Di suatu desa ada seorang anak bernama Doni. Dari kecil Doni sudah ditinggal ayahnya pergi merantau. Doni adalah anak yang bandel dan susah diatur.
Suatu hari doni diajak teman temannya bermain bola setelah pulang sekolah nanti. Beberapa saat kemudian waktu sekolah pun berlalu, Doni tanpa berpamitan pada ibunya langsung menemui teman temannya dan berkumpul di lapangan belakang sekolah pukul 13.00 siang. Mereka berjumlah 12 anak dan membagi timnya menjadi 6 vs 6. Merekapun memulai pertandingannya. Mereka bersenang senang bersama sampai suatu ketika salah satu teman Doni yang bernama Surya terjatuh.
“Aduuuuuh,” ucap Surya sambil berbaring kesakitan. “Apa kamu baik baik saja,” ucap doni dan teman temannya sambil menolong Surya. “Lutut kakiku berdarah,” ucap Surya sambil memegang kakinya yang sakit. “Sebaiknya kita membawa Surya pulang ke rumahnya,” ucap teman teman Doni. “Baiklah lagi pula ini sudah jam 16.00 sore” Ucap Surya.
Teman teman Donipun mengantar Surya pulang dan sebagian langsung pulang ke rumanya masing masing. Akan tetapi Doni masih berada di lapngan sambil merenung sendirian.
Hari semakin gelap akan tetapi Doni tak kunjung pulang. Ibu Doni khawatir dan mulai mencari Doni. Ibu Doni menanyakan kepada teman teman Doni. Ibu Doni menanyakan ke salah satu teman Doni yaitu Surya. “Assalamualaikum,” ucap ibu Doni. “Waalaikumsalam ada apa bu,” ucap Surya kepada ibu Doni. “Kamu tau dimana Doni nak?” ucap ibu Doni dengan raut wajah yang cemas. “Tadi kami bermain bola bersama di lapangan belakang sekolah, memangnya sampai sekarang Doni belum pulang bu?” ucap Surya sambil kebingungan. “Belum nak, sudah dari tadi ibu tunggu tunggu,” ucap ibu Doni. “Sebaiknya langsung ke lapangan saja bu, mungkin Doni masih ada di sana,” ucap Surya kepada ibu Doni. “Baik kalo begitu nak, ibu langsung ke sana saja,” ucap ibu Doni.
Ibu Doni langsung bergegas ke lapangan belakang sekolah itu untuk mencari Doni. Ibu Doni berteriak memanggil Doni sambil merasa cemas. Kecemasan ibu Doni semakin menjadi jadi setelah mencari Doni tetapi tidak kunjung menemukannya. Tanpa fikir panjang ibu Doni langsung pergi menemui dan melaporkannya kepada pak RT.
“Assalamualaikum Pak RT,” ucap ibu Doni. “Waalaikumsalam, ya ada apa bu?” ucap pak RT kepada ibu Doni. “Pak anak saya Doni hilang pak sudah dari siang tadi tidak pulang pulang,” ucap ibu Doni dengan rasa cemas. “Loh! Kok bisa bu? memangnya Doni hilang di mana?” ucap pak RT dengan ekspresi terkejut. “Tadi Doni pergi bermain bola di lapangan bersama teman temannya tanpa bilang ke saya dulu pak” ucap ibu Doni “Kalo boleh tau Doni bermain di lepangan mana ya bu?” ucap pak RT. “Di lapangan belakang sekolah pak,” ucap ibu Doni. “Owh baik kalo begitu bu saya dan warga akan bantu mencari Doni,” ucap pak RT.
Tanpa fikir panjang pak RT langsung mengumpulkan warga desa dan menyuruh masing masing orang membawa peralatan dapur. Seketika ibu Doni merasa bingung tentang apa yang mau dilakukan oleh pak RT. Hari sudah gelap para warga berkumpul sambil membawa obor. Setelah semua para warga desa sudah berkumpul pak RT langsung mengajak para warga desa untuk pergi ke lapangan belakang sekolah tersebut. Mereka berkeliling dan memanggil manggil nama Doni di sekitar lapangan sambil membunyikan peralatan dapur yang mereka bawa.
