Setelah sekian lama aku terbangun dari alam bawah sadarku, entah berapa lama waktu yang terlewati. Seketika aku langsung mengingat peristiwa itu… dari penolakan bumi yang enggan menyerahkan tanahnya sampai malaikat yang memukul bumi, itu adalah salah satu peristiwa yang tak dapat kulupakan.
Aku pun melihat Bumi, aku langsung memanggilnya… “Bumi! Bumi!…” Tidak ada respon darinya saat aku memanggilnya, sepertinya ia sedang tertidur padahal aku ingin bertanya bagaimana kabarnya.
Menunggu Ia terbangun itu sangat lama, jadi aku pun menghampirinya dengan wujud setengah jiwaku. Tapi saat aku akan membangunkannya, aku mendengar gumamannya, tidak begitu jelas apa yang ia gumamkan. Lalu aku mendekatkan diri kepadanya agar aku dapat mendengar lebih jelas dan akhirnya aku bisa mendengar gumamannya. Namun… “Ya Tuhan, izinkan aku untuk… membelah diriku sendiri..” “!!” Aku terkejut dengan apa yang ia ucapkan.
“Kenapa kamu berkata seperti itu, Bumi?” Aku langsung menyentuh jiwanya dan membangunkannya. “Bumi! Bumi! Kumohon bangunlah, Bumi!” “..Hm?!” Akhirnya dia pun terbangun dan ia langsung melihatku. “S-Siapa kau?!” Dia terkejut melihat wujud jiwaku, yah wajar ia terkejut karena ia belum pernah melihat wujud jiwaku secara langsung.
“Tenanglah Bumi, ini aku Matahari.” “Matahari?! Kenapa wujudmu seperti itu?.” “Ini wujud jiwaku, yah walaupun ini masih setengah jiwaku dan Setengah jiwaku berada di ragaku yang masih bersinar disana.” Aku menunjuk tubuhku yang sedang bersinar. “Oh begitu, kamu membuatku terkejut..” “Maaf.”
Ia masih terkejut dengan apa yang dia lihat, aku pun langsung menanyakan kabarnya. “Bumi, bagaimana kabarmu?.” “…….” Dia tidak menjawab pertanyaanku, malahan dia mengeluarkan ekspresi sedih. “Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja kan?” “…Tidak.” Kenapa ia terlihat sedih seperti itu.. jangan-jangan apakah karena… “Apa karena manusia kau jadi seperti ini?” “…!”
Kali ini ia terlihat marah dan dia pun berkata… “Manusia… makhluk yang paling serakah!, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, yang mereka cari hanyalah kesenangan duniawi bahkan mereka sudah lupa dengan Tuhan!.” Aku sedikit terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Apa yang sudah manusia lakukan sehingga membuatmu marah?.” “Mereka merusak diriku(alam), bukannya menjaga dan merawat alam yang diberikan Tuhan tapi yang mereka lakukan adalah sebaliknