Semester satu telah memasuki pertengahan semester. Kelas 10 Mipa 2 kehadiran siswi baru, pindahan dari kota seberang. Namanya Vega. Gadis cantik berkulit putih bersih dengan senyum menawan itu seketika jadi primadona kelas. Rambut hitam panjangnya terurai membuat kaum adam yang berada di kelas terkagum-kagum.
“Silakan kamu memilih tempat dudukmu” ucap Bu Sri pada Vega yang tadi telah memperkenalkan diri di depan penghuni kelas. Vega mengangguk lalu ia mengedarkan pandangan ke seluruh bagian kelas. Seketika pandangannya berhenti pada meja paling pojok di kelas itu, buru buru ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Saat itu juga ada seorang murid yang melambaikan tangan ke arah Vega, meminta Vega untuk duduk bersamanya. Vega pun mengangguk lalu berjalan menuju meja murid tersebut. Mereka saling berkenalan.
“Kenalin namaku Lily” ucap murid itu tersenyum pada Vega. “Kenalin aku Vega” ucap Vega membalas senyuman Lily. Mereka kemudian mengikuti pelajaran dengan seksama. Vega masih mencuri curi pandang pada meja paling pojok di kelas itu, ia masih terkejut dengan apa yang ia lihat tadi.
Bel istirahat berbunyi, seluruh murid berhamburan menuju kantin. Memesan makanan yang mereka suka. Termasuk Vega dan Lily. Mereka seketika menjadi teman akrab. Mereka membicarakan apa saja, tidak pernah habis bahan obrolan. Hingga pada suatu ketika Lily membahas tentang meja paling pojok di kelas itu.
“Veg, aku liat liat kamu tadi nengok nengok terus sih ke meja paling pojok?. Kamu bisa lihat yah?” Tanya Lily. Vega yang sedang menyuap kuah bakso seketika tersedak. Vega dan Lily panik, Vega segera minum air putih banyak banyak. “Kamu nggak apa apa kan?” Tanya Lily. Vega mengangguk pertanda ia baik baik saja. “Kok kamu bisa bilang gitu Li?, kok kamu tahu aku bisa lihat?” Tanya Vega. “Sebenernya aku nggak tahu kalo kamu bisa lihat, tapi dari gelagat kamu waktu liat meja itu kamu keliatan banget terkejut dan ketakutan. Kamu pasti lihat sosok itu kan?” Tanya Lily. Vega agak terkejut mendengarnya, seketika ia antusias. “Iya aku tadi lihat sosok itu. Memangnya dia siapa? Kenapa dia ada disitu?” Tanya Vega penasaran.
“Aku denger rumor dari kakak kelas. Meja paling pojok itu dulunya ada murid yang menempatinya. Namanya Sekar. Dia jadi korban bullying di kelas ini karena dia kampungan dan datang dari keluarga miskin. Kamu tahu kan seberapa bergengsinya sekolah ini?, bagi Sekar inilah mimpinya bisa sekolah di sekolah elit seperti ini. Dia sebenarnya murid yang pintar namun dia naif, mau saja dimanfaatkan saat murid lain butuh jawaban saat ulangan. Kalau kata pepatah habis manis sepah dibuang, seperti itulah nasib sekar. Dia hanya dimanfaatkan saja oleh segelintir murid yang berkuasa di kelas itu. Sekar sering mengalami bullying yang membuat dia tertekan, bukan hanya dengan omongan tapi secara fisik juga. Dia sering dipukul ramai ramai tanpa alasan, dia sering dijambak dan di tampar oleh murid perempuan. Bahkan kabarnya dia juga jadi korban kekerasan s*ksual. Hingga pada suatu saat Sekar sudah tak sanggup menerima perlakuan buruk murid murid di kelasnya. Ia memutuskan bunuh diri, dia terjun dari atas balkon lantai tiga saat semua murid sudah pulang. Jasadnya baru ditemukan pagi harinya saat satpam berkeliling di halaman sekolah. Itu cerita yang aku dengar.” Ucap Lily bercerita panjang lebar. Vega mendengar dengan sangat serius.
“Dia angkatan berapa?” Tanya Vega. “Sudah lama banget, mungkin belasan tahun yang lalu tapi arwahnya masih bergentayangan sampai sekarang. Terkadang dia menampakan diri sedang duduk termenung di meja paling pojok itu” ucap Lily. Vega mengangguk. Ia tak bisa membayangkan menjadi Sekar. Mungkin banyak sekali beban yang dia tanggung saat itu hingga ia memutuskan bunuh diri.
“Kamu lihat sosok itu seperti apa Veg?” Tanya Lily. “Penuh darah dan tubuhnya rusak. Ngeri banget Li” ucap Vega begidik ngeri. “Penggambaran kamu akurat Veg, seperti itulah sosok Sekar saat menampakkan diri. Kita sebagai penghuni baru kelas itu harus tetap menghormati dia. Belajar dari masa lalu. Belajar kalau dampak dari bullying itu bisa semengerikan itu.” Ucap Lily. Vega mengangguk setuju.
“Terus yang bully Sekar gimana nasibnya Li?” Tanya Vega penasaran. “Nah itu sisi menarik dari kisah Sekar ini Veg, semua yang pernah ngebully Sekar sekarang kabarnya masuk rumah sakit jiwa. Gak ada satupun yang luput. Kamu bayangin ada berapa banyak yang pernah ngebully Sekar dan mereka semua gila.” Ucap Lily. Vega begidik ngeri. “Ngeri banget Li..” ucap Vega. “Sampai sekarang meja itu selalu kosong dan gak ada orang yang berani duduk disana maupun menggeser meja itu. Makanya waktu aku liat kamu ngeliat meja itu aku cepetan panggil kamu supaya duduk sama aku aja. Ehh ternyata kamu sudah lihat sosok itu duluan.” Ucap Lily. Vega tersenyum kearah Lily. “Thanks ya Li” ucap Vega. Lily tersenyum senang.
Bel masuk sudah berbunyi. Mereka segera masuk kedalam kelas. Saat masuk Vega melihat ke arah meja di pojok itu, ia memberanikan diri melihat sosok itu. Vega terkejut sosok itu tidak dalam kondisi yang mengenaskan. Namun dia terlihat sangat cantik dan dia tersenyum kearah Vega. Vega pun balas tersenyum sambil mengangguk penuh hormat pada Sekar.
Tamat
Cerpen Karangan: Seli Oktavia Facebook: Selliii Oktav Ya