Gawat! Sepertinya jantungku menghitam. Aku memakai sihirku terlalu banyak. Seharusnya sejak dulu aku memperhatikan batasan pemakaiannya. Namun, penduduk desa dan ibuku sangat serakah. Bahkan, mereka mengajak para turis-turis untuk berkunjung ke rumahku untuk pengobatanku. Padahal, sudah sangat jelas bahwa sihirku ini tidak boleh tersebar ke publik. Pasti, leluhurku saat ini sedang melihatku dari kejauhan dengan perasaan yang kecewa.
Semakin lama, bunga ini semakin mengecil, padahal aku berniat untuk menjadikannya sebagai bunga Farmako raksasa. Bunga ini sangat spesial, hal ini dikarenakan bunga Farmako tidak memerlukan pupuk dan air dan sinar matahari untuk tumbuh. Melainkan, kemampuan sihir manusia yang memiliki keturunan mata merah.
Aku, Sheryl, adalah seorang manusia yang merupakan salah satu keturunan mata merah yang lahir di keluarga miskin. Ayahku merupakan seorang manusia, namun tewas di lautan ketika ingin berlayar ke pulau utara. Ibuku pun akhirnya bekerja sendirian, dan berusaha memperbaik ekonomi keluarga dengan susah payah.
Namun, entah darimana beliau mencoba untuk memperkenalkanku ke orang-orang desa, di saat aku masih berumur 6 tahun. Ibuku bermaksud untuk melayani beberapa orang sakit dengan kemampuan sihirku dan bunga Farmako. Memang sih, usaha ibuku memperbaik ekonomi kami, bahkan menjadi lebih baik. Tetapi, kemampuan sihir keturunan mata merah harus disembunyikan. Hanya kerabat sajalah yang dapat mengetahui hal-hal seperti ini. Perasaanku mulai tidak enak dengan tujuan ibuku, tetapi, aku yang masih saja bertubuh kecil hanya dapat menuruti perintah dari yang tertua.
Benar saja, ibu memakai uangnya untuk kepentingan yang tidak penting! Uang-uang hasil usahaku, ibu ambil hanya untuk menunjukkan kekayaan dan kemewahan. Padahal, aku sudah bersusah payah untuk menuruti keinginan ibu, bisa-bisanya ia balas perbuatanku dengan cara yang seperti itu.
Umurku saat ini adalah 18 tahun. Orang-orang yang berkunjung pun semakin banyak. Ibu memaksa untuk bekerja lebih giat lagi tanpa istirahat yang cukup. Seharusnya beliau mengerti jika sihirku membutuhkan energi yang luar biasa banyak. Bahkan, akhir-akhir ini, aku mendengar percakapan ibu dengan para pelanggan, bahwa ternyata ibu juga memiliki sihir yang sama denganku! Bahkan lebih kuat dan sempurna dari yang kumiliki. Mendengar hal itu, aku pun marah. Sangat marah. Mengapa ibu tidak mau membantuku jika ia juga memiliki kekuatan sihir itu? Apa dia hanya ingin memanfaatkanku?
Aku pun berlari keluar dari rumah, sebagian besar orang yang ingin berobat melongo melihatku. Tetapi syukurlah, sepertinya ibu tidak menyadari jika aku kabur.
Kakiku terus melangkah ke arah tenggara, dimana hutan Melati berada. Konon, hutan ini sangatlah subur. Mungkin saja, aku dapat menumbuhkan salah satu bunga Farmako di hutan itu.
Selama perjalanan, aku masih saja memikirkan ibu. Apakah beliau akan marah jika sumber kekayaannya menghilang? Atau justru menjadi sedih karena beliau menyadari kesalahan yang membuat putrinya kabur? Yah, aku tidak tahu itu. Intinya, aku sudah capek dengan perbuatan ibu selama ini.
Sesampainya di dalam hutan, suasana terasa sangat sunyi. Kicauan burung yang tengah terbang di atas pepohonan terdengar sangat merdu. Pikiranku menjadi tenang. Beberapa kali aku menghembuskan nafas, dan mencoba untuk membersihkan pikiranku.
Baiklah! Aku akan mencoba untuk membuat bunga Farmako terbesar yang pernah ada! Meskipun itu terlalu berisiko, tidak apa-apa lah. Lagipula, aku juga ingin mengakhiri alur yang menyesatkan di dalam hidupku.
Segera, aku pun duduk bersimpuh di bawah pepohonan jati. Aku akan membuat salah satu pohon jati ini menjadi teman bunga Farmako ini. Jadi, jika aku mati dalam beberapa menit lagi, bunga ini tidak akan sedih karena kesepian.
“SHERYL!!” Terdengar suara teriakan wanita di belakangku. Sepertinya itu adalah ibu! Csss… Astaga! Aku tidak fokus dalam prosesnya! Bisa-bisa, bunga Farmako raksasa ini akan gagal untuk tumbuh. Sialan, andai saja beliau tidak menggangguku, pasti bunga ini akan cepat tumbuh.
Aku mencoba untuk mempercepat prosesnya, namun hal ini membuat energiku melemah. Tiba-tiba saja, aku teringat dengan ucapan nenek. “Kalau dipakai banyak-banyak, nanti jantungmu akan menghitam.” ”Setelah itu, kau akan tewas dan berubah menjadi batu.”
Deg! Sepertinya, ini adalah suara jantungku. Apakah, aku akan berakhir mengenaskan menjadi sebuah patung yang menyedihkan? Padahal, bunga Farmako ini masih belum sempurna. Aku takut, aku menjadi gelisah. Seharusnya aku tidak melakukan hal ini dari awal.
“Sheryl!” Teriak ibu dibelakang. Kepalaku menoleh ke arah beliau. Namun, sudah terlambat. Tubuhku sudah menjadi batu.
50 tahun berikutnya. Suasana hutan masih saja terdengar sunyi. Namun, lingkungan sekitar terhiasi oleh benda-benda yang biasa dijumpai di dalam kuil. Apakah di dalam hutan ini terdapat sebuah kuil. Bahkan, satu orang yang datang ke hutan, tiba-tiba saja membungkuk ketika mereka melihat sebuah patung batu yang memiliki wajah ketakutan. Tunggu, apakah itu aku?
Plop! Hm? Sepertinya suara itu tidak asing di telingaku. Sesuai dugaanku, ternyata bunga itu baru saja tumbuh. Tetapi bagaimana bisa ia menempel di patung batu itu? Bukankah bunga Farmako raksasa telah gagal untuk kutumbuhkan?
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 18 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com