Ketika aku berusia 10 tahun, aku mengalami kejadian mistis untuk pertama kalinya. Setelah beberapa tahun hidup menumpang di rumah nenek, aku, bapak, emak dan adikku memutuskan untuk membuat sebuah rumah sederhana. Lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah nenek, bagaimana tidak, hanya 10 meter,
Rumah kami hanya terbuat dari kayu dan kecil tapi cukup untuk membuat kami terhindar dari panas dan hujan. Di sebelah rumah adalah sebuah kebun dan agak belakang sedikit adalah sebuah kebun bambu yang waktu itu masih sangat lebat dan terlihat seram tentunya.
Aku sangat suka dengan cerita horor atau hantu tapi sangat penakut dengan suasana sepi dan gelap. Jangankan kebun bambu yang lebat, suasana saat mati listrik pun aku sangat takut. Hingga setelah tumbuh dewasa aku tidak pernah bisa tidur dalam keadaan gelap total, harus ada setitik cahaya sebagai penerang.
Suatu malam di desaku turun hujan, setelah beberapa saat hujan akhirnya reda. Jelas kalian bisa merasakan kan bagaimana suasanya setelah hujan waktu malam, dingin gelap pokoknya tidak nyaman.
Aku, bapak, emak dan adik terbiasa tidur dalam 1 kamar karena kasur yang bapak punya cukup besar untuk menampung kita berempat. Sebelum tidur sebelumnya kita sudah melaksanakan kewajiban ibadah.
Dan saat tengah malam, Dyarr.. Tiba tiba jendela kamar kami seperti ada yang melempar batu, setelah itu emak seperti kesurupan, emak tertawa lalu menangis lalu tertawa lagi dan selalu melihat 1 titik. Bapak dan aku panik dan langsung memanggil tetangga untuk meminta bantuan.
Budheku di sebelah ibuku membacakan ayat-ayat suci dan terus menerus memegang tangan ibuku, saat itu aku sangat takut terjadi hal yang berbahaya terhadap ibuku.
Setelahnya rumahku ramai dengan para tetangga yang ternyata suara lemparan batu itu sangat keras sehingga para tetanggaku terbangun. Salah satu tetanggaku memiliki kemampuan istimewa segera membawa anjingnya untuk mencari jejak di sekitar rumah kami, ia menemukan suatu titik aneh yaitu sebidang tanah kering padahal seharusnya semua tanah basah karena sebelumnya turun hujan.
Lalu ia memerintahkan bapak untuk mencari batu di dalam rumah kami, dan benar saja, terdapat sebuah batu berukuran sedang berbentuk oval yang terlihat sangat bersih, padahal seharusnya kotor terkena tanah basah. Batu itu sampai sekarang masih disimpan di lemari kakekku.
Dan setelah itu jendela kamar di cek bapak yang ternyata sama sekali tidak pecah padahal suara lemparan itu sangat keras. Beberapa saat kemudian emak sadar dan beberapa tetangga sudah kembali ke rumah masing-masing.
Esok harinya, emak bercerita bahwa ia melihat sebuah cahaya yang sangat terang dari arah kebun bambu belakang rumah, ia diajak oleh seseorang berjubah untuk ikut masuk kedalam cahaya itu. Untung emak disadarkan tepat waktu sehingga tidak jadi ikut kedalam cahaya itu. Katanya itu adalah sebuah kenalan oleh makhluk yang ada disitu. Entahlah, tapi memori itu tidak akan pernah mungkin aku lupakan.
Cerpen Karangan: Tya