Di gerbang depan sebuah Rumah Sakit di tengah kota yang sedang diguyur hujan, masuk sebuah motor bebek yang dikendarai oleh seorang pria paruh baya. Motornya melaju pelan ke arah parkiran motor di samping bangunan.
Setelah memakirkan motor dan melepaskan helmnya, pria itu segera berlari menuju pintu samping. Dengan masih mengenakan jas hujannya pria itu berjalan menuju ke arah belakang bangunan Rumah Sakit.
Sesampainya di sebuah ruangan yang cukup besar, segera dia melepaskan jas hujan yang dikenakannya dan menggantungnya.
“Si Rudi sudah pulang rupanya. Tak biasanya dia pulang terlebih dahulu sebelum aku datang. Mungkin karena dia tidak mau terjebak hujan, makannya dia segera pulang”, gumam Andi pelan. Andi adalah seorang penjaga Ruangan Mayat. Seperti biasa dia bertukar shif dengan temannya yang bernama Rudi.
Diperhatikannya sekeliling ruangan, terlihat berderet kereta mayat yang berjumlah 8 buah. “Sepertinya ada penghuni baru nih”, katanya pelan. Andi menyadari itu karena sehari sebelumnya hanya ada 4 kereta mayat yang terisi.
Dilangkahkan kakinya ke arah kereta mayat bernomor 5 dan 6. Dibacanya keterangan yang menempel pada kereta mayat itu.
Saat dia sedang membaca, tiba-tiba terdengar sebuah benda jatuh di belakangnya. Seketika Andi menoleh ke belakang. Andi sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian ganjil di ruangan ini. Suara-suara manusia tanpa wujud, benda yang bergerak sendiri dan sebagainya.
Dilangkahkan kakinya menuju sumber suara itu. “Iya saya tau, kamu penghuni baru kan?, Saya tau kamu mau kenalan. Saya kerja di sini, kamu juga baru di sini, jadi kita jangan saling mengganggu ya”, kata andi sambil memungut jas hujan yang baru saja digantungnya yang kemudian entah kenapa tiba-tiba terjatuh ke lantai.
“Dingin-dingin begini enaknya minum kopi manis nih”, gumamnya. Dilangkahkan kakinya ke sebelah ruangan kamar mayat yang merupakan dapur kecil untuk berbagai keperluan. Dihidupkannya kompor dan diletakkannya panci untuk memanaskan air. Sambil menunggu airnya panas, Andi bersenandung pelan menyanyikan lagu band kesukaannya.
Terdengar sayup-sayup siulan yang mengiringi senandungnya. Didengarnya siulan itu cukup nyaring, seperti berasal dari ruangan kamar mayat.
Beberapa saat kemudian bunyi panci air mengagetkan Andi. Segera dituangkannya air panas itu ke dalam cangkir yang telah berisi kopi dan gula. Segera dia kembali lagi ke ruangan mayat.
Diletakkannya cangkir kopi itu di atas meja, tapi baru saja Andi ingin duduk, matannya menangkap sesuatu yang ganjil. Dia terdiam terpaku, wajahnya pucat pasi. Tak terasa keringat dingin menetes dari keningnya. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya dia berkata, “kemana mayat di kereta nomor 6??”.
Dengan keberanian yang masih dimilikinya, perlahan dia berjalan mendekati kereta mayat itu. Dilihatnya kereta itu seperti telah bergeser dari tempatnya semula dan kain penutup mayatnya pun telah jatuh di atas lantai.
Dengan keadaan panik diarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ditundukkannya tubuhnya hingga dia berjongkok untuk melihat di sekitar kolong kereta-kereta mayat. “Tidak ada, astaga! Kemana mayat itu?”
Seketika pandangannya terhenti pada kolong kereta mayat nomor 1. Kereta mayat nomor 1 terletak di dekat pintu keluar kamar mayat. Betapa terkejutnya Andi, tampak sepasang kaki manusia berdiri tepat di samping kereta mayat nomor 1. Karena dalam posisi sedang berjongkok dan pandangannya terhalang, Andi hanya dapat melihat bagian kakinya saja. Kakinya seperti kaki manusia akan tetapi kulitnya berwarna hitam legam dan tanpa alas kaki. Secepat kilat Andi berdiri, dan melihat ke arah kereta nomor 1.
Heran, itu lah yang ada dipikirannya sekarang. Tak tampak satu pun manusia yang berdiri di sana. Padahal dengan pasti tadi dia telah melihat sepasang kaki yang sedang berdiri. “Apakah itu hantu?”, batin Andi dalam hati.
Selama 10 tahun dia bekerja di ruangan mayat ini, tapi kalau dibilang baru kali ini dia melihat wujud hantu walaupun cuma sebatas kaki. Seakan tak percaya dan ingin memastikannya kembali cepat-cepat dia berlari ke arah pintu keluar kamar mayat, siapa tau memang ada orang yang berdiri tadi di sana. Hanya tampak lorong-lorong kosong dan rintik hujan yang membasahi taman kecil di depannya.
Seketika hawa dingin menyelimutinya, tubuhnya menggigil kedinginan, disilangkannya kedua tangannya di depan dadanya. Cepat-cepat dia berbalik masuk dan menutup pintu kamar mayat.
Seketika Andi terpaku, didengarnya suara seperti benda yang diseret di lantai. Kemudian dia berbalik dan mencari asal suara itu, suaranya pelan tapi jelas sekali. Arahnya dari kereta yang paling ujung yaitu nomor 8. Karena pandangannya terhalang oleh kereta-kereta yang lain, sehingga dia tidak dapat melihat ke arah lantai dimana suara itu berasal.
Untuk memastikan benda apa yang membuat suara itu, perlahan dia berjalan ke arah tengah ruangan agar pandangannya lebih jelas. “AaakKkkhhh….!!!”, tiba-tiba Andi menjerit sejadi-jadinya. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, tubuh Andi melemah, seakan kakinya tak kuasa menahan berat tubuhnya, dia pun jatuh terduduk di lantai.
Dihadapannya tampak sesosok makhluk dengan kulit hitam legam dalam posisi merangkak pelan ke arah Andi. Matanya seakan memandang tajam ke arah Andi dengan giginya yang menyeringai marah.
Makhluk hitam itu merangkak maju sambil mengeluarkan suara geraman yang membuat Andi tambah ketakutan.
Tak kuasa Andi melihatnya, ditutupnya wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Pergi!!, jangan sakiti aku!”, pekik andi gemetar.
Semakin lama suara geraman itu semakin jelas, yang sepertinya sudah mulai mendekat ke arah Andi.
Tiba-tiba sebuah cengkraman kuat memegang kedua belah tangan Andi dan menyingkirkannya dari wajahnya. Betapa terkejutnya Andi, sekarang dihadapannya terpampang sosok makhluk hitam dengan wajah setengah hancur di bagian atas kepalanya. Walaupun wajahnya hitam, andi dapat melihat tetesan darah segar yang mengucur dari atas kepalanya yang hancur.
“Kenapa kau membunuhku?”, terdengar sebuah pertanyaan dari sosok makhluk hitam itu. “Membunuhmu? Apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti”, jawab andi gemetar. “Kau tak ingat apa yang telah terjadi? Aku begini karena ulahmu. Lihatlah aku sekarang, apakah kau tak mengenaliku?”, wujud makhluk hitam itu semakin mendekatkan wajahnya ke hadapan Andi.
“Rudi… itukah kau?”, kata Andi seakan tak percaya. Andi baru menyadari kalau yang dihadapannya sekarang adalah teman kerjanya. “Ya, ini aku Rudi. Akibat ulahmu aku jadi celaka, aku kehilangan kendali hingga aku terjatuh dan menabrak sebuah mobil Truk dan terbakar”, kata makhluk itu dengan nada marah. “Apa yang kau bicarakan? Tak pernah aku..”, Andi terdiam, sebelum dia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba dia teringat kejadian saat di jalan menuju Rumah Sakit.
Saat itu jalanan sedang sepi karena hujan, hanya beberapa kendaraan roda empat yang melaju di jalanan.
Karena terburu-buru, Andi menambah kecepatan motornya dan mencoba menyalip sebuah mobil di depannya. saat Andi menyalip, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah motor. Karena terkejut cepat-cepat Andi menghindar ke arah kiri.
Karena teringat akan hal itu tak terasa air matanya menetes dan Andi mulai menangis. “Apakah orang yang mengendarai motor itu adalah kau, Rudi? Oh.. tuhan, maafkan aku”, Andi menangis sejadi-jadinya. “Ya, Andi. Itu aku. Sekarang aku ada di sini, menjadi penghuni Ruangan ini selamanya sama sepertimu”, kata makhluk itu sambil tersenyum hingga menampakkan giginya yang mengeluarkan darah.
“Penghuni di sini selamanya bersamamu? Apa maksudmu?”, Andi terkejut dengan perkataan makhluk itu.
“Kau sama sepertiku, Andi. Kau juga sudah mati. Kau terjatuh dan menabrak sebuah pohon saat mencoba menghindariku”, kata makhluk itu sambil tersenyum sinis dan kemudian dia mulai tertawa hingga menggema di dalam kamar mayat.
Cerpen Karangan: Supriansyah Blog / Facebook: Supriansyah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Mei 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com