Aku menguap berkali kali. Badan sudah tidak karuan rasanya. Ingin segera pulang dan rebahan di kasurku yang empuk dan nyaman. Jam menunjukkan pukul 20:30. Pekerjaanku belum selesai. Aku segera bergegas menyelesaikannya sebelum jam 21:00. Laporanku sudah ditunggu bos untuk besok.
Suasana kantor begitu sepi. Hanya ada beberapa karyawan yang lembur dan Office Boy yang bekerja membersihkan setiap ruangan di malam hari. Satpam menyapaku saat tiba di gerbang. Aku menjawabnya dan segera berjalan pulang menuju halte. Dalam hatiku, aku kagum pada satpam penjaga kantorku. Mereka tidak gentar, tidak takut menjaga kantor yang di malam hari terlihat begitu menyeramkan dengan segala cerita cerita aneh dari mulut mulut karyawan disana. Cerita yang tentunya membuat bulu kuduk berdiri semua.
Untungnya laporanku selesai sebelum pukul 21:00. Aku yakin masih ada bus yang bisa kunaiki menuju kontrakanku. Halte bus terletak sekitaran 200 meter dari kantor tempatku bekerja. Tidak terlalu jauh.
Dari kejauhan lampu halte menyala terang. Aku semakin mempercepat langkah kakiku. Dari kejauhan ada seseorang yang berdiri tepat di bawah lampu halte. Dalam hati aku bertanya tanya, kenapa dia berdiri disana?. Apa dia kabur dari rumah dan tidak tau arah jalan pulang atau bagaimana?. Atau dia sama sepertiku yang menunggu bus datang?. Entahlah. Dari kejauhan hanya terlihat siluet gadis itu, tapi dari dekat aku bisa melihatnya lebih jelas. Dia berambut panjang sepunggung, wajahnya terlihat cantik meskipun aku hanya melihat dari samping. Dia diam saja tak menyadari kehadiranku. Mungkin dia juga sedang menunggu bus yang sama denganku.
Aku duduk di bangku yang tersedia, memainkan ponsel. Beruntung 5 menit kemudian, bus datang. Aku menoleh pada gadis itu kenapa ia tak naik? Padahal pintu bus sudah terbuka. Baiklah, aku akan naik terlebih dulu. Aku duduk di dekat jendela memandangi gadis itu, apa dia tidak mau naik bus ini?.
Supir memencet tombol untuk menutup pintu, aku hendak berseru agar menunggu gadis itu naik. Kasihan jika ditinggal. Tapi seruanku tertahan setelah aku menoleh ke luar jendela ternyata tidak ada siapapun diluar. Dibawah lampu halte tidak ada gadis itu. Aku sontak celingak celinguk mencarinya. Kemana gadis itu? Kenapa cepat sekali hilangnya?. Padahal hanya beberapa detik aku hendak berseru, tapi dia hilang. Kemana dia?. Seketika bulu kudukku berdiri. Tengkukku terasa dingin. Entah suasana apa ini, yang pasti aku tidak suka suasana seperti ini. Apa jangan jangan gadis itu bukanlah manusia?. Tidak tidak!. Jelas jelas tadi itu manusia, kakinya menapak tanah wajahnya juga terlihat jelas seperti manusia pada umumnya. Aneh sekali.
Aku pun menghempaskan punggung ke sandaran kursi saat supir mulai menjalankan bus. Aku mencoba mencerna apa yang barusan aku lihat di halte. Kira kira kemana gadis itu?. Kenapa cepat sekali dia menghilang, bahkan manusia tercepat sekalipun tidak akan mampu menghilang pergi secepat itu. Dan siapa gadis itu?. Aku mencoba melupakan kejadian itu, aku tak mau terus terbayang bayang.
Hingga aku tak sengaja menoleh kanan untuk melihat seorang ibu ibu yang anaknya menangis, tempat duduknya ada di sebelah kananku. Aku melihat sosoknya. Gadis itu ada disana, duduk di sebelah kursi ibu itu yang kosong. Seketika badanku gemetar, ketakutan. Bagaimana bisa dia ada disana sedangkan dia tadi tidak memasuki bus denganku.
Anak ibu itu terus menangis, masih bayi jadi mudah menangis. Ibu itu terus menenangkan anaknya. Aku segera membuang pandanganku, aku tak mau melihat sosok gadis itu. Aku berfirasat dia bukan manusia. Dan anak itu menangis pasti melihat sosok gadis itu, anak bayi memang lebih sensitif terhadap hal hal supranatural. Aku terusan menoleh ke jendela sambil membaca berbagai ayat yang ku percaya bisa melindungiku dari hal hal semacam ini.
Tiba di sebuah perempatan tiba tiba supir bus mengerem bus secara mendadak hingga berbunyi ‘Ciiiittttt’ aku berbanting kedepan untung hanya terkena jok depan saja. Supir bus menghentikan busnya karena didepan sana, tepat di tengah perempatan terdapat kerumunan orang yang sedang melihat sesuatu. Sepertinya ada kecelakaan. Hampir semua orang yang ada di bus keluar untuk melihat, termasuk aku.
Polisi segera datang, ambulans sudah tersedia. Menurut orang orang yang menjadi saksi, dua motor saling bertabrakan dari dua sisi berlawanan. Aku merasa ngeri, mengingat perempatan ini selalu ramai. Pengendara itu satu tewas dan satu lagi kritis. Polisi segera menyingkap orang orang agar memberi jalan saat menggotong korban kecelakaan menuju ambulans. Tanpa sengaja aku melihatnya. Melihat gadis itu. Kaku dengan kepala dipenuhi darah yang masih menetes. Aku seketika terenyak, dia kan.. gadis dibawah lampu halte tadi.
Aku segera berlari memasuki bus. Tidak ada! Gadis itu tidak ada disana. Hanya ada ibu yang sedang menenangkan anaknya. Aku celingak celinguk, gadis itu telah hilang.
“Ada apa mas? Didepan ada kecelakaan?” Tanya ibu itu yang keheranan melihatku yang tiba tiba memasuki bus. “Iya ada kecelakaan motor bu, satu gadis tewas dan remaja laki laki kritis.” Ucapku sembari duduk kembali di tempat dudukku. Kakiku lemas melihat kejadian tadi. Tak masuk akal. “Jaman sekarang memang banyak sekali anak anak dibawah umur yang sudah mengendarai motor, bahkan belum memiliki SIM” ucap ibu itu. Aku mengangguk kearahnya.
Aku mengusap wajah piasku. Mencoba menenangkan diri. Sepertinya anak itu sudah tenang kembali tidur dipelukan ibunya, tak merasakan ada sosok dari dunia lain di sebelahnya.
Tamat
Cerpen Karangan: Seli Oktavia Facebook: Sellii Oktav Ya IG: seliokta_vya21