“Sakit! Tolong! Ini keras!” Aku meneguk ludah kering, rasa panas membanjiri area punggung dan tanganku berkeringat. Aku tidak berani bergerak sedikitpun. Bahkan mulutku yang ingin berteriak hanya bisa bergerak-gerak kecil dengan kaku. Ibu, aku takut.
“Sakit! Tolong! Ini keras!” “…”
“Sakit! Tolong! Ini keras!” “…” Ibu aku takut, dan aku hanya bisa terisak di dalam hati. Dari sela pintu kelas yang terbuka, tepat lurus mengarah ke arah lemari kosong, aku secara jelas melihatnya. Mataku melebar, tanpa sadar kakiku mundur selangkah, aku berdoa agar kesadaranku hilang saat itu juga.
Di sana, tepat di depan lemari kosong, sekar dengan tubuh penuh luka dan darah mendelik lebar ke arahku. Jantungku semakin terpompa kuat, nafasku naik turun berpacu dengan kuat.
“Sakit! Tolong! Ini keras!” Sekar mengangkat lengannya, kemudian melambaikannya padaku. “Sakit! Tolong! Ini keras!” Ibu, aku takut.
“Tolong, TOLONG AKU!!!” “AAA!!!”
—
Cahaya matahari sore membangunkanku dari tidur, sambil merentangkan tangan dan bangun untuk duduk, aku menatap sekelilingku. Dan kusadari aku berada di kamarku sendiri, di sudut kamar Linda tertidur di kursi belajar sambil memegang novel. “Kenapa dia di sini?” aku bertanya-tanya, mengangkat selimut yang mengurung tubuhku lalu turun dari ranjang untuk membangunkan teman baruku itu.
“Hei, Linda bangun. Kamu kenapa bisa tidur di sini?” Linda mengedipkan matanya yang mengantuk, namun reaksi saat dia dapat melihatku dengan jelas mengejutkanku. Dia langsung memelukku dan menangis. “Rini, akhirnya kamu bangun.” Karena tidak tahu apa yang dia maksud dengan jelas, aku hanya bisa diam terperangah sambil membalas pelukannya. “Iya, aku bangun, terus kenapa?” Linda dengan cepat melepaskan pelukannya, matanya yang sembab menatap mataku tidak percaya. “Rini, kamu itu pingsan selama tiga hari.” “Ha?” Apa-apaan ini? Aku berteriak dalam hati, menatap linda tidak percaya. Aku pingsan tiga hari?
“Iya, kamu inget nggak hari selasa kemarin?” Hari selasa kemarin? Memang sekarang hari apa? Meski masih bingung tapi aku tetap mencoba mengingat. Selasa kemarin adalah hari dimana aku mendengar kisah di balik mitos lemari kosong, lalu… Seketika itu juga mataku melebar. Aku melihatnya, melihat sekar dengan mata kepalaku sendiri.
“Ingat kan?” melihat reaksiku, linda bertanya untuk memastikan, lalu aku mengangguk menjawabnya. “Waktu itu aku tidak langsung pulang, tetapi mencarii satpam penjaga. Lalu, aku mendengar teriakanmu. Kamu pingsan tepat di depan kelas kita, Rin.” Aku berkedip, masih memandang tidak percaya pada linda. Aku membawa tubuhku duduk di atas ranjang dengan kepala yang masih melayang-layang. Jadi, setelah melihat sekar aku langsung pingsan. Tetapi syukurlah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tetap sadar dan menyaksikan tubuh penuh darah itu.
“Hari itu aku melihat sekar-,” “Apa? Kamu melihat sekar?” Aku mengangguk. “Hm. Dia terus berkata ‘Sakit! Tolong! Ini keras!’.” “Seperti di cerita.” Aku menoleh menatap linda. Memang benar mirip seperti cerita linda, dia menceritakan tiga kata itu, tetapi dari nada bicaranya sepertinya cerita yang dia ceritakan belum sepenuhnya tuntas.
“Apa yang kamu ceritakan itu belum sepenuhnya tuntas kan?” aku bertanya sambil menatap dua bola matanya, lalu dia mengangguk menjawabku. “Iya, cerita itu belum tuntas karena kupikir itu bukan point menarik dari seluruh ceritanya.” linda menarik nafas dalam, seperti dia mengambil kuda-kuda untuk meneruskan cerita.
“Sebenarnya, di saat itu sekar tidak hanya seorang diri, tetapi dia bersama seseorang. Orang itu bernama Wulandari. Dari cerita yang kudengar, dia adalah sahabat sekaligus saingan terbesar sekar. Namun, sepertinya persahabatan di antara mereka tidak begitu kuat, ketika sekar menganggap wulandari sebagai sahabat terbaik, wulandari hanya menjadikan persahabatan sebagai kedok untuknya mendekati sekar untuk tahu apa saja yang telah berhasil sekar dapatkan dari prestasinya. Dan ketika kejadian tragis itu terjadi, wulandari hanya diam dan melihat bagaimana sekar kesakitan sambil meminta pertolongannya tetapi wulandari hanya pergi begitu saja tanpa memberi bantuan atau mencari bantuan.”
Aku mengembuskan nafasku yang telah kutahan begitu lama ketika mendengar linda bercerita. Kurasakan juga air mata mengenang di sudut mataku sebelum akhirnya jatuh membasahi pipiku. Kasihan sekali sekar, dia berharap mendapat pertolongan dari orang yang dia percaya tetapi dia malah mendapat pengkhianatan.
“Kupikir sekar tidak bisa tenang karena terlalu kecewa dengan wulandari.” suasana yang hening, kembali pecah setelah aku bersuara. Linda mengangguk, raut wajahnya tak jauh berbeda denganku. “Em. Kupikir juga begitu. Tapi, apa kamu mau tahu? Karma memang datang pada orang yang berbuat seenaknya. Tidak genap sebulan kemudian, wulandari dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dia gila. Arwah sekar yang tidak tenang, mengganggunya siang sampai malam. Mungkin itu bentuk kekecewaan sekar terhadap wulandari,”
Setelah itu hening di antara kami. Matahari yang berguling ke ufuk barat, menggeret warna hitam memenuhi langit. Linda berpamitan pulang dan aku mengantarnya sampai ke depan gerbang.
Ketika linda melanjutkan ceritanya tentang lemari kosong sore tadi, ingatanku selama aku pingsan terulang di otakku. Orang-orang mungkin menatapku dengan perasaan iba karena aku pingsan, tetapi di bawah alam sadarku, aku bertemu sekar. Aku melakukan perjalanan waktu ke masa sekar masih hidup dan wulandari menjadi sahabatnya, aku menyaksikan mereka menghabiskan hari bersama, mereka tertawa dan berbagi cerita. Sayangnya waktu yang mereka habiskan bersama tidak terlalu berarti untuk wulandari. Sekar yang masih bergentayangan sampai sekarang, adalah roh jahat yang menyerap kekecewaan sekar ketika melihat sahabat satu-satunya pergi meninggalkannya merenggut nyawa. Menurutku, tidak salah jika membuat wulandari gila, karena jika aku berada di posisi sekar, aku akan melakukan hal yang sama. Karena bagiku tidak ada yang lebih kejam dari pengkhianatan orang yang paling kita percayai.
END.
Cerpen Karangan: Kheiyn Nak Blog / Facebook: Kheiyn Nak Kheiyn Nak adalah nama pena.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 22 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com