Dikisahkan dahulu kala, ada sepasang suami istri yang memiliki dua orang anak. Sepasang suami istri ini bernama bapak Joko dan Ibu Rina. Mereka adalah seorang pengusaha yang sukses. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki dan perempuan yang bernama Rio dan Maya. Bapak Joko dan ibu Rina memiliki sebuah rumah yang megah berada di seberang jalan.
Lima tahun berlalu, bapak Joko kehilangan sebuah perusahaan miliknya. Perusahaan milik bapak Joko telah hancur terbakar. Tidak ada sepeserpun barang yang bisa diselamatkan. Pada akhirnya bapak Joko jatuh miskin.
Bapak Joko stres dan mulai sakit-sakitan. Bapak Joko bingung akan menghidupi istri dan anaknya seperti apa. Bapak Joko dapat penghasilan hanya dari sebuah perusahaan tersebut. Sekarang perusahaan itu sudah hancur lebur tertelan api.
Bapak Joko mulai stress dan tidak tahu mau berbuat apa hingga bapak Joko nekat menghabisi nyawa istri dan anak-anaknya. Bapak Joko menghabisi nyawa istri dan anak-anaknya dalam rumah tersebut dimalam hari. Bapak Joko meletakkan mayat mereka begitu saja di kebun belakang miliknya. Setelah menghabisi nyawa istri dan anaknya bapak Joko pergi jauh ke luar kota.
Satu minggu berlalu, bapak Anto ingin pergi ke kebun miliknya dan kebetulan kebun bapak Anto dekat dengan kebun bapak Joko. Bapak Anto pergi berdua bersama anaknya Yanto.
”To ikut bapak ke kebun sama bawa cangkul ya,” ucap bapak Anto mengajak anaknya. “Iya pak,” ucap Yanto sambil mengambil cangkul dibelakang rumah. Bapak Anto dan Yanto bergegas menuju kebun yang berada di belakang rumah bapak Joko. Kebun milik bapak Anto tidak jauh dari kebun milik bapak Joko. Mereka berdua juga sering melihat bapak Joko berkebun bersama istrinya.
“Pak kasihan ya pak Joko, dulu mereka kaya raya sekarang mereka sudah tidak punya apa-apa,” ucap Yanto sambil berjalan menuju kebun. “Iya, mau gimana lagi sudah takdir juga,” ucap bapak Anto sambil berjalan menuju kebun.
Setelah mereka sampai di kebun yang berada di belakang rumah bapak Joko, mereka merasa ada yang aneh. Tercium bau menyengat yang tidak sedap dari kebun bapak Joko. Mereka kemudian pergi ke kebun bapak Joko untuk melihat bau yang menyengat itu berasal dari mana. Betapa kagetnya mereka dijumpai tiga mayat yang membusuk tergeletak begitu saja di tanah. “Yallah… jasad siapa ini,” tanya bapak Anto kebingungan. “Kita lapor saja pak, kepada pak rt,” ucap Yanto memberi saran. “Iya to, cepat kamu lari pergi ke rumah pak rt,” bapak Anto menyuruh Yanto. “Iya pak,” ucap Yanto berbalik arah bergegas menuju ke rumah pak rt.
Setelah sampai di rumah pak rt, Yanto menceritakan kejadian tersebut. Kemudian pak rt memberitahu warga dan menelepon polisi. Pak polisi datang ke rumah tempat kejadian. Warga sudah berkumpul di rumah itu. Di dalam rumah sudah kosong tidak ada siapa-siapa. Kemudian, jasad tersebut dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit.
Satu hari kemudian, dinyatakan bahwa jasad tersebut adalah istri dan anak dari bapak Joko. Namun, bapak Joko tidak tahu kemana. Warga setempat mengira bahwa bapak Joko pembunuhnya.
Satu bulan berlalu, akhirnya bapak Joko berhasil ditangkap. Rumah tersebut menjadi sunyi dan kosong. Konon ceritanya, istri dan anak dari bapak Joko bergentayangan dalam rumah tersebut dan suka menggangu warga setempat yang lewat depan rumah tersebut.
Tiga tahun berlalu, rumah tersebut sudah terkenal angker. Warga setempat mengakui bahwa istri dan anak bapak Joko masih bergentayangan dalam rumah tersebut.
Bapak Sutris tukang bakso keliling, sedang berkeliling menjual bakso. Bakso bapak Sutris terkenal enak. Hari sudah menjelang magrib, bapak Sutris mendorong gerobak baksonya lewat depan rumah bapak Joko yang terkenal angker. “Tiktok… tiktok… bakso… bakso…,” teriakan bapak Sutris penjual bakso. “Bang beli…,” ucapan lirih dari atas rumah tersebut. Kemudian bapak Sutris berhenti mendorong gerobaknya. Lalu menoleh ke belakang, dan bapak Sutris dikagetkan sosok berbaju merah, wajahnya hancur. Bapak Sutris kaget. Bapak Sutris ketakutan namun tidak bisa berbuat apa-apa, badanya kaku. Kemudian bapak Sutris memohon dan berdo’a kepada Allah untuk meminta perlindungan. Setelah itu bapak Sutris berlari sambil mendorong gerobaknya pergi.
