Suatu hari, di desaku kedatangan penduduk baru. Mereka membeli tanah di sebelah rumah tetanggaku. Mereka membangun sebuah rumah di tanah yang sudah mereka beli. Mereka berasal dari pulau Kalimantan yang merantau ke tanah Jawa. Mereka adalah sepasang suami istri.
Satu bulan berlalu, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak kecil itu sangat tampan, dan lucu. Seperti adat Jawa pada umumnya, mereka memberi undangan tetangga terdekat untuk datang ke rumahnya. Dengan tujuan memberi sebuah makanan dan lauk pauk kepada tetangga yang telah mereka undang ke rumah. Untuk mendo’akan seorang bayi yang baru lahir agar selamat dunia dan akhirat.
Tujuh tahun berlalu, anak bapak Joko dan ibu Rani kini sudah tumbuh besar. Dia bernama Rio yang berusia tepat 7 tahun. Dia bersekolah di SD Nusa Bangsa di dekat pom bensin yang berada di seberang jalan. Dia kini masih duduk di bangku kelas 1 SD. Dia juga berkegiatan seperti anak-anak pada umunya. Dia juga bersekolah, mengaji, dan belajar. Rio adalah teman dekat Niko. Mereka bertetangga dekat.
Beberapa hari ini bapak Joko jarang kelihatan. Biasanya setiap malam bapak Joko selalu nongkrong bersama bapak-bapak yang lain. Tetapi, hari-hari ini bapak Joko sudah jarang kelihatan lagi. Hampir setiap hari tidak pernah keluar dan tidak ada kabar.
“Bapak Joko kemana ya, kok jarang kelihatan?” tanya bapak Wanto teman dekat bapak Joko. “Iyah, aku juga sudah jarang ngelihat bapak Joko. Biasanya dia selalu datang awal ke tempat pos ronda,” sahut bapak Sutris tetangga dekat bapak Joko. “Kata istrinya, bapak Joko sibuk kerja,” ucap bapak Andre sembari meminum kopi miliknya. “Ohh… lagi sibuk, makannya hari-hari ini jarang kelihatan,” ucap bapak Wanto sambil menuangkan kopi yang sudah dibuatnya tadi malam.
Dua minggu kemudian, bapak Joko mulai aktif kembali. Bermain ke tetangga terdekat, nongkrong bareng bersama bapak-bapak yang lainnya. Tetapi, perilaku bapak Joko berbeda dari sebelumnya. Bapak Joko selalu mengucapkan kata maaf kepada kerabat dekatnya. Seolah-olah bapak Joko ingin pergi jauh meninggalkan mereka.
“Hai brader, apa kabar hari ini?” ucap bapak Joko sambil menuju pos ronda. “Loh Joko, darimana aja kok baru kelihatan,” sahut bapak Wanto menghampiri bapak Joko. “Lagi sibuk banyak kerjaan,” ucap bapak joko. “Sibuk ngapain aja, setiap hari juga nongkrong bareng,” ucap bapak Wanto sambil menawari bapak Joko minum kopi. “Adalah kerjaan yang harus diurus,” ucap bapak Joko sembari meminum kopi yang diberikan oleh bapak Wanto.
“Joko darimana aja kok jarang kelihatan,” ucap bapak Sutris yang baru datang. “Lagi sibuk kerja aja bro,” ucap bapak Joko sambil menawari bapak Sutris segelas kopi. “Oh iya, aku minta maaf ya jika saja selama ini aku pernah berkata yang tidak pantas aku katakan atau menyakiti hati,” ucap bapak Joko kepada bapak-bapak yang ada di pos ronda. “Ngapain minta maaf, kamu nggak salah apa-apa,” ucap bapak Wanto sambil memegang punggung bapak Joko. “Kenapa, ada masalah?” tanya bapak Sutris. “Nggak ada apa-apa kok bro,” ucap bapak Joko gugup.
“Sudah malam nih, aku pulang duluan ya bro,” ucap bapak Joko sambil beranjak dari pos ronda. “Buru-buru banget sih bro,” ucap bapak Sutris sambil minum kopi miliknya. “Iya nih, baru kesini udah mau pulang,” sahut bapak Wanto. “Hehe maaf ya nggak bisa lama-lama soalnya besok kerja,” ucap bapak Joko sambil melangkahkan kaki meninggalkan pos ronda. “Iya sudah, besok nongkrong lagi ya,” ucap bapak Wanto. “Iya, tapi jangan lupa besok anterin aku ya,” ucap bapak Joko sambil berteriak dari kejauhan. “Mau dianter kemana?” ucap bapak Sutris menyahuti bapak Joko. Bapak Joko sudah tidak menaggapi ucapan bapak Sutris. Dia sudah masuk dalam rumah. Bapak Sutris bingung dari perkataan bapak Joko tadi.
