Izinkan aku bercerita mengenai pengalamanku saat pindah ke rumahku yang baru. Namaku Alfian. Umur 16 tahun. Akan masuk Sekolah Menengah Atas tahun ini.
Selepas kepergian Papa bulan lalu, Mama mengajak kami pindah ke rumah baru yang ada di luar kota. Kebetulan mama ditugaskan mengajar di luar kota, jadi mau tidak mau kami sekalian pindah rumah. Mama memanfaatkan uang peninggalan dari kantor lama Papa untuk membeli rumah baru kami ini. Singkat kata, hari itu kami memindahkan semua barang barang yang ada di rumah lama ke rumah yang baru.
Rumah baru kami memiliki dua lantai. Lebih sederhana dan minimalis daripada rumah yang lama. Aku yang pada dasarnya memiliki indera yang lebih sensitif daripada orang pada umumnya, merasakan ada energi yang aneh di rumah itu. Mamaku dan adikku terlihat biasa saja, malah mereka terlihat senang melihat lihat fasilitas yang ada. Apalagi mama terlihat puas karena harga rumah ini lebih miring untuk ukuran rumah sebesar dan sebagus ini dan dengan fasilitas yang bagus. Aku saat pertama kali memasuki rumah itu, bulu kudukku berdiri semua. Padahal hari itu masih siang. Aku langsung merasakan kehadiran ‘mereka’, meskipun aku tidak bisa melihat ‘mereka’. Aku segera membaca doa doa, saat suasana normal kembali aku segera membereskan barang barangku ke kamarku yang baru.
Aku yakin sosok yang tidak terlihat di rumah ini sangat banyak sekali. Aku mengusulkan pada mama supaya menggelar pengajian dalam rangka pindah rumah. Mama mengetujuinya dan besoknya kami mengundang para tetangga untuk mendoakan kami. Setelah pengajian itu selesai, suasana rumah menurutku menjadi hangat dan menjadi agak berbeda dari sebelumnya. Aku bersyukur akan itu.
Hari hari berikutnya, aku mengalami berbagai gangguan dari ‘mereka’. Seperti saat aku akan tidur tiba tiba jendela kamar seperti ada yang mengetuknya. Berkali kali dan semakin lama semakin keras. Hal itu terjadi berhari hari lamanya. Namun aku sudah kebal dengan hal hal semacam itu. Mungkin mereka ingin mengajakku main atau sekedar iseng menjahiliku. Entah. Saat aku menonton televisi di ruang tengah yang berbatasan dengan kamar mandi, terdengar suara kran air yang menyala sendiri padahal sebelumnya tertutup dan saat itu hanya ada aku di rumah itu. Kejadian itu memang mengerikan dan membuat bulu kuduk berdiri. Namun, aku tak terlalu menghiraukannya selagi mereka tidak berniat jahat padaku. Tapi kejadian yang membuatku penasaran adalah saat mereka mengetuk jendela kamarku. Kejadian itu terus berlangsung tanpa seharipun reda. Karena penasaran, aku mencoba membuka jendela itu. Tidak ada apapun, aku kembali menutup jendela itu. Tiba tiba terdengar bunyi wanita menangis. Aku terkejut. Tubuhku merinding tak terkira. Jelas sekali itu bukan suara mama. Aku jatuh terduduk di ranjang. Suara itu terdengar kecil namun mampu membuat tubuh bergetar.
“Mau apa kamu?!” Teriakku. Hening dan hanya ada suara gesekan dahan pohon di luar rumah. Sosok itu muncul, menampakkan diri di sebelah jendela. Menatap kosong diriku yang memeluk lutut karena ketakutan. Berkali kali aku melihat sosok yang menyeramkannya lebih dari ini. Namun melihat sosoknya tetap saja membuatku takut.
“Apa yang kamu mau?!” Ucapku. Wajah pucatnya menatapku dalam dalam. Pakaiannya penuh bercak darah. Anggota tubuhnya normal, dan ada sedikit aliran darah yang mengering dari sudut kiri bibirnya.
“Tolong aku..” suara itu bergema. Sangat mengerikan mendengarnya. “To.. tolong apa? Kamu mau apa??!” Ucapku takut takut melihat sosok dia. “Pindahkan makamku. Makamkan aku secara layak.” Ucapnya lalu merintih lalu tubuhnya perlahan jatuh. Sosok itu sepertinya sangat sedih.
