Pada malam Kamis, tepatnya hari Rabu sekitar jam 7 malam, Maurin berangkat mengaji di sebuah Pondok Pesantren yang berada di desanya. Lokasinya itu berada di sebuah gang, yang disana terdapat sebuah Pabrik bekas jaman penjajahan Belanda yang terkenal angker, dan juga penunggunya sangat. Dan untuk sampai di tempat mengajinya Maurin harus melewati Pabrik itu.
Biasanya Maurin diantar ayahnya atau membawa sepeda sendiri. Tapi pada hari itu ayah dan bundanya sedang keluar, sedangkan kakaknya sedang di rumah neneknya yang berada di luar kota, jadi tidak ada yang bisa mengantarnya mengaji. Sepeda Maurin juga masih berada di bengkel. Dan terpaksa maurin harus berjalan kaki.
Maurin memasuki gang tersebut dan kebetulan di depan rumah temannya -Nindi-, dan kebetulan Nindi akan berangkat mengaji juga, Nindi pun menawari Maurin untuk berangkat bersama menggunakan sepeda motor Nindi. Maurin pun mau untuk berangkat bersama Nindi. Saat melewati pabrik bekas itu Maurin meminta Nindi untuk menaikkan kecepatannya.
Saat sampai di Pondok Pesantren tempatnya mengaji. Nindi bercerita pada ke 4 temannya. Kalau tadi saat melewati Pabrik bekas itu ia melihat sosok lelaki tanpa wajah. “Eh tau nggak aku tadi ngeliat cowok, tapi ga ada wajahnya” Nindi bercerita kepada Maurin, Alifia, Devi, Lidya, dan Tere. “Trus, trus… Kamu gimana?” tanya Lidya mengalihkan atensinya dari hp yang dipegang nya. “Yaa aku gaspol lah, gila serem banget” “Rin emang kamu nggak liat juga tadi?” tanya Alifia kepada Maurin. “Enggak tuh, aku nggak ada liat apa apa” “Iyaa kamu merem soalnya” jawab Nindi sambil memutar bola matanya. “YEEUUU PANTES NGGAK LIAT, ORANG MEREMM DASAR” teriak mereka kompak, minus Nindi. Maurin hanya menunjukkan cengirannya. “Udah, udah ayo masuk udah jam setengah 8 nih” ujar Devi.
Mereka semua pun masuk dengan melewati asrama laki laki. Tentunya setelah memparkirkan sepeda motor Nindi. Kenapa mereka lewat asrama laki laki? karena gerbang perempuan tidak dibuka alhasil mereka harus masuk lewat gerbang laki laki.
Saat mereka lewat banyak anak laki laki yang bersiul ke mereka dan memanggil nama Maurin, kenapa hanya Maurin? entahlah Maurin juga tidak tau.
Maurin berpisah dengan teman temannya, karena mereka berbeda kelas. Hari ini adalah mata pelajarannya Gus Tahjud, Taisirul Akhlaq. Setelah sekitar 2 jam Maurin berada di dalam kelas. Akhirnya pelajarannya pun selesai dan Maurin bisa langsung pulang.
Hari ini Maurin pulang setengah jam lebih lambat dari biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.30, Maurin sadar kalau ia sudah ditinggal oleh teman-temannya. Dan akhirnya Maurin memutuskan pulang dengan berjalan kaki.
Saat sudah dekat denga pabrik bekas yang angker di desanya Maurin merasakan beberapa keanehan. “Tumben sepi, biasanya jam segini masih banyak yang nongkrong di depan” monolog Maurin dengan dirinya sendiri. Maurin pun mengenyahkan pikiran buruknya tentang penunggu pabrik bekas itu.
Pada saat Maurin berjalan melewati pabrik itu, ia melihat pocong, dan Maurin pun berlari ketakutan sambil mulutnya terus merapalkan surat surat pendek yang ada di al-qur’an. Tapi seharusnya jika berlari Maurin hanya memerlukan waktu 3 menit untuk sampai di depan rumah Nindi, tapi ini sudah 7 menit Maurin berlari namun kenapa belum sampai juga di depan rumah Nindi.
Maurin pun memberanikan diri untuk melihat kebelakang. DAN TERNYATAAA. ada hantu tanpa wajah yang dikatakan oleh Nindi sedang memegang tas punggungnya. Maurin yang ketakutan pun segera menambah kecepatan berlarinya, dan Maurin mendengar suara tawa dari para hantu disana. Dengan segera Maurin melepas tas punggungnya dan ia pun berhasil kabur dari para hantu disana.
Sesampainya di depan rumah Nindi, Maurin menyadari bahwa di dalam tasnya ada kunci rumah, hp, dan uangnya. Maurin pun memutuskan untuk kembali dan mengambil tasnya. Keputusan yang bodoh memang tapi apa daya hanya itu hal yang bisa Maurin lakukan untuk mendapatkan tasnya kembali.
Maurin pun berlari dan dengan segera mengambil tasnya. “Untung hantu hantu sialan itu tidak ada. Selamat aku” batin Maurin.
Maurin pun kembali berlari untuk menuju rumahnya. Tapi tiba tiba ia menabrak sesuatu yang besar, tinggi, namun hangat. Maurin menabraknya dengan keras tapi anehnya yang ditabraknya tidak roboh, malah ia yang jatuh. Namun, Maurin tidak merasakan punggungnya sakit karena jatuh ke aspal. Maurin melihat sekilas benda yang ditabraknya, dan ternyata yang ditabraknya adalah orang yang dikenalinya, dan yang ditabraknya adalah Crussh nya.
Maurin tersenyum tipis dan melambaikan tangan ke arah Crussh nya tadi, Maurin pun menutup matanya. Tetapi Maurin masih bisa merasakan seperti ada yang mengangkat tubuhnya tetepi setelahnya Maurin tidak dapat merasakan apa apa. Maurin PINGSAN, dikarenakan kelelahan dan keterkejutannya bertemu hantu sekaligus orang yang disukainya.
Cerpen Karangan: Vinzza A. SMPN 1 PURI