“Yallah apa tadi itu mimpi ya,” ucap bapak Sutris dalam hati. “Ah sudahlah nggak penting juga,” sambungnya sambil mengambil air wudhu.
Setelah melakukan sholat, bapak Sutris pergi ke rumah bapak Wanto untuk menceritakan kejadian menjelang magrib tadi. “Assalamualaikum,” ucap bapak Sutris mengetok pintu. “Waalaikumsalam,” sahut bapak Wanto mempersilakan bapak Sutris masuk dan menawari secangkir kopi. “Di rumah seberang jalan itu kenapa ya to,” tanya bapak Sutris. “Tumben kamu tanya begitu, kenapa emangnya?” ucap bapak Wanto. “Tadi, menjelang magrib aku berkeliling jual bakso, kebetulan lewat di depan rumah itu. Tiba-tiba ada yang manggil mau beli, aku berhenti dan setelah aku menoleh ke belakang…,” bapak Sutris menceritakan kejadian menjelang magrib tadi. “Terus kenapa tris,” tanya bapak Wanto sambil memegang pundak bapak Sutris. “Kagetnya aku, aku diperlihatkan sosok wanita berbaju merah tetapi wajahnya hancur tak karuan. Disitu badanku semua bergetar, kaku. Aku minta perlindungan Allah, lalu aku lari membawa gerobak baksoku,” sambungnya.
“Jangan kaget ya, disini memang rumah itu terkenal dengan kenampakan sosok perempuan berbaju merah. Itu adalah penghuni rumah tersebut yang meninggal karena dibunuh. Karena perusahaannya bangkrut dan suaminya tidak bisa mengidupi istri dan kedua anaknya. Jadi, mereka dibunuh begitu saja sama suaminya. Mungkin sosok itu punya dendam jadi arwahnya gentayangan,” jelasnya. “Dulu juga banyak kejadian aneh. Setiap orang yang lewat depan rumah tersebut mau menjelang magrib bakalan ditampakkan dirinya dengan rupa yang hancur,” tambahnya.
“Jadi begitu, kasihan ya kok tega seorang suami membunuh istri dan anaknya,” bapak Sutris kebingungan dan tidak menyangka. “Iya bisa saja, kalau orang ke jalan sesat pasti fikirannya sempit hingga bisa senekat itu,” ucap bapak Wanto menjelaskan. “Iya juga sih,” ucap bapak Sutris menganguk pelan. “Iya begitulah jika kita tidak bisa menerima takdir dari Allah, berbuat seenak hati tidak berfikir apa yang terjadi nantinya,” ucap bapak Wanto sambil meminum secangkir kopi.
Lima tahun berlalu, rumah tersebut dijual dan dibeli oleh pengusaha muda yang tampan. Kemudian rumah itu diperbaiki dan direnovasi kembali. Tidak ada yang tahu mengapa pengusaha muda itu ingin membeli rumah tersebut. Padahal sudah terlihat bahwa rumah tersebut sudah tidak berpenghuni lama. Setelah rumah tersebut direnovasi, pengusaha muda tersebut mengontrakkan rumah tersebut.
Dua minggu kemudian, seorang gadis ingin mengontrak rumah tersebut. Dua minggu sudah dia tinggal di rumah itu. Waktu malam tiba, tiba-tiba dia mendengar lirihan suara minta tolong seorang perempuan dari arah belakang. “Tolong… tolong…,” suara lirih seorang perempuan dari arah belakang. “Siapa ya…,” ucap dalam hati Wati, gadis yang tinggal dalam rumah tersebut.
Wati memberanikan diri untuk melihat ke belakang karena dia penasaran akan suara tersebut. Wati berjalan pelan menuju belakang rumah, dia ingin tahu suara siapa minta tolong malam-malam begini.
“Brak…,” suara tendangan pintu dari depan. “Haa…,” terkejut hati Wati. Wati merasa dia diganggu kemudian dia lari kembali ke dalam kamar tidurnya. Lampu mati dan menyala kembali. Terus begitu, teriakan minta tolong tidak berhenti. Suara barang berjatuhan dari arah dapur. “Ya Allah lindungilah hamba,” Wati hanya bisa diam di dalam kamar. Keringat dingin badan Wati tidak berhenti. Rasa takut dan gemetar.
Setelah satu jam, lampu menyala kembali, tidak terdengar suara minta tolong. Disitulah, Wati merasa tenang dan dia berencana besok akan pindah dari rumah tersebut.
Keesokan harinya, Wati membereskan semua barang-barangnya dan pergi dari rumah tersebut. Sebelum pergi Wati menceritakan semua kejadian tadi malam kepada ibu penjaga warung dekat rumah Wati. Wati bermapitan kepada ibu tersebut dan pergi.
Akhirnya rumah tersebut dikontrakkan lagi, kisah Watipun viral. Tidak ada yang berani hingga saat ini untuk tinggal dalam rumah tersebut. Akhirnya rumah tersebut, kosong kembali.
Cerpen Karangan: Febriana Putri Ameliya Blog / Facebook: amlyafp_ SMPN 1 Puri