“Ugh, males banget. Kenapa sih kita harus bangun malam-malam gini?” gerutuku.
Cowok itu hanya terdiam sambil melihat sekelilingnya, benar-benar membosankan. Setelah diacuhkan oleh cowok itu, aku jadi ikutan melihat sekelilingku. Kami berada di sekitar komplek kumuh di luar kota. Sekarang, kami sedang bersembunyi di balik tembok salah satu rumah sambil melihat ke arah jalan di depan kami.
Beberapa menit kami menunggu, akhirnya cowok itu mulai berbicara. “Tuh orangnya, laksanakan rencana kita. Gua bakal berhentiin waktu,” katanya. Aku melihat ke arah orang yang ia tunjuk, seorang pria yang memakai kaus lusuh berwarna putih serta celana pendek berwarna coklat. Dia sedang berjalan santai di pinggir jalan. Aku merubah kedua wristband kepunyaanku menjadi sebuah alat dengan pisau kecil yang menempel dibawahnya. Setelah memberi isyarat bahwa aku sudah siap, dia mulai memberhentikan waktu. Aku langsung berlari dan menusuk orang itu menggunakan pisauku lalu berlari kembali ke tempat cowok itu. Setelah kembali, waktu kembali seperti semula. Pria yang kutusuk kejang-kejang lalu tidak lama setelah itu, ia tak sadarkan diri.
Kami telah melakukan tugas kami. Sialnya, ketika kami membalikkan badan, masalah datang pada waktu yang tidak tepat. Di belakang kami ada si The Chosen Star, apa yang harus kami lakukan sekarang?
“Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” tanyanya sambil memandangi kami secara bergantian. “Skolastika, pegangan!” kata cowok itu.
Aku langsung berpegangan padanya. Ternyata, dia telah memberhentikan waktu. Dia mengaktifkan sepatunya dan berlari melesat dengan kecepatan tinggi. Setelah meninggalkan orang itu, waktu kembali normal dan akhirnya kami dapat bernapas lega karena kami tidak dikejar olehnya.
Kami sampai di depan sebuah rumah kosong yang letaknya masih di dalam komplek, hanya saja lebih terpencil. Kami masuk ke dalam rumah tersebut. Kondisi rumah tersebut sudah berlumut, lantainya yang terbuat dari kayu sudah banyak yang lapuk dan retak. Kami pun duduk dan beristirahat di sebuah ruangan yang sepertinya bekas ruang tamu.
“Lu yakin dia ngga ngejar kita?” tanyaku pada cowok itu. “Kagak, dia ngga ngejar,” jawabnya sambil melihat keluar jendela.
Akhirnya kami bersiap untuk keluar dari rumah tersebut. Hanya saja, kami dihadang oleh dua orang yang memegang pistol. Sebenarnya aku tidak takut pada ancaman pistol karena sudah terbiasa diancam seperti ini. Bukan hanya itu saja, aku sebenarnya punya teknik pamungkas ketika berada dalam situasi seperti ini.
“Kalian siapa? Hmm, dari STAR ya?” ucapku pada mereka sambil melihat lambang STAR di bajunya. “Kami ditugaskan untuk membunuh kalian berdua.” “Benar-benar menghabiskan waktu saja.” Belum selesai aku berbicara sebuah peluru sudah melesat dan mendarat di tubuhku.
Waktu terasa lambat selagi badanku terhempas ke atas lantai. Ada beberapa peluru yang berhasil menembus organ-organ vitalku. Aku terjatuh di atas lantai. Setelah itu, aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Tiba-tiba saja, aku terbangun dan memuntahkan beberapa peluru dari mulutku. Kuhitung ada lima peluru yang kumuntahkan, benar-benar orang barbar. Aku berdiri dan melihat bahwa kedua orang itu sudah tidak sadarkan diri. Cowok itu sepertinya yang telah membuat mereka tak sadarkan diri. Dia sontak menanyakan keadaanku dan aku pun menjawab bahwa aku baik-baik saja. Ya, aku baik-baik saja. Luka bekas tembakan barusan sudah tertutup, hanya menyisahkan darah segar di tubuhku.