“Memangnya kamu siapa? Makam kamu dimana?” Tanya ku yang sedikit iba padanya. “Aku Sulastri. Pemilik rumah ini. Aku dibunuh suamiku. Dimakamkan di samping kamarmu ini. Tolong pindahkan makamku..” ucap sosok itu. Aku mencoba mencerna ucapannya. “Aku akan mencari cara untuk membantumu.. tapi aku mohon berhentilah mengetuk jendela kamarku. Aku ingin beristirahat dengan tenang tanpa ada gangguan dari makhluk seperti kamu..” ucapku. Sosok itu perlahan mengangguk lalu menghilang secara tiba tiba. Aku pun segera tidur. Amat lelah.
Besoknya, hari sabtu aku gunakan untuk mencari tahu mengenai suami yang sosok itu katakan. Dia tidak mengatakan nama suaminya, hanya mengatakan Sulastri pemilik rumah ini. Aku bertanya pada mama. Mama mana tahu perihal privasi pemilik rumah ini sebelumnya. Aku pun menghubungi Pak Aryo, orang yang menjual rumah ini. Aku menemuinya di rumah dia yang baru. Pak Aryo mengatakan memang istrinya telah meninggal. Saat aku menanyakan apakah nama istrinya adalah Sulastri, ekspresi wajah Pak Aryo mendadak berubah.
“Tahu darimana kamu?!” Ucapnya sedikit membentakku. Aku terkejut akan nada bicaranya yang mendadak berubah. Aku menelan ludah. “Maaf Pak, bukannya saya ingin menggurui bapak, tapi sebaiknya makam Bu Sulastri dipindahkan dan dimakamkan secara layak. Dia berpesan pada saya tadi malam.” Ucapku berterus terang. Wajah Pak Aryo mendadak merah padam. “Sulastri sialan! Sudah mati saja masih merepotkan!” Gerutu Pak Aryo, terlihat seperti marah sekali.
“Ka.. kalau boleh tahu, dia meninggal karena apa Pak? Kenapa dimakamkan disamping kamar saya?” Tanyaku dengan sedikit gemetar melihatnya marah. “Kamu jangan macam macam! Ini urusan saya, ini urusan pribadi keluarga saya!. Kamu jangan ikut campur. Biarkan saja arwah dia menderita. Saya sudah muak dengan wanita sialan itu!” Ucap Pak Aryo menunjukku. “Tapi pak, kasihan dia. Apa tidak sebaiknya pindahkan saja makamnya?” Ucapku sehalus mungkin. “Sudah saya bilang! Kamu jangan ikut campur!. Biar saya yang menangani!!” Ucap Pak Aryo. Aku pun pamit pulang karena tak ada gunanya lagi berdebat dengannya.
Malam harinya, hantu Sulastri masih menerorku dengan mengetuk jendela kamarku. Aku menutup kuping rapat rapat dengan bantal. Aku lelah mendengarkannya.
Berhari hari kemudian, aku rasa tidak ada tindakan dari Pak Aryo. Dibuktikan dengan hantu Sulastri yang terus saja menerorku tiap malam. Aku pun meminta mama melapor ke polisi mengenai kejadian ini dan meminta polisi mengusut kasus ini jika benar ada jasad yang dimakamkan disamping kamarku.
Saat polisi menyelidikinya, benar saja ada kerangka tubuh seseorang. Polisi dan ahli forensik segera menelitinya. Hasil mengejutkan segera terungkap. Ternyata kerangka ini adalah Sulastri. DNA nya sama. Setelah diautopsi, segera terungkap penyebab dia meninggal. Dia dipukul berkali kali di bagian punggung. Serta wajah. Satu satunya orang yang patut dicurigai adalah suaminya, yaitu Pak Aryo.
Sesuai dengan cerita dari hantu Sulastri. Polisi segera menangkap Pak Aryo yang akan mencoba melarikan diri ke luar kota. Dan dia mendapatkan balasan atas apa yang telah dia lakukan. Kemudian, kerangka tubuh Sulastri dimakamkan di tempat pemakaman umum setempat. Aku lega, akhirnya kasus ini selesai. Dan hantu Sulastri tidak lagi menerorku dengan mengetuk jendela kamarku. Sekarang aku bisa istirahat dengan tenang.
Tamat
Cerpen Karangan: Seli Oktavia Facebook: Sellii Oktav Ya