Kilauan sinar matahari membuat gelang ini menjadi lebih bersinar, apalagi warna merahnya yang sangat mencolok. Benang yang berwarna emas yang ada di gelang ini, melilit sempurna di kristal merah yang indah. Sehingga, membentuk sebuah gelang yang indah, namun juga berharga. Namun, masalahnya sekarang, bagaimana orang bisa setega ini membuang benda yang indah seperti ini? Jika dijual, mungkin harganya lebih tinggi daripada 1 buah emas balok kecil yang memiliki 5 gram berat.
Hhmm, sepertinya gelang ini dibuang oleh seorang konglomerat, karena benang emas di gelang ini terlihat kusut dan tidak beraturan. Aku akan membawanya pulang, dan meminta tolong ke paman untuk memperbaiki gelang ini, sehingga dapat kujual Kembali dengan harga tinggi.
Sesampainya di rumah, aku meletakkan tas kecilku di atas meja ruang tamu, dan beranjak masuk ke kamar. Memungut barang-barang yang masih bagus memang bukan hal yang mudah, namun, kegiatan ini memang menyenangkan menurutku. Apalagi, jika dijual dengan harga yang mencakupi.
Ayah dan ibu sudah meninggal sejak aku berumur 10 tahun. Pamanku lah yang mengambil alih dalam mengurus rumah tanggaku, lagipula, ia sedang menganggur katanya. Terkadang, tante dan beberapa sepupu datang mengunjungi rumahku sekali sebulan, karena mereka terhalang beberapa pekerjaan yang ada di kota.
“Nindya, kamu menemukan gelang seperti ini dimana? Apakah kamu mencurinya?” Tanya pamanku dengan penuh curiga. Astaga, bisa-bisanya paman menuduhku seperti itu. Kan kerjaanku hanya memungut benda-benda yang berguna dan bagus di jalanan, untuk apa aku ke toko perhiasaan hanya untuk mencuri sebuah gelang. Aku menggeleng sebagai jawaban untuknya, Ia pun Kembali ke ruang kerjanya, dan melanjutkan beberapa pekerjaannya sambil memperbaiki kembali gelang itu. Sambil menunggu paman, mungkin aku akan tidur sebentar sambil mendengarkan kicauan burung di luar jendela.
Tiba-tiba petir bergemuruh. Aku yang tertidur lelap seketika kaget dibuatnya. Sepertinya, siang ini akan turun hujan. Aku melirik keluar jendela, dan menemukan langit-langit yang gelap dengan awan-awan yang hitam. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul setengah 2, sedangkan aku tidur tadi di sekitaran jam 10 pagi. Aku pun turun dari kasurku, dan beranjak keluar kamar, aku berencana untuk mencuci muka terlebih dahulu, sebelum makan siang.
Di saat keluar, aku merasakan hawa yang sangat aneh. Tidak seperti biasanya. Entah mengapa, rumah saat ini terasa sangat sunyi. Mungkin, paman sedang keluar rumah, ditambah lagi cuaca yang akan turun hujan nantinya. Aku pun melangkahkan kakiku ke arah ruang kerja paman, aku ingin memastikan jika paman benar-benar pergi keluar atau itu hanya perasaanku saja.
Kriet… Pintu ruangan pun terbuka. Wah, sepertinya paman meninggalkanku sendirian di rumah. Lampu ruang kerja miliknya dinonaktifkan, dan barang-barang yang biasanya berserakan di ruangan ini seketika kembali ke tempatnya. Kebetulan sekali paman suka bersih-bersih. Ah sudahlah, aku tidak mengurusi kondisi ruangannya, aku hanya ingin memastikan jika di rumah hanya ada aku seorang saja.
Hampir saja aku menutup pintu ruangan, tiba-tiba sebuah kilauan berwarna merah menarik perhatianku. Sepertinya, itu gelang yang aku temukan tadi! Aku menyalakan lampu ruangan, dan bergegas masuk untuk melihat kondisi gelang merah tersebut. Tidak hanya benang emasnya yang rapi, tetapi kristal merah itu menjadi lebih mengkilap! Bantuan paman memang paling dibutuhkan. Sekarang, mungkin aku akan mencoba gelang itu ke tangan kananku, siapa tahu cocok denganku. Tak kusangka, kilauan dan warna merah yang elegan di gelang ini membuatku menjadi lebih percaya diri! Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba saja pikiranku melarangku untuk menjual kembali gelang ini. Hahaha, gelang seindah ini mana mungkin akan aku jual, kristal merah ini barangkali bukanlah kristal asli yang harganya sangat mahal.
“Nindya, apakah kamu menyukai warna merah?” Lho, siapa tadi? Sebuah suara muncul begitu saja di dalam pikiranku. Suara itu terdengar tidak asing, namun, aku tidak dapat mengingat milik siapakah suara itu. Alhasil, agar tidak terlalu memikirkan hal ini, aku segera menjawab pertanyaan itu, di dalam hati.
Tiba-tiba saja, mataku melirik gelang yang sedang kupakai ini. Kilauannya seketika menghilang. Padahal, aku tadi yakin jika gelang ini memiliki kilauan yang indah. Benang emas yang tadinya melilit kristal-kristal merah ini menjadi sebuah gelang, seketika rusak tanpa suatu penyebab. Aku pun terkejut. Aku sudah mulai merasa hal yang aneh sedang mengintaiku. Namun, aku berusaha untuk tetap berpikir positif, mungkin saja gelang ini menjadi rusak ketika kucoba di tanganku.
Aku melihat sekeliling. Lho, kok ruang kerja paman jadi menghilang? Kenapa tiba-tiba semua pandanganku menjadi merah yang sangat mencolok? Gelang yang aku pakai tadi juga tiba-tiba menghilang entah kemana. Hatiku mulai panik. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
“Nindya, mari kesini nak.” Sebuah suara memanggilku dari arah belakang. Aku pun segera menengok ke sumber suara tersebut, dan menemukan kakek sedang berdiri di samping ayah ibu. Di sebelah kanannya, terdapat paman juga!
Eh, aku sekarang ingat. Pertama, suara tadi adalah milik kakek. Dan kakekku sudah tiada akibat sesuatu yang misterius. Kedua, gelang kristal merah ini, merupakan peninggalan dari kakek yang hilang sejak dulu. Oke, sepertinya aku menyesal mempunyai hobi memungut benda-benda yang bagus dan indah. Sekarang, aku harus menemui mereka ke sana.
1 minggu kemudian.. “Ma, kak Nindya nggak ada di kamarnya.” Ucap Zia. Tante sepertinya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak menyangka, bahwa mereka berkunjung ke rumah saudara dekatnya, yang pintu rumahnya tidak dikunci. “Oh ya ma, aku menemukan gelang ini di ruang kerja paman.” Lanjut Zia sambil menunjukkan gelang kristal merah kepada mamanya.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com