Beberapa saat kemudian salah satu warga yang bernama pak Herman berteriak memanggil pak RT. “Paak paak!! saya menemukan Doni pak!” teriak pak Herman Seketika ibu Doni, pak RT dan semua warga bergegas menuju pak Herman.
Alangkah terkejutnya ibu Doni saat melihat anaknya yang terlihat lemas dan pucat. Sambil menangis histeris ibu Doni langsung menghampiri dan memeluk Doni. Pak RT dengan sigap mengajak warga untuk menggendong Doni dan segera mengantarnya ke puskesmas terdekat menggunkan mobil milik pak RT.
Sesampainya di puskesmas Doni langsung mendapatkan perawatan khusus. Ibu Doni dan pak RT menunggu kabar dari dokter sambil merasa cemas. Beberapa saat kemudian dokter datang menemui ibu Doni dan pak RT. “Assalamualaikum, apa benar ini dengan keluarga Doni?” tanya dokter itu sambil memberi salam. “Waalaikumsalam, benar dok bagaimana keadaan anak saya dok?” ucap ibu Doni sambil merasa cemas. “Untuk sekarang keadaan nak Doni masih lemas dan perlu istirahat” kata dokter itu. “kira kira kapan ya dok Doni bisa pulang?” tanya pak RT pada dokter. “Sekerang juga bisa pak, tapi nak Doni harus istirahat total dan tidak boleh telat makan,” saran dokter itu. “Baik dok kalo begitu saya bawa Doni pulang saja,” ucap ibu Doni. “Baik bu, kalo begitu saya siapkan obat dulu untuk nak Doni untuk di rumah nanti,” kata pak dokter.
Setelah ibu Doni mendapatkan obat dari dokter, ibu Doni dan pak RT langsung membawa Doni ke mobil. Dalam perjalanan pulang ibu Doni memeluk dan mengelus Doni sambil menangis karena melihat wajah anaknya yang terlihat sangat pucat.
Tak berselang lama mereka akhirnya tiba di rumah Doni. Sang ibu langsung membawa Doni ke kamarnya. Setelah melihat Doni yang sudah tertidur pulas, ibu Doni langsung menghampiri pak RT untuk bertanya. “Pak, sebenarnya apa yang terjadi pada Doni, mengapa bapak menyuruh warga desa mencari Doni menggunakan peralatan dapur?” ucap ibu Doni sambil penasaran. “Kata orang orang dulu di situ tempatnya angker bu, dan memang dulu juga sempet ada juga yang mengalami kejadian persis yang dialami Doni,” ucap pak RT “Maksudnya di situ ada penunggunya pak?” tanya ibu Doni sambil terheran heran “Iya, katanya ada sesosok wewegombel yang menghuni tempat itu dan suka menculik anak anak saat anak itu sendiri dan tidak ada yang mengawasi,” ucap pak RT menjekaskan pada ibu Doni. “Owh, terima kasih pak sudah membantu saya mencari Doni,” ucap terima kasih ibu Doni pada pak RT. “Ya, sama sama bu lain kali Doni jangan dibiarkan bermain sampai larut malam,” saran pak RT “Baik pak terima kasih,” ucap ibu Doni.
Pak RT pun pergi meninggalkan rumah ibu Doni dan pulang. Keesokan harinya Doni bangun dan memanggil ibunya. Ibu Doni mulai tenang saat melihat Doni yang sudah mendingan. Ibu Doni langsung memberi tahu Doni agar mulai berubah menjadi anak yang lebih baik agar menjadi anak yang lebih patuh pada orangtua.
Cerpen Karangan: Riko Adi Pratama, SMPN 1 Puri Blog / Facebook: rikoo200715