“Joko tadi kenapa ya?” tanya bapak Sutris kepada bapak Wanto kebingungan. “Nggak tau juga, mungkin dia ngelindur kali ya,” ucap bapak Wanto yang masih berfikir baik-baik saja. “Iya, mungkin kali ya karena lelah bekerja,” ucap bapak Sutris.
Keesokan harinya mereka mendengar kabar bahwa bapak Joko sudah meninggal dunia. Dari kabar tetangga terdekatnya bapak Joko meninggal karena bunuh diri. Tetapi tidak ada yang tau menggapa bapak Joko melakukannya.
“Eh ibu-ibu tau nggak kabar bapak Joko itu,” ucap ibu Lia tukang gosip desa. “Emang kenapa bu dengan bapak Joko?” tanya ibu Maya. “Ternyata bapak Joko menguasai ilmu hitam tau. Katanya nih bu, bapak Joko sudah gila karena ilmu itu. Kata tetangga dekatnya bapak Joko sudah berusaha beberapa kali untuk bunuh diri tetapi selalu gagal,” jelasnya. “Yang benar saja bu Lia bapak Joko orang baik loh,” sahut ibu Siti. “Beneran bu, saya tahu ini itu dari istrinya bapak Joko sendiri,” jelas ibu Lia. “Buktinya saja bapak Joko meninggal karena gantung diri kan,” sambungnya. “Iya juga ya, kasihan istri sama anaknya,” ucap ibu Siti.
Empat puluh hari sudah berlalu, mengenang kepergian bapak Joko istri bapak Joko mengadakan tahlilan empat puluh hari bapak Joko. Rencana ibu Rani dan anaknya ingin kembali ke daerah asalnya. Setelah empat puluh harian bapak Joko. Karena ibu Rani disini tidak memiliki saudara sama sekali. Akhirnya mereka pergi meninggalkan rumahnya. Rumah tersebut dijual. Namun, sudah bertahun-tahun tidak ada yang membeli rumah tersebut. Pada akhirnya rumah tersebut sunyi dan tidak berpenghuni.
Bapak Sutris selaku teman dekat bapak Joko mengaku bahwa masih ada seseorang yang tinggal dalam rumah tersebut. Padahal dalam rumah tersebut jelas-jelas tidak ada satu orangpun yang tinggal di rumah itu.
“Kemarin saya lihat ada orang duduk di teras depan rumah bapak Joko,” ucap bapak Sutris bercerita kepada bapak Wanto. “Dia laki-laki tetapi, wajahnya mirip seperti bapak Joko,” sambungnya. “Ahh masak sih,” jawab bapak Wanto. “Beneran, wajahnya mirip sekali dengan bapak Joko. Apa itu arwah gentayangan bapak Joko ya?” ucap bapak Sutris. “Halu kali luu,” bapak Wanto tidak percaya. “Apa iya, tetapi terlihat jelas to,” jelas bapak Sutris. “Sudah jangan difikirkan, nggak penting juga do’akan saja bapak Joko biar bisa tenang di alam sana dan diterima semua amal ibadahnya,” ucap bapak Wanto. “Iya, aminn,” sahut bapak Sutris.
Beberapa bulan kemudian rumah itu akhirnya ada yang membelinya, dan berpenghuni kembali. Beberapa bulan kemudian sang pemilik merasa ada yang tidak beres dengan rumah yang dihuni. Mereka mencoba bertahan selama beberapa hari, namun mereka benar-benar sudah tidak sanggup dengan terror orang gantung diri di dalam rumahnya. Kemudian mereka memanggil orang pintar untuk melihat siapa sosok dibalik terror tersebut.
Setelah ditelusuri seluruh lorong rumah ternyata rumah tersebut adalah sebuah rumah yang dibuat untuk orang bunuh diri. Kemudian orang yang tinggal di rumah tersebut meninggalkan rumah itu setelah mengetahui hal tersebut. Pada akhirnya rumah itu tidak berpenghuni selama bertahun-tahun.
Cerpen Karangan: Nonik Anggraini Agustin Blog / Facebook: iyikikoen SMPN 1 Puri