Hai aku Aloda, aku tinggal di sebuah desa Sumber Air, apakah kalian tau mengapa dinamakan desa Sumber Air? karena pada waktu itu ditemukan sumber mata air yang begitu jernih dan bersih. Karena itulah desa ini dinamakan desa Sumber Air.
Aku disini ingin menceritakan sebuah pengalaman terburukku selama aku menempati rumah ini.
Waktu itu aku baru saja pulang dari les pada jam 21.00. Orangtuaku mewajibkanku untuk les agar nilaiku semakin bagus dan aku setuju dengan keputusan orangtuaku. Pelajaran yang tidak aku mengerti bisa aku tanyakan kembali saat les.
Sebelum memasuki rumah aku harus melewati lorong yang panjang dulu saat itu. Aku berjalan dengan cepat agar segera sampai di rumah karena aku termasuk orang yang takut dengan hal ghaib.
Namun pada saat aku sedang berjalan aku merasa ada yang mengikutiku dibelakangku, spontan aku melihat kearah belakang dan tidak ada siapa siapa. Aku lanjut berjalan kembali semakin cepat dan aku memutuskan untuk berlari.
Detak jantungku berdebar tidak beraturan. Ini bukan berdebar karena cinta tetapi tentang hal yang tak kasat mata. Akupun langsung mengambil air putih dan meminumnya hingga tandas.
“Oda, kok keringetan gitu, kenapa?” tanya mamaku. “Tidak apa apa mah, Oda baik baik saja” aku lebih memilih untuk menyimpannya sendiri, mungkin itu hanya halusinasiku yang terlalu takut dengan hal ghaib. “Yasudah, jangan lupa makan ya setelah itu tidur” ucap mamaku. “Siap mah” akupun mengambil nasi dan lauk yang disimpan oleh mamaku di lemari makan.
Aku memakannya dengan lahap karena aku belum makan sedari sore tadi. Setelah selesai makan aku menaruhnya ditempat cuci piring dan pergi ke kamar. Sejenak aku bermain handphone melihat apakah ada pesan penting atau tidak. Akupun menaruh handphoneku lalu lanjut untuk tidur.
Jam 04.30 aku bangun dari tidurku dan wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah itu aku bersiap siap untuk mandi dan sekolah.
“Pagi mah” aku menyapa mamaku yang sedang memasak dan menunggu makanan matang. “Pagi” sapa kembali mama padaku. “Nanti lesnya naik gojek lagi ya, mama sama papa lagi sibuk, gapapa kan?” tanya mama padaku. “Gapapa mah, tenang aja”.
Makanan yang dimasak oleh mamaku sudah matang dan akupun makan dengan tenang setelah itu berpamitan untuk sekolah.
“Aku pamit sekolah ya mah” ucapku pada mama. “Iya, belajar yang rajin” pesan mama padaku. “Siapp”.
Aku diantar oleh papaku sambil berangkat kerja. Beberapa menit di perjalanan akhirnya sampai di tempat aku menuntut ilmu.
“Pamit ya pa” aku pamit kepada papaku. “Belajar yang rajin” pesan papa padaku. “Siapp” aku berjalan menuju gerbang sekolah dan menunggu bel pertanda pelajaran akan dimulai. Dari jam 08.00 sampai jam 15.00 aku bersekolah. Lelah rasanya apalagi ditambah aku akan kerja kelompok hari ini setelah itu aku akan pergi untuk les.
Setelah melakukan kegiatan sekolah akupun menunggu gojek yang aku pesan untuk menuju ke tempat les. Gojek yang aku pesan adalah gojek langgananku karena sering kali mama dan papaku tidak bisa mengantar lantaran sibuk kerja.
Setelah sampai aku mulai mengeluarkan pelajaran yang akan dipelajari dan sesekali aku bercanda dengan teman diles lesanku.
“Aloda, kamu masih pakai seragam, apa baru pulang?” tanya salah satu temanku. “Enggak sebenarnya, aku sudah pulang dari jam 15.00, hanya saja aku kerja kelompok sampai jam 18.00 sekalian saja tidak ganti” aku terkekeh. “Oh begitu, ya sudah” setelah itu dia kembali ke tempat duduknya.
Selama 4 jam aku belajar, mengerjakan pr dan mempelajari apa yang akan dipelajari besok di sekolah.
Tak terasa pukul 21.00 pun sampai, aku sudah memesan gojek yang akan mengantarku pulang. Kembali lagi aku melewati lorong panjang yang ada dirumahku. Aku berjalan cepat agar segera sampai di rumah namun tiba tiba saja aku terpeleset. “Akhh!” aku meringis, mungkin ini karena aku tidak hati hati dan terlalu cepat berjalan.
Aku bangkit dan berjalan dengan tertatih namun aku merasa kakiku ada yang memegangi. Jantungku kembali berdetak seperti kemarin.
Aku mencoba menarik kakiku tanpa melihat kearah belakang namun semakin ditarik semakin sakit kakiku karena terkilir dan semakin kuat juga pegangan pada kakiku.
Perlahan lahan aku melihat kearah belakang. Aku melihat dua tangan yang memegangi kakiku. Keringat bercucuran didahiku dan jantungku semakin cepat berdetak tidak beraturan. Aku berteriak memanggil mamaku.
“MAMAAAA!” aku berteriak sekencang kencangnya. “TOLONGG!”. “TOLONGGG!” aku terus berteriak sekencang kencangnya sampai suaraku menjadi serak. “PAPAAAA TOLONGGG!”. “AKHHH TOLONGG MAA!” suaraku melemah.
Badanku menjadi lemas tetapi tangan yang memegangi kakiku masih ada. Sampai akhirnya aku sudah tidak kuat untuk menahan bobot tubuhku dan berakhir aku pingsan di lorong panjang rumahku.
Aku mengedipkan mataku ketika semuanya menjadi buram, aku memegang kepalaku yang pusing. Teringat kembali kejadian yang pernah aku alami dan aku kembali berteriak memanggil mamaku.
“MAMAA!” dengan terburu buru mama menuju kearahku dan langsung memelukku. Tubuhku bergetar dan keringat dingin membasahi tubuhku. Aku terus memeluk tubuh mamaku sampai aku tenang. “Kenapa? kenapa berteriak?” mamaku terlihat sangat khawatir.
“Kemarin, kemarin ada tangan” aku mulai menjelaskan kejadian yang aku alami. “Di lorong panjang mah, ada tangan yang megang kaki aku” aku menangis ketakutan. “Tangan itu sudah tidak ada” mamaku menenangkanku. “Nanti kita ke ustadz ya buat ngusir makhluk jahat, tenang ya”. Aku menjadi sedikit tenang dengan pelukan mamaku dan aku memutuskan untuk tidur.
Pada sore harinya papa dan mamaku menemui ustadz terdekat untuk mengusir makhluk ghaib yang mengangguku kemarin. Ustadz itu mengatakan bahwa di lorong itu memang terdapat penghuninya dan menyuruh mama dan papaku untuk melakukan pengajian.
Besoknya mama dan papaku langsung menggelar pengajian agar aku tidak diganggu lagi oleh makhluk tak kasat mata.
Sejujurnya kejadian itu membuatku trauma dan aku semakin was was karena kejadian itu namun mama menyuruhku untuk menghafalkan beberapa surah dari Al-quran agar aku tidak takut pada hal hal seperti itu lagi.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa