Setelah sekian lama, akhirnya mahkota putih ini menjadi milikku. Usaha yang keras tidak akan mengkhianati hasil. Namun, tentu saja aku memakai cara yang curang, hehehe…
“Jangan pegang mahkota itu bodoh!!” Teriak seseorang dari belakang. Cih, sepertinya ia iri karena aku telah mendapatkan mahkota ini. Dasar ratu dari kerajaan kecil. Padahal kan mahkota ini kudapatkan sendiri dari usahaku, untuk apa aku menyerahkan mahkota ini ke orang lain.
“Aku tidak menyangka kau lebih memilih mahkota putih daripada mahkota yang lainnya. Apakah kau hanya mementingkan kecantikannya?” Tanya kakakku. Aduh.. kenapa sih orang lain semuanya heran melihatku memilih mahkota putih. Ya jelas dong, karena motif dan warnanya yang indah. Memang benar sih, mahkota yang lain lebih berharga dan mewah daripada mahkota putih. Tetapi, apa salahnya aku memilih mahkota terindah ini.
“Ya, betul. Aku memilih mahkota ini karena kecantikannya. Lihatlah, jika aku memasangnya di atas kepalaku, aku akan semakin cantik.” Ucapku sambil mengibaskan rambut merahku. Yang lain hanya terdiam, mereka seperti memandang rendah mahkota putih yang aku pakai ini.
Dalam tidurku, aku menjumpai almarhum suamiku di sebuah padang rumput. Padang rumput ini memiliki jejeran bunga yang sangat indah, bahkan menjadi lebih indah Ketika disertai dengan matahari yang terbenam.
Almarhum suamiku mendekatiku secara perlahan, lalu meletakkan mahkota putih yang baru saja aku dapatkan disaat pertemuan kemarin. Entah mengapa, aku mengeluarkan air mata. Padahal, sejak kematiannya, aku tidak meneteskan air mata apapun. Aku berpikir, hanya seorang pengecut sajalah, yang mengeluarkan air matanya ketika kehilangan orang terdekatnya. Suamiku pun berkata, “Mengapa kau menangis? Apakah kau merindukanku?” Tanyanya dengan suara yang serak. Aku ingin menjawabnya, namun, tiba-tiba saja latar mimpiku berubah menjadi sebuah kebun bunga mawar kesukaan ibuku.
Kebun mawar milik ibu sudah kubongkar dan kuubah menjadi taman dengan air mancur mewah di tengahnya. Di tengah kebun mawar itu, terdapat ibu yang sedang menyeruput teh mawar miliknya. Ia pun menoleh ke arahku, dan mengucapkan, “Nak, mengapa kau membongkar kebun mawar kesukaan ibu? Apakah kau tidak suka dengan keberadaan kebun mawar ini, atau kau yang benci dengan ibu?” Aneh, pertanyaan yang beliau keluarkan membuatku meneteskan air mata lagi. Padahal, dulu ibuku tidak pernah setega itu menanyakan pertanyaan semacam itu kepadaku. Aku ingin menjawabnya sekali lagi, namun latar mimpiku berubah lagi. Sepertinya, ibu tidak mau mendengarkan jawabanku.
Latar mimpiku kali ini, berubah menjadi perang kerajaan Yu dengan musuhnya, yaitu klan Harpy. Ayahku berasal dari kerajaan Yu, mungkin saja beliau mengikuti perang ini dulu.
“Lho nak, apa yang kau lakukan disini!?” Aku menoleh ke arah kanan, dan menjumpai ayah yang sedang mengarahkan busurnya ke medan perang. Tiba-tiba, aku mengingat ketika ayah mati di saat perang melawan klan Harpy, mungkin saja saat ini merupakan detik-detik terakhir sebelum ayah meninggal.
“Apa kau sebegitunya ingin melihat ayah mati di perang ini? Aku kira putriku yang tercinta sangat menyayangi ayahmu.” Ucapnya dengan nada sedih. Bukan, aku tidak bermaksud begitu! Entah mengapa aku ingin menjelaskan semua yang terjadi kepada beliau, tiba-tiba saja aku terbangun dari mimpiku. Sepertinya, hati dan pikiranku menolak untuk membiarkan aku berbicara kepada mereka.
Sejak aku mendapatkan mahkota putih itu, setiap tidur, aku akan bermimpi hal yang sama. Padahal, sekalinya aku bermimpi tentang mereka, pasti aku akan sangat merindukan keberadaannya di saat mereka masih hidup.
Aku akan memakai mahkota putih itu, mungkin saja aku dapat berbicara dengan mereka di lain waktu. Tetapi, mengapa aku tetap saja tidak dapat mengeluarkan suara apa pun kepada mereka? Padahal aku sangat ingin menjelaskan apa yang terjadi selama ini! Aku tidak ingin mereka menjadi salah paham…
4 tahun kemudian.. “Hey Ruby, apakah kau merindukan suamimu, dan ayah ibu? Jika iya, mengapa kau tidak ingin pergi ke makam mereka berada?” Tanya kakakku. Aku tidak menjawab sepatah kata apapun. Aku memang merindukan mereka, namun tidak berani untuk menemui mereka di pemakaman mereka. Selama 4 tahun ini, pikiran dan isi hatiku kacau. Aku tidak ingin mereka salah paham. Aku ingin mereka mendengarkan penjelasan dariku.
Karena tidak mendapat satu pun jawaban dariku, kakak pun keluar dari ruanganku. Sepertinya ia sedang bertemu dengan seseorang. “Kutukan mahkota putih memang benar adanya. Kami tidak dapat melakukan apapun kepada yang mulia ratu Ruby.” Ucap salah satu penyihir istana. Kakakku mulai meneteskan air mata. Sepertinya ia sudah Lelah dengan kondisiku yang terlalu berlebihan. Namun, aku memang benar-benar merindukan mereka. Aku sangat rindu. Sangat rindu. “Aku hanya ingin adikku kembali normal lagi, aku tidak ingin memiliki seorang adik yang depresi..” Tangis Kakak terdengar dari dalam ruangan.
Hahahah, sepertinya memang aneh jika aku memilih mahkota putih dulu. Tidak kusangka, mahkota yang sangat indah, memiliki sebuah kutukan jahat yang terpendam di dalamnya.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 6 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com