Siang menjelang sore itu udara sangat panas. Aku mengipaskan buku tulisku karena kegerahan. Teman temanku yang lain malas malas tiduran di kelas. Guru sejarah tidak masuk kelas siang ini karena ada kepentingan. Kami disuruh mengerjakan soal di buku paket. Tentu saja hanya siswa rajin dengan otak encer yang mengerjakan soal itu dengan senang hati. Aku malas malasan, masih ada hari esok dan masih ada teman teman yang bisa kumintai contekan. Jangan kalian tiru kebiasaanku ini. Aku hanya malas, tapi otakku jika kugunakan sepenuhnya aku bisa menjadi juara satu di sekolah. Aku membenamkan wajahku di meja. Aku tertidur.
Sepi.. hening… Aku membuka mataku, mengerjapkan mataku. Melihat sekeliling. Sudah sepi. Hanya aku sendirian di kelas. Aku ditinggal pulang. Sialan!. Aku melihat ke jendela, matahari segera terbenam. Jam menunjukkan pukul 5 sore lebih satu menit saja. Aku segera memberesi buku sambil merutuki teman temanku yang dengan tega tidak membangunkanku saat bel pulang. Akan aku balas perbuatan mereka besok!. Dengan keadaan yang sepi dan sunyi seperti ini, kelasku terlihat sedikit menyeramkan. Aku segera bangkit untuk langsung pergi.
Tiba tiba… “Brakkk!!!” Aku dikagetkan dengan pintu kelas yang tadinya terbuka lebar, tiba tiba menutup sendiri. Aku mengatur degub jantungku. Tiba tiba udara disekitarku menjadi dingin, bulu kudukku berdiri semua. Aku berlari ke arah pintu. Mencoba membukanya.
“Tolong!!!!! Buka pintu ini!!! Tolong!!!” Ucapku sambil berteriak histeris. Aku takut. Berkali kali mencoba membukanya. Namun pintu tidak terbuka sedikitpun, seperti dikunci. Aku sangat ketakutan. Suasana menjadi menyeramkan. “Sreettt… sreetttt…” aku berhenti berteriak dan mendobrak pintu saat suara itu terdengar. Itu suara kursi guru yang bergerak sendiri seperti ada yang menyeretnya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kursi itu seperti ada yang menyeretnya. Dan sialnya arahnya menuju aku. Aku kembali berteriak histeris dan memukul mukul pintu berusaha keluar. Kursi itu semakin dekat padaku. Aku menangis ketakutan. Untuk ukuran cowok SMA menangis adalah sebuah hal memalukan. Tapi itu refleks karena aku sangat ketakutan dengan apa yang aku hadapi sekarang.
“Sreet.. sreett…” suara itu membuatku berteriak histeris. Aku membaca doa doa yang aku hafal, entah doa itu benar atau tidak. Kursi itu terangkat perlahan, semakin tinggi dan semakin tinggi. Tidak terlihat sosok yang mengangkat kursi itu. Namun hal itu adalah hal mengerikan yang pernah aku lihat. Saat kursi itu semakin tinggi. Tiba tiba saja gagang pintu bisa berfungsi kembali. Aku dengan kecepatan kilat segera keluar dan menutup pintu itu segera. Aku berlari sekuat tenaga.
“Braakkkkkk!!!!!” Terdengar bunyi yang amat keras dari kelasku. Sepertinya kursi itu dilemparkan menuju pintu. Aku segera berlari menuju parkiran. Tanpa melihat kanan kiri. Untungnya di parkiran masih ada beberapa anak pramuka yang telah selesai ekskul. Aku sedikit tenang. Anak anak itu menatapku keheranan yang berlari dengan wajah ketakutan serta rambut berantakan.
“Kenapa bang?” Tanya salah satu anak pramuka itu menghampiriku. Sepertinya dia anak kelas 10. Aku dengan nafas yang masih naik turun segera menggelengkan kepala. Lalu memasukkan kunci motor dan segera pergi. Anak itu keheranan melihat tingkahku. Aku sempat melihat ruang kelasku yang berada di lantai dua. Ada sosok disana. Melihatku memacu motor. Sosok itu tersenyum amat menyeramkan, tanpa sedetikpun memalingkan pandangannya padaku. Aku segera pulang. Aku sangat ketakutan.
Sesampainya di rumah, aku segera menelepon Yeremia, teman sebangkuku. Aku mencaci maki dirinya. Aku memarahinya yang tidak membangunkanku. Aku menyumpahi dirinya. Mengatakan semua kata caci maki. Dan dia hanya tertawa menanggapinya. “Memangnya ada apa?” Ucapnya menanggapi semua cacian dariku dengan santai. Aku berteriak, menceritakan semua yang aku alami tadi padanya. Tanpa sedikitpun yang aku lewatkan. Saat di ujung ceritaku, dia terdiam. Dan mengatakan hal yang sama sekali aku tidak tahu apa maksudnya.
“Ternyata benar mitos jam lima sore di kelas itu..” ucap Yeremia. Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi yang pasti aku akan mengamuk padanya jika besok aku bertemu dengannya!.
Tamat
Cerpen Karangan: Seli Oktavia Facebook: Sellii Oktav Ya