deh, kamu pasti lapar kan,” balas Clara “Duh malah ngerepotin.” Ailin semakin tak enak dengan kebaikan sahabatnya itu. “Enggak kok,” balas Clara.
“Eh iya kamu tau gak urban legend yang baru-baru ini ramai dibicarakan di kampung sana?” tanya Clara. “Hah? Urban legend yang mana?” Ailin balik bertanya bingung. “Di kampung tempatmu sekarang, ada yang namanya Tok Man, pria yang suka mengetuk pintu, aku dengar dari warga di kampung tempatmu berada Tok Man ini adalah seorang pria tinggi jangkung dengan lengan panjang, jarinya bengkok seperti ranting pohon, dia tak memiliki mata dan hidung, menambah kengeriannya saat dia menyeringai selebar pipi, memamerkan giginya yang runcing,” jelas Clara serius. “Aduh, kamu tau sendiri kan aku penakut,” ucap Ailin memeluk gulingnya gemetar. “Tapi kamu penasaran kan?” tanya Clara mengejek. “Andai saja aku orangnya gak penasaran juga, kamu harus jelasin, kalau enggak, aku mana bisa tidur,” balas Ailin rasa penasarannya lebih kuat dari ketakutannya.
“Baiklah, Awalnya pria itu hanya seorang pengemis yang meminta makanan dari rumah ke rumah dengan mengetuk pintu, namun tak ada yang memberinya, setelah lama mengetuk pintu rumah-rumah salah seorang warga akhirnya memberinya buah, namun ternyata buah tersebut beracun dan membuatnya meninggal, akhirnya dia mati penasaran. Kamu pasti melihat apel diletakan di luar rumah warga, di malam jum’at kliwon seperti ini warga meletakan buah di atas piring agar Tok Man tidak mengetuk pintu rumah mereka—”
“Lalu apa yang terjadi jika Tok Man mengetuk pintu rumah?” tanya Ailin tiba-tiba. “Jika Tok Man mengetuk pintu rumahmu dan kamu tidak membukakan pintu, dia akan mengetuk benda lain seperti kaca jendela, pintu belakang rumah, atau meja di teras rumahmu, jika terus dibiarkan suara ketukan akan semakin keras dan mengganggu, anehnya sekeras apapun hanya kamu yang bisa mendengar ketukan itu.” jelas Clara membuat Ailin semakin bergidik ngeri.
“J-jadi aku harus membuka pintu dan menemuinya gitu?” tanya Ailin tegang. “Sebaiknya jangan, karena kalau kamu membuka pintu kamu tidak akan melihat siapa-siapa, Knock Man malah akan memasuki rumahmu dan menerkammu dari belakang,” Clara kembali menjelaskan dan terdiam sesaat. “Dan dan lalu gimana?” tanya Ailin tak sabar
Sayangnya panggilan terputus, Ailin mencoba menghubungi kembali sahabatnya itu tapi tak ada jawaban disana, akhirnya dia meletakan hp di samping tempat tidurnya, mendengar cerita dari Clara membuat Ailin merinding.
Ailin tau, cerita dari Clara hanya sebuah urban legend tapi mengingat dia baru pindah kesini ditambah rumahnya yang cukup terpencil tetap saja dia tak bisa menghindari perasaan takutnya, kali ini dia overthinking memikirkan rumah yang besar ini dijual cukup murah, suatu alasan yang sering digunakan karena rumahnya berhantu.
Tok… Tok… Tok…
Suara ketukan pintu terdengar cukup keras, Ailin ragu untuk membuka pintu, dia mencoba kembali menghubungi Clara, namun masih tak ada jawaban. Tiba-tiba pintu kaca jendela kamarnya diketuk membuatnya terkejut dan melangkah mundur, meski berat rasa penasaran membuatnya memberanikan diri untuk melangkah mendekati jendela, lalu ketukan terhenti dan Ailin membuka gorden kamarnya, tak ada seorangpun di sana.
Ketukan pun kembali terdengar, kali ini dari pintu belakang rumahnya, ketukan itu semakin keras dan mengganggu Ailin, oke baiklah meski takut setengah mati rasa penasarannya tergerak untuk menuju pintu belakang, ketukan terhenti sebelum Ailin sampai dan membuka pintunya, anehnya tak ada seorangpun di sana, apakah karena dia lupa meletakan sepiring buah di depan rumah makanya Tok Man mengganggunya sekarang?
Jika mendengar cerita dari Clara harusnya Knock Man sudah memasuki rumah dan menerkam Ailin dari belakang, Ailin memutuskan untuk keluar rumah memastikan apa yang mengganggunya sendari tadi bukan sesuatu yang mengerikan, meski pelan dia putuskan untuk menghadapi angin malam yang dingin, dia menuju ke depan rumah sampai sesuatu menyentuh bahunya dan mengejutkan dirinya dengan sebuah kalimat.
“Permisi mbak, paket hehehe,” “Kurir ba**** t***l an*** g***k ngagetin aja, bisa gak bilang permisi kalau ngetuk pintu,” bentak Ailin geram. “Maaf mbak, tenggorokan saya sedang sakit,” suaranya sangat pelan dan hampir tak terdengar, sepertinya kurir tersebut juga agak kesulitan berbicara. “Hah yaudah, maaf juga mulut saya kelepasan tadi,” ujar Ailin mengambil paket itu lalu kembali memasuki rumahnya.
Sungguh diluar dugaan, ternyata Tok Man itu adalah Kang kurir, Ailin menghela nafas di atas sofa, lalu membuka paket berisi makanan itu, sesaat kemudian hpnya berdering.
“Aduh… Maaf ya paket dataku habis, tadi aku isi ulang dulu, mau dilanjutin ceritanya?” tanya Clara.
Sepertinya Ailin sudah tidak akan merasa ketakutan lagi, mengingat kejadian konyol barusan, tapi karena tidak ingin membuat sahabatnya tak enak Ailin memutuskan untuk mendengarkan kelanjutan ceritanya itu.
“Ah iya makanan darimu sudah sampai, btw kira-kira siapa korban pertama dari si Tok Man itu?” tanya Ailin mengejek lalu melahap makanannya. “Tentu saja yang membunuhnya, kau tau Tok Man mati karena apa?” tanya Clara.
Tak ada jawaban
Clara berdecak, “aku tau ini terlambat tapi membuatmu ketakutan sebelum ajal menjemputmu bukan sesuatu yang buruk, bukan.”
Tamat
Cerpen Karangan: Miftah Wattapad : MAP171615/ Facebook: Miftah AF IG: miftah_abdul17
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 2 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com