Sekarang pukul 1 malam. Aku terbangun dan tidak bisa tidur kembali. Suara ketukan dari arah jendela sedari tadi terdengar seram. Disusul desiran angin malam yang berhembus, membuat bulu kudukku berdiri. Ini sudah yang ke sekian kalinya kami dihantui begini. Tak henti-hentinya mulutku melantunkan ayat kursi. Aku harap, Mama cepat pulang.
Perkenalkan, namaku Ulfah. Aku tinggal di perumahan Melati bagian Timur. Perumahan yang aku tinggali terbilang sudah lama sekali. Banyak kejadian janggal yang menimpa keluargaku. Mulai dari suara-suara aneh, hawa tidak enak, sampai penampakannya sendiri, kami sudah melihatnya berulang kali. Berjalan bolak-balik di dalam rumah sendiri saja rasanya terkadang masih takut.. Konon katanya, rumahku itu dulu banyak mengalami kasus mengerikan.
Hingga suatu hari, aku meminta Mama untuk segera pindah rumah karena sudah tidak tahan lagi dengan berbagai gangguan mereka. Mama pun setuju. Kami pindah keesokan harinya sekitar 2 km lebih jauh dari rumah lama.
“Rumah lama itu kita kontrakan saja ya, ” Ujar Mama. Aku hanya menjawab ‘hem’, tidak peduli. Kini urusan rumah lama itu biar Mama saja, yang penting kami sudah pindah dari rumah berhantu itu.
Sebulan kemudian, rumah itu ada orang yang mengontrak disana. Belum sampai 3 bulan, Orang itu buru-buru ingin pindah kontrakan. Katanya sih, ia ingin mencari kontrakan yang lebih dekat dengan kantor kerjanya. Tapi gaya bicaranya tergagap-gagap seolah ketakutan karena sesuatu. Apa itu karena ia juga diganggu? Kami tidak bertanya lebih lanjut kepadanya.
Rumah lama kamipun akhirnya hanya menjadi sebuah rumah kosong terbengkalai. Kukira dengan kami pindah rumah adalah cara yang aman, namun ternyata hal aneh masih menimpa kami.
Pada suatu malam, sekitar pukul setengah 11, Aku bersiap untuk tidur karena badanku sudah sangat pegal setelah seharian mengikuti acara sekolah. Tiba-tiba ada yang meneleponku. Seorang bapak-bapak driver makanan.
“Halo, selamat malam. Ini atas nama Ulfah?” “Iya pak benar. Ini siapa ya?” “Lho kok siapa, Mbak Ulfah memesan makanan kan? Rumahnya kok kosong gini mbak. Mbaknya mau ngerjain saya?” Driver itu kebingungan, begitupun aku yang matanya sudah tinggal 5 watt. “Saya gak mesen apa apa kok pak!” Jawabku. Bapak driver itu malah marah-marah, lalu memberikan lokasi rumah yang dimaksud. Mataku yang awalnya sayu mendadak terbelalak menatap layar handphone. Lokasi yang dituju adalah rumah lamaku. Kenapa bisa menyambung kesini?
Akhirnya, demi membantu si bapak driver, akupun memberikan lokasi rumahku yang sekarang. Saat datang, ternyata itu sudah dibayar dan isinya sebungkus nasi padang. Mama yang melihat kejadian itu, tertawa. “Makanya kalau ngantuk berat jangan main hp. Kepencet kan tuh jadinya,” Ledek Mama. Aku mengerutkan alis. Betul juga. Mungkin karena tidak sengaja terpencet.
Aku tidak tahu harus senang, bingung atau takut. Namun itu terjadi berulang-ulang kali dan selalu bertujuan pada rumah lamaku itu. Berbagai tukang antar meneleponku. Aku kaget, tidak memesan apapun, tukang antar marah-marah, lantas aku memberikan lokasi sekarang. Begitu terus kejadiannya selama 3 bulan pindah rumah. Aku semakin yakin itu bukan karena terpencet. Melainkan memang ada seseorang yang iseng atau malah ‘hantu’? Aku tidak tahu sampai kini. Hingga pada suatu hari, datang sebuah paket dari aplikasi yang bahkan aku tidak memilikinya. Isi paket itu kecil sekali. Ketika kami membukanya, hanyalah sepasang tali sepatu berwarna pink cerah.
Kami sekeluarga tertawa. Kejadian ini sudah sering sekali, jadi kami tidak lagi merasa takut. Akhirnya kami pindah ke Malaysia karena Mama ada urusan pekerjaan. Pesanan-pesanan misterius itu pun kini sudah tidak mengikuti kami lagi.
Cerpen Karangan: Khalawa Imana