Malam itu Heri kelaparan. Ia menangis terus kepada ibunya lantaran sudah tidak makan dari kemarin malam. Bapak sakit sehingga tidak bekerja. Sudah hampir sebulan beliau tergolek di ranjang. Badannya kurus seperti tulang terbungkus kulit saja. Disuruh makan juga tidak mau. Ibu sudah sebulan ini juga bekerja serabutan untuk mencari makan.
“Diam sayang, nanti bapak cari lauk dulu,” kata Ibu pada Heri. “Bapak sudah sembuh Bu?” tanya Heri. Namun Ibu tak menjawab. Ibu pergi ke halaman belakang. Heri di ruang tengah tiduran, badannya sangat lemas.
Selang berapa lama kemudian, Ibu kembali. “Tadi bapak pulang bawa daging. Mau dimasak apa?” “Heri ingin steak panggang, yang kayak di restoran,” kata Heri. Ia ingin sekali merasakan. Maka Ibu memanggang daging di atas kompor. Matang, Ibu menghidangkan di atas piring Heri.
“Kok rasanya aneh ya?” gumam Heri. Namun ia tetap makan karena rasa lapar yang tak tertahankan. Dirinya agak kecewa karena daging itu tidak banyak, yang lebih banyak tulangnya. “Gosong apa Her?” tanya Ibu. Heri menggeleng.
Piring Heri pun bersih. Ia merasa kenyang. Heri mencari bapak. “Bapak masih di luar Heri,” jawab Ibu. Ia mencuci piring.
Heri pergi keluar rumah. Menunggu Bapak pulang. Ia melihat genangan darah dan kep*la manusia di halaman belakang. Wajah Heri memucat.
Cerpen Karangan: Josephine Minerva Blog / Facebook: Shepi GO Aku seneng nggambar dan nulis