Pada suatu hari Marcel, Anta, Fariz, Dian teman teman sekelas ku akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk teman kami yang bernama Diki, yang kebetulan sedang sakit, dan kebetulan rumah sakit yang akan kami datangi sedang panas dibicarakan oleh penduduk yang berada di sekitar rumah sakit tersebut, karena beredar rumor bahwa rumah sakit tesebut angker, tapi kami tidak mempedulikan hal tersebut.
Sebelum berangkat kami berdiskusi terlebih dahulu. “Nanti pulang sekolah kita ngumpul dimana?” Tanya Anta “Ngumpul di rumahku aja!” kata Fariz “Hmm siap,” kata Marcel
Setelah berdiskusi yang cukup singkat kami pun mempersiapkan barang barang yang kami butuhkan untuk menginap di rumah sakit, untuk menemani Diki yang sedang sakit, supaya dia tidak merasa kesepian.
Mereka berencana berkumpul di rumah Fariz jam 3 sore, setelah sampai di rumah Fariz mereka menyempatkan diri untuk mengisi perut mereka dengan camilan yang lezat dan minum segelas teh yang sangat segar, karena ada es nya.
“Ah aku merasa sangat kenyang hari ini,” kata Marcel “Yah kau benar sekali makanan dan minumanya sangat enak,” kata Dian “Hahaha iya lah mamaku yang buat,” sahut Fariz dengan sombong
Setelah merasa kenyang dan cukup berenergi mereka pun berangkat ke rumah sakit tersebut, akan tetapi setelah mereka sampai di rumah sakit tersebut mereka merasakan hawa yang membuat bulu kudup mereka berdiri. Tetapi mereka tidak mempedulikan hal itu, Mereka tetap melanjutan ke ruangan Diki yang sedang sakit, setelah mereka sampai ke ruangan Diki, mereka merasa hawa yang tidak biasa di ruangan tersebut tapi mereka tetap berpikir positif.
“Emm apa kalian tidak merinding?” tanya Fariz. “Yah… Sebenarnya aku juga agak merinding,“ sahut Marcel dengan ekspresi yang agak ketakutan “Tapi ya… Mau bagaimana lagi kita sudah capek-capek kesini, masa mau balik lagi kan nggak enak sama Diki,“ kata Anta. “Hmm… yaudah lah kita segera masuk saja daripada kita berdiri di sini terus kan ngga enak dilihatin orang-orang.” Kata Marcel.
Setelah pembicaraan yang singkat tersebut mereka segera masuk ke dalam ruangan dimana Diki sedang dirawat, dan mereka mengucapkan salam “Assalamualaikum,” kata mereka bertiga. “Waalaikum salam, wah tak kusangka kalian repot-repot datang kesini hanya untuk menjengukku, terima kasih ya,” ucap Diki dengan perasaan bahagia “Yoi… Dah dah yok makan dulu kami dah bawain makan nih,” kata Fariz. “Ya udah yok,” ucap Marcel yang sudah kelaparan.
Setelah itu mereka berempat makan bersama, dan meminum segelas susu sapi untuk menikmati malam yang tenang itu. Setelah itu mereka pun kekenyangan dan tidur dengan pulas, saat jam menunjukkan pukul 12 malam tiba tiba Marcel terbangun dari tidur pulasnya karena ingin buang air kecil dan karena agak takut jadi Marcel membangunkan Anta.
“Heh ta Bangun ta!” ucap Marcel dengan wajah ketakutan. “Ha apaan sih cel” ucap Anta yang masih ngantuk. “Ihhh bangun lah ta temenin aku bentar dah ngga tahan nih,” ucap Marcel. “Hadeh kebiasaan yaudah ayok,” ucap Anta yang agak geram. “Hehe ya maaf kan udah ngga tahan nih,” ucap Marcel dengan panik. “Hmm, iya buruan dah aku mau tidur lagi ni,” ucap Anta yang agak ngantuk.
Setelah itu mereka pun bergegas pergi ke kamar mandi, tetapi di tengah tengah perjalanan mereka melihat sesosok wanita yang mengerikan, bajunya sobek sobek, tidak memiliki kaki, dan tampangnya hancur tak berupa dan dari wajahnya mengalir darah yang masih segar seakan akan masih baru saja meninggal. Anta dan Marcel pun lari sekencang kencangnya, karena melihat sesosok wanita yang menyeramkan.
“Astagfirulah lariiiiiiii… Ta lariiiii…!” kata Marcel sambil lari terbirit birit. “Udah tahu cell…!” kata Anta sambil lari juga. Mereka lari sekencang kencangnya karena mereka ketakutan melihat hal yang mereka anggap tidak nyata, mereka kembali ke kamar Diki yang sedang sakit sambil tergesa gesa dan membuat salah satu temannya terbangun.
“Lololo… ada apa ini, kok kalian berlari sambil ketakutan, apa yang kalian lihat?” kata Dian. “I…itu… adaaaa… hantuuu…” kata Marcel sambil gugup. “Hahhhhh… Kalian bicara apa sih?” kata Dian. Lalu Anta menceritakan kejadian yang dia alami saat mereka pergi ke kamar mandi.
“Ohhhhhh… jadi begitu ceritanya! Yaudah kalian kembali tidur saja, besok kalian berdua ceritakan masalah kalian kepada Fariz dan Diki,” kata Dian yang agak ngantuk. “Hmmmm… Ya udah kalo gitu kita tidur dulu besok kita cari tau sekalian kita ceritain kejadian tadi!” kata Anta yang masih merasa ketakutan.