Mungkin kalian semua terheran-heran apa yang sebetulnya terjadi. Satu-satunya penjelasan yang bisa aku berikan adalah aku dan cowok itu merupakan salah satu dari 12 penjaga artefak zodiak yang biasa disebut Astrologist. Berdasarkan artefaknya, aku adalah penjaga artefak zodiak Scorpio, sedangkan cowok itu merupakan penjaga artefak zodiak Pisces. Artefaknya apa? Ok, artefakku adalah kedua wristband-ku dan artefak cowok itu adalah kedua sepatunya. Setiap artefak memiliki fungsinya masing-masing. Artefakku, ya, hanya untuk menusuk orang saja dan mengeluarkan racun, sedangkan artefak punya cowok itu memungkinkannya untuk berlari super cepat. Tidak hanya itu saja, penjaga zodiak juga diberkahi kekuatan yang berbeda-beda. Inilah yang kumaksud dengan “teknik pamungkas”, kekuatan regenerasiku, sedangkan cowok itu diberkahi kekuatan untuk memanipulasi waktu.
Sudah terjawab? Sekarang pertanyaan yang lain muncul, apa itu STAR? Well, STAR adalah organisasi yang sedikit orang tahu karena kerahasiaannya, bahkan singkatannya saja aku tidak tahu. Sederhananya, merekalah yang mengurusi masalah-masalah serius di negara kami. Selain itu, banyak rumor yang mengatakan bahwa pemimpinnya atau anggotanya ada yang merupakan Astrologist. Karena kami termasuk ke dalam status buron, selain dikejar-kejar polisi, kami juga dikejar-kejar oleh STAR.
“Yuk, kita pergi dari sini. Udah ngga ada orang lagi di sini,” kata cowok itu kembali setelah memeriksa sekitar rumah. “Lu serius dong, jangan bohong-bohongan,” jawabku sangsi. “Kalau kita pergi sekarang ngga bakal ada yang tau,” kata cowok itu yakin.
Setelah aku membersihkan darah di tubuhku, kami pun keluar dari rumah kosong tersebut meninggalkan dua orang tersebut. Kami berjalan menyusuri perumahan tersebut hingga sampailah kami di suatu minimarket yang cukup besar tak jauh dari perumahan tersebut.
“Kok kita malah ke sini?” tanyanya mulai bingung. “Mau jajan, laper,” kataku mulai masuk ke dalam minimarket.
Di dalam minimarket, hanya ada kasir yang menjaga counter dan aku yang baru saja datang. Aku langsung menelusuri bagian makanan dan minuman. Setelah menimbang-nimbang harga, akhirnya aku pergi ke kasir. Selagi menunggu kasir, tiba-tiba ada seorang pria yang masuk ke minimarket dan berdiri di belakangku. Aku tak menghiraukannya sampai akhirnya dia mulai menahanku dan menempelkan pisaunya ke leherku. Oh ayolah, aku sedang tidak mood untuk ini.
“Cepat! Masukkan uangnya ke dalam tas atau anak ini akan mati!” ucapnya sambil melemparkan tas ke counter.
Kasir itu pun tanpa basa-basi langsung membuka mesin kasir, lalu memasukkan uang ke dalam tas. Aku melirik keluar dan melihat bahwa cowok itu hanya berdiri santai melihat ke arahku. Setelah itu, aku langsung menyikut perut orang tersebut, mengunci tangannya, dan terakhir membalas menodong pinggangnya dengan pisau kecil dari wristband-ku.
“Begini, gua lagi ngga mood nih sekarang. Kita selesaikan masalah ini di tempat lain aja,” ucapku sambil masih menodongkan pisauku.
Pria itu langsung menurut, lalu aku membimbingnya keluar dari minimarket dan berjalan ke gang kosong. Setelah itu, tanpa ampun, aku menusuk pisauku pada pria itu bertubi-tubi. Pria itu langsung meninggal di tempat dengan busa di mulutnya. Inilah akibatnya berurusan denganku, pikirku. Sambil merengangkan tanganku, aku keluar dari gang itu dan kembali ke minimarket itu untuk mengambil dan membayar barang belanjaanku. Aku berjalan menuju cowok itu yang masih berdiri santai.
“Kayaknya ngga harus sampai sebegitunya deh,” ucapnya mengkritik tindakanku barusan. “Berisik, lu ngga usah ikut campur. Gua udah ditembak sama dua orang barbar, sekarang disandera orang. Mereka ngeremehin gua, ngga bakal gua biarin.” “Iya deh, gua nyerah.”
“Udah ah, gua mau balik.” “Mau bareng ngga? Kita kan tetanggaan,” ucapnya menawarkan diri. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku hanya meneruskan jalanku. “Terserah lu dah.”
Kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Untungnya, besok hari Sabtu, hari libur sekolah, jadi aku bisa tidur sampai siang. Tanpa ganti baju, bahkan tidak mandi dulu, aku langsung masuk ke kamar tidur dan menjatuhkan diri ke atas kasur. Setelah beberapa lama, aku pun menutup mata.
Cerpen Karangan: A. Raymond S. Facebook: facebook.com/andreas.soewito
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com