Langit tampak cerah, sang Dewi Malam mulai menampakan sinarnya dengan malu-malu dari ufuk barat. Sore itu Tony dan Romy berencana untuk pergi menonton sebuah grub band terkenal yang konser di daerahnya.
“Yakin kita mau berduaan nih?” tanya Tony, tampak keraguan di wajahnya. “Iya, Bejo sama Warno nggak jadi ikut,” jawab Romy, suaranya jelas menunjukan kekesalan. “Udah lah, kita nonton aja, peduli apa dengan hantu Nina yang menghuni jembatan gedung kulon itu?” lanjutnya setengah memaksa. Tony berfikir sejenak, terlihat ia sangat bingung untuk menerima ajakan Romy. Bayangan hantu Nina, terus mengganggu fikirannya.
Nina, merupakan seorang gadis yang meninggal belum lama ini. Ia meninggal dengan cara yang tidak wajar, jenazahnya ditemukan tanpa busana di pinggir sungai Gedung Kulon, sebuah sungai besar yang airnya mengalir deras di sebelah barat desa Gedung Kulon. Dari jenazahnya, jelas Nina meninggal karena diperkosa secara brutal. Jenazahnya ditemukan sudah membusuk dan diperkirakan sudah meninggal selama tiga atau lima hari.
Setelah ditemukannya jenazah Nina, warga desa sangat gempar, karena kabarnya Nina gentayangan, arwahnya sering mengetuk-mengetuk rumah warga saat tengah malam. Selain itu, kabarnya setiap warga yang melintas di jembatan Gedung Kulon tengah malam, juga akan bertemu hantu Nina. Hantu itu menyetop setiap pengendara motor yang melintas tengah malam di jembatan itu. Sudah banyak warga yang bertemu dengan hantu Nina, bahkan ayah Tony sendiri.
Hal itulah yang membuat Tony merasa ketakutan untuk pergi nonton konser dengan Romy. Ia tahu, nonton konser pasti sampai tengah malam dan Ia takut pulangnya akan bertemu hantu Nina di jembatan Gedung Kulon.
“Udahlah, ayo kita berangkat, mumpung nggak hujan juga, lagian kapan lagi kita melihat artis ibukota secara langsung?” ujar Romy terus mengajak Tony.
Karena Romy terus-terusan memaksa, akhirnya Tony menerima ajakannya juga. Motor melaju dengan kecepatan sedang, jalanan yang berbatu membuat Romy tak bisa melaju motornya dengan kecepatan tinggi, meskipun hatinya tak sabar untuk segera sampai di lokasi konser.
Motor terus melaju ke arah barat, keluar desa dan semakin mendekati jembatan Gedung Kulon. Suasana semakin sepi, bokhlam 5 watt penerangan jalan yang sesekali mereka lewati justru membuat suasana semakin temaram, dan menambah keseraman menurut Tony.
Akhirnya mereka tiba di jembatan Gedung Kulon. Tony bersukur karena tak ada apapun di sana. “Nggak ada apa-apa kan? Mana hantu Nina? Dia mah nggak berani menampakan diri di hadapan gue! Kalo berani biar gue cium!” ujar Romy tiba-tiba, disusul suara tawanya. Sontak ucapan itu membuat Tony kesal, karena Romy ngomongnya tepat di atas jembatan.
Setelah hampir satu jam mengendara, akhirnya mereka tiba di lokasi konser. Romy sedikit kesal karena ternyata konser sudah dimulai. Ia dan Tony berdesakan dengan orang-orang yang memenuhi lapangan. Tiba-tiba, Wajah Tony memucat seketika ketika melihat seorang wanita di hadapannya, diantara kerumunan ratusan orang, jelas Tony melihat Nina disana. Ia berjarak tak kurang dari 2 meter di hadapan Tony, tersenyum kepada Tony, dengan wajahnya yang sangat pucat.
Tony mencoba untuk menghilangkan perasaan takutnya, Ia berbaur dengan orang-orang yang berjoget menikmati musik reggae yang dibawakan artis ibu kota.
Konser telah selesai, Tony dan Romy bersiap untuk pulang. Kembali rasa takut mengganggu perasaan Tony, bayangan wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Nina kembali terbayang, seolah melekat di pelupuk matanya.
Dengan kecepatan tinggi Romy melaju motornya, akan tetapi saat memasuki daerah pedesaan motor sudah tidak dapat melaju cepat, karena jalanan aspalnya yang sudah rusak dan berbatu. Motor terus melaju, semakin mendekati jembatan Gedung Kulon. Refleks Tony mengusap pergelangan tangannya, saat merasakan ada tetesan air yang jatuh ke tangannya. Ia menengadahkan wajahnya ke atas, untuk melihat apakah langit mendung?. Saat Ia melihat ke atas, sekelebat Ia melihat ada benda berwarna putih yang terbang, hanya sesaat Ia melihatnya, hanya dalam hitungan detik.
Pulangnya memang Tony tak banyak terlibat pembicaraan dengan Romy, selain lelah dan mengantuk, Tony juga merasakan, suasana sangat mencekam. “Hyhyhyhyhy.” Sedari tadi Tony mendengar suara itu, tapi awalnya tak terlalu jelas, sehingga Tony masih berfikir itu suara binatang malam. Tapi diantara suara deru mesin motor, Tony mencoba fokus mendengarkan, itu suara apa, dan Tony mulai yakin bahwa suara itu suara orang merintih.
Tony masih belum berani menyampaikan apa yang didengarnya kepada Romy, dan Ia benar-benar tersentak kaget bahkan hampir jatuh dari motor saat tiba-tiba Romy mengerem motornya sangat mendadak.
“Allah huakbar! Ada apa, Ro?” tanya Tony. Rony hanya diam, saat itu mereka hanya sekitar jarak 10 meter dari jembatan Gedung Kulon. Romy diam, tak menjawab pertanyaan Tony, akan tetapi tangannya menunjuk kedepan. Ternyata di sana, diatas jembatan, berdiri sosok pocong yang meskipun didalam kegelapan, jelas Mereka dapat melihat wajah pocong itu yang merupakan wajah Nina.
“Yaa Allah Pocong, Rom!” seru Tony dengan suara gemetar. “Iya gue juga tau itu pocong, siapa bilang itu bencong?” jawab Romy dengan suara yang juga gemetar. “Kita puter balik, Rom, kita ke rumah Dewi aja, kita nginep di sana!” Romy setengah dongkol mendengar saran Tony, dalam suasana kaya gini, dia masih berfikir buat nginep di rumah cewek.
Meskipun demikian, Romy memutar motornya ke arah barat, dan melajunya dengan kencang meskipun jalanan berbatu. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah Dimas, kawan mereka di desa sebelah. Beruntung Dimas belum tidur karena dia juga baru pulang nonton konser.
TAMAT
Cerpen Karangan: Mohammad Aenul Yaqin Blog: Ainulpodcaster.blogspot.com Seorang mahasiswa tunanetra