Kami menemukan sebuah kotak tua yang kira-kira sudah terkubur sangat lama. Ketika kami buka kotak itu, kami menemukan sebuah potongan foto lengkap dengan buku tua yang sudah sangat usang.
“Coba dibuka Yah, siapa tau ada sesuatu di dalam buku itu.” Ucap Ibuku
Ketika dibuka, hanya terdapat beberapa lembar halaman yang berisi sebuah tulisan. Tulisan itu seperti tulisan tangan seorang anak kecil yang bahasanya masih belum Aku mengerti. Buku itu Aku simpan dan besok Aku berencana untuk menunjukkanya pada Mr. Robert.
Keesokan harinya, Aku datang pagi-pagi sekali ke sekolah dengan membawa Buku itu ke Mr. Robert. Akupun bertemu denganya di sebuah lorong yang menuju ke halaman belakang sekolah. “Mr. Robert!!!!”, Aku memanggilnya dengan tergesa-gesa. “Ada yang bisa kubantu”, tanya Mr. Robert dengan ramah “perkenalkan namaku John, Aku adalah siswa baru disini” “Ohh yaaa, ada perlu apa kamu bertemu dengan saya?” “Aku ingin bertanya, apakah Kau tahu mengenai buku ini?”
Melihat Aku mengeluarkan buku itu, Mr. Robert langsung menarikku ke ruanganya tanpa bicara sedikitpun. “Dimana kamu menemukan sebuah Buku ini?” Tanya Mr. Robert dengan wajah yang tegang “Kami menemukannya di halaman belakang Rumah kami Tuan, memangnya ada apa dengan Buku ini?” “Buku ini adalah buku yang terlarang dengan berisi mantra-mantra kuno yang bisa membuatmu hidup dengan penuh rasa ketakutan” jawab Dia dengan wajah yang sangat meyakinkan. “Itu hanyalah Buku berisi coretan anak-anak Tuan” “Yaaa itu dikarenakan orang yang menulis buku ini dirasuki oleh iblis, jadi tanpa tersadar mereka telah menulisnya”. “Aku sebelumnya tidak mengerti akan hal ini, jadi maafkan Aku kalau ini bisa mengganggu pikiranmu Tuan”. “Begini saja, nanti malam Aku akan datang ke Rumahmu itu, kita harus benar-benar menjaga rahasia ini agar tidak sampai menyebar ke penduduk di Riverlands”. “Baiklah Tuan”
Malam itu, Mr. Robert datang ke Rumahku dengan salah satu Orang berpakaian seperti pendeta yang sudah tua.
“Permisi, adakah orang di rumah ini?” Kemudian ibuku datang untuk membukakan pintu. “Ada yang bisa kubantu Tuan?” “Apakah anda yang mendiami Rumah ini?” “Benar, adakah keperluan disini yang membuat Anda datang malam-malam?” “Ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Mr. Robert dan saya adalah guru psikolog di sekolah tempat anak anda bersekolah, John.” “Mengapa anda kemari?” “Tadi pagi, anak anda menemuiku dengan membawa sebuah buku tua yang berisi mantra-mantra kuno dan jika itu dibiarkan maka seluruh keluarga anda akan dalam bahaya, jadi disini aku akan melakukan ritual pengusiran iblis, dan melepaskan semua roh-roh yang tidak bersalah yang terikat dengan mantra-mantra terkutuk itu”. “owhh jadi begitu ceritanya kalau begitu silahkan anda melakukan ritual tersebut. dan adakah syarat yang harus dipenuhi selama pengusiran ini?” tanya Ibuku “tidak ada, hanya saja Anda harus mematikan semua lampu yang menyala di Rumah ini, biarkan Rumah ini hanya tersinari oleh cahaya bulan” kata Mr.Robert.
Ritualpun dimulai, semua cahaya yang ada di dalam rumahku padam. Terdengar dari kamarku, Si Pendeta membacakan berbagai macam doa dan mantra. Seketika Rumahku menjadi sunyi, dan tiba-tiba Rumah ini bergetar, seisi Rumahku ikut bergoyang disertai dengan teriakan-teriakan mengerikan yang melengking begitu keras. Terdengar pula si pendeta makin kencang membacakan doa-doanya dan teriakan itu seakan-akan juga ikut bertambah keras. Akupun tidak kuat dengan suasana itu. Dengan bertumpuk bantal, Akupun menutup telingaku dan merintih menangis karena hal yang sekaerang ini sedang terjadi.
Semua itupun akhirnya selesai, semua yang tadinya mencekam menjadi suasana yang sepi dan tenang. Akupun memberanikan diriku keluar dari kamar dan mencari Ayahku.
Ketika aku turun kebawah, aku melihat si pendeta duduk bersila dengan tatapan kosong dan seolah-olah sedang berkomunikasi dengan sesosok makhluk.
Tiba-tiba si pendeta beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke atas. Kamipun mengikutinya dan ia berhenti didepan pintu salah satu ruangan yang tidak lain adalah loteng kami.
“Tolong bukakan pintu ini” ujar si pendeta Dengan hati-hati, Ayahpun membukakan pintu tersebut dan dalam benakkupun Aku teringat ada salah seorang yang berkata bahwa apapun yang terjadi di rumah ini, jangan sekali-kali pernah masuk ke loteng. Tapi apalah daya, pintu itu sudah terbuka dan si pendeta pun masuk ke dalam ruangan itu dan membakar sebuah potongan foto yang sebelumnya terkubur bersama buku tua itu.
“Apakah yang terjadi disini pendeta?” ucap Ayahku “Aku melihat ada sesosok mahkluk bertubuh kurus dan rambut yang tak terurai tinggal didalam loteng tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah orang yang ada dalam foto tersebut yang meninggal akibat dijadikan sebuah tumbal oleh si pemilik Rumah ini yang pertama kali” ujar si pendeta
Setelah pendeta membakar foto tersebut, semua hal-hal yang membuatku ketakutan akhirnya hilang. Akupun memberanikan diri bertanya, “Apakah makhluk-makhluk yang mengganggu kami semua itu sudah hilang?” “Aku tidak berani menjamin keamananmu disini Nak, karena kemungkinan masih ada barang-barang yang terkutuk di rumah ini. Jadi menurutku sebaiknya Rumah ini dibakar saja untuk memutus semua energi jahat yang ada di rumah ini” “kalau dibakar, kami semua akan tinggal dimana pendeta” “kalian semua bisa tinggal di rumahku sampai semua keadaan membaik menurutmu”
Setelah semua pembicaraan itu semua, kamipun bergegas mengemasi semua barang kami dan keluar dari rumah itu. Mr. Robert dan si pendeta tersebut menyirami seluruh bagian rumah dengan cairan dan membakarnya.
Disaat membakar Rumah itu, aku melihat dari luar rumah, ada seseorang yang terlihat seperti terbakar dan meronta-ronta minta tolong. Dan, itu aku anggap sebagai ungkapan rasa syukur karena si makhluk tersebut sudah hilang di dunia ini dan bisa tenang di alam yang berbeda.
Setelah kejadian itu semua, kamipun sangat-sangat berterima kasih kepada si pendeta dan Mr. Robert atas apa yang dilakukanya dan kami semuapun sudah terbebas dari rasa ketakutan yang tiada akhir itu.
BERSAMBUNG
Cerpen Karangan: Lazuardi Fattah , SMPN 1 Puri Blog / Facebook: lazuardi fattah SMPN 1 PURI