Keesokan harinya setelah mereka semua terbangun Anta pun menceritakan semua hal yang terjadi kepada mereka berdua. “Hah kalian berdua melihat sesosol perempuan berbaju putih?” tanya Diki sambil terheran heran. “Iya awalnya kami juga ngga percaya kalo itu hantu tapi setelah kami melihat tampangnya kami pun yakin kalau yang kami lihat itu adalah hantu,” jelas Anta dan Marcel. “Yah… sebenarnya aku pernah mendengar cerita tentang wanita yang bunuh diri karena frustasi,” kata Diki menanggapi cerita dari Anta dan Marcel. “Hmmm… Memangnya wanita itu frustasi karena hal apa?” Tanya Dian dengan perasaan penasaran. “Entahlah aku juga kurang tau,” jawab Diki sambil menggeleng-nggelengkan kepala.
Setelah kejadian yang tidak mengenakkan itu, mereka berempat bersiap siap untuk pulang ke rumah mereka masing masing tapi sebelum itu, mereka sarapan pagi dengan Diki untuk mengisi perut mereka yang keroncongan, dan tentu saja Diki ditraktir oleh ke 4 temanya itu dan yang bersedia untuk membeli makanan di warung makan adalah Fariz. Mereka patungan untuk membeli nasi padang, setelah itu Fariz pun bergegas pergi ke warung makan yang berada di depan rumah sakit tersebut.
“Assalamualaikum… Beli…” kata Fariz yang sedang memanggil pemilik warung makan. “Waalaikum salam, beli apa nak?” tanya ibu itu. “Bungkus nasi padang 5 ya bu,” Ucap Fariz. “Ohh… Iya yaudah tunggu bentar ya nak.” kata ibu itu. “Ehmmmm… buk boleh saya Tanya sesuatu?” tanya Fariz. “Boleh memangnya mau Tanya apa nak?” jawab ibu itu. “Itu saya mau nanya tentang wanita yang bunuh diri di rumah sakit yang ada di depan rumah makan ibu,” kata Fariz dengan penasaran. “Ohhh iya nak, jadi begini 5 tahun lalu ada satu orang wanita yang bekerja di rumah sakit itu, dia memiliki seorang suami dan juga 2 orang anak, tetapi pada suatu hari ada satu masalah antara si wanita dan suami yang membuat wanita itu bercerai dengan suaminya dan membuat si wanita menjadi kehilangan akal sehat sehingga di malam itu dia melakukan bunuh diri di kamar mandi, sampai sekarang arwah wanita itu masih berada di kamar mandi tersebut sampai seekarang karena ada satu barang milik wanita itu yang tertinggal di kamar madi itu, nah gitu nak ceritanya.” Kata ibu itu yang sudah selesai bercerita. “Ohhh… gitu ya buk, terima kasih ya buk karna sudah menceritakan cerita itu, oh iya! Nasi saya bagaimana ya bu?” tanya Fariz. “Iya nak ini kebetulan sudah jadi kok, totalnya 50 ribu ya nak,” kata ibu itu.
Setelah percakapan dan cerita yang panjang itu Fariz pun bergegas kembali ke rumah sakit. Sesampainya di ruangan Diki. “Kemana saja kamu? Kok lama banget?” tanya mereka berempat. “Hehehehe… maaf ya tadi aku sambil tanyain kejadian tentang wanita yang bunuh diri di kamar mandi itu, maaf ya,” ucap Fariz. “Hmmm… emangnya gimana ceritanya?” tanya Dian. “Jadi ceritanya itu…,” Fariz menceritakan kejadian yang dialami oleh wanita itu setelah dia diberi tau oleh ibu ibu pemilik warung tersebut, sambil makan.
“Nah udah paham jalan ceritanya?” tanya Fariz. “Oh gitu ceritanya, iya iya paham kok,” jawab mereka berempat. “Ya udah kalo gitu pas udah selesai makan ayo kita cari barang si wanita itu yang katamu tertinggal!” ucap Dian. “Aku ngga ikut ya, aku masih sakit nih,” kata Diki. “Iya ngga papa tau kok kamu istirahat aja Dik,” kata Marcel.
Setelah mereka selesai makan mereka berempat bersiap siap untuk mencari barang si wanita yang tertinggal di kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi mereka bergegas untuk mencari barang wanita itu, setelah agak lama mencari akhirnya Dian menmukan barang wanita itu yang ternyata adalah jam tangan.
“Hei… Ini aku sudah nemuin barangnya nih,” kata Dian. “Nice.. barang apa itu?” tanya Fariz. “Yah… ini barangnya sebuah jam tangan, mungkin ini sangat berharga untuknya,” jawab Dian. “Yasudah ayo kita bergegas pergi ke makam si wanita itu dan menaruhnya di makamnya,” Kata Fariz. “Tapi kan… kita ngga tau dimana makam si wanita itu,” Tanya Anta dan Marcel. “Hmmm… Kita Tanya satpam di rumah sakit ini aja yok, mungkin dia tau dimana makam wanita itu!” Jawab Dian.
Setelah itu mereka pun bergegas pergi ke satpam yang berada di gerbang rumah sakit dan menanyakan makam wanita yang bunuh diri di rumah sakit itu, dan untungnya si satpam tau dan mereka pun bergegas pergi ke makam wanita itu yang berada di kuburan di sebelah rumah sakit itu dan mereka meletak kan barang itu ke sebelah makam dan ber do’a untuk wanita itu.
Setelah itu mereka berempat kembali ke rumah sakit untuk mengemasi barang barang mereka dan berpamitan kepada Diki, setelah selesai berpamitan mereka bergegas pulang ke rumah mereka masing masing.
Cerpen Karangan: Dian Setyo Budi SMPN 1 PURI