Sebuah pesan singkat baru saja Aku terima dari Sarla. Aku menghela nafas, ada perasaan yang tidak mengenakan setelah Aku menerima pesan itu. Dia menyuruhku datang ke gudang sekolah karena ada hal yang ingin dia sampaikan, akan tetapi Aku tidak akan pergi ke sana karena hanya akan membuang waktuku saja.
Monik, Sarla, dan Puja, tiga orang penguasa di kelasku yang kerap mengerjaiku setiap hari. Aku sudah muak dengan mereka dan ingin rasanya menghilang saja, untuk saat ini Aku tidak akan ke sana, karena lagi enggak enak badan juga.
“Rega.”
Aku terkesiap dan berhenti mendengar panggilan itu. Badanku dipeluk dengan erat. Dia adalah kekasihku, namanya Ilham. Kita sudah berpacaran satu tahun lamanya, dialah orang yang selalu menyemangatiku untuk menjadi kuat dan tegar ketika mendapati masalah. Meski dia tahu Aku sering jadi korban bullying, tetapi Ilham tetap mencintaiku dan setia kepadaku. Namun, Ilham tidak pernah berada di sisiku disaat Aku dalam bahaya.
“Rega, untuk hari ini Aku enggak bisa pulang bareng sama Kamu, karena ada latihan volly, kamu enggak keberatan kan, pulang sendirian?”
Aku mengangguk. “Kamu enggak usah khawatir. Aku bisa pulang sendiri, kok.” Ilham tersenyum, lalu mengelus rambutku pelan. “Kalau begitu Aku pergi dulu ya, Kamu hati-hati di jalan.” Ilham melambaikan tangannya kepadaku dan Aku balik membalas lambaian tangannya. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, barulah Aku pulang menuju rumah.
“Hoi.” Seketika tubuhhku gemetar. Apalagi diiringi dengan lemparan batu yang mengenai kepalaku. Aku mengusapnya pelan, rasanya begitu menyakitkan. “Gue suruh Lo datang ke gudang. Monik mau ngomong sama Lo.” “Besok aja deh, Gue ada urusan soalnya.” ujarku mencoba mengelak. Aku pun berlari dan kabur dari hadapan Sarla, tetapi siapa sangka dia malah mengejarku. “Woy, kurang ajar Lo ya. Seenaknya kabur.”
Aku tidak akan menyerah. Walapun badanku sedikit kurang vit, Aku akan berusaha berlari agar terhindar dari kawanan Monik. Tetapi apalah daya, tubuhku tidak bisa diajak kompromi, Sarla menarik rambutku sehingga badanku tertarik ke belakang.
“Sakit Sarla, lepasin.” “Makanya jangan banyak tingkah. Gue manggil secara baik-baik juga. Sekarang ikut Gue ke gudang.” Sarla mendorongku dari belakang, dia menjagaku agar tidak lepas dari pengawasannya. Dengan pasrah Aku mengikuti keinginannya, Aku juga tidak punya tenaga untuk melawan. Setibanya di gudang, Sarla mendorongku hingga jatuh ke lantai, Aku meringis kesakitan.
“Lama banget Sarla,” celetuk Monik. “Ininih, si bocah malah kabur pas Gue suruh ke gudang.” adunya. Aku tidak berani untuk menatap wajah mereka, Aku juga tidak punya tenaga untuk melawan, teriak pun juga tidak ada yang akan mendengar. Tiba-tiba Puja menjambak rambutku dari belakang hingga wajahku terdongak ke atas menatap Monik.
“Lo masih pacaran sama Ilham?” tanya Monik langsung ke intinya. Aku tersenyum kecil, jadi ini yang ingin dia tanyakan. “Emangnya kenapa hah? Gue masih pacaran sama Ilham bukan urusan Lo.” Puja semakin mencengkram rambutku. “Putusin dia. Kalau enggak, Gue bakalan ngerayu Ilham supaya ninggalin cewek enggak guna kaya Lo. Atau Gue akan mencelakai lo.”
“Ilham juga enggak sudi punya cewek psikopat modelan Lo, ngerasa paling cantik aja Lo di sini, permainan Lo kotor tau enggak.” “Berani juga Lo ya, Sarla, Puja, lo rendamin ini bocah ke akuarium sampe enggak nafas lagi. Sekarang!”. Monik pergi dari gudang setelah memerintahkan anak buahnya, sedangkan Aku diseret oleh Puja menuju sebuah akuarium yang sudah tak terpakai, airnya juga sudah mengeruh. Ya tuhan, selamatkanlah Aku, melawan saja Aku tidak sanggup.
“Cewek kaya Lo enggak cocok ya pacaran sama Ilham, cuh.” Puja meludahiku tepat di wajah, lalu mereka berdua tertawa terbahak-bahak melihatku sengsara. “Ja, bantuin Gue ngangkat si cewek enggak guna ini.” “Iya, bentar. Tapi sebelum itu kita ikat dulu tangan sama kakinya, biar dia enggak bisa keluar dari akuarium.” “Bagus juga ide Lo, untung aja kita bawa tali. Nih talinya, Lo ikatin kakinya Gue tangannya.”
Aku enggak bisa melawan lagi, taruhannya adalah nyawa. Tapi Aku tidak akan menyerah, lihat saja pembalasanku suatu saat nanti. Atau mungkin besok? Setelah mereka selesai mengikatku, Aku diceburin ke akuarium yang dalam itu, airnya sudah berlumut dan bau. Badanku semakin lama semakin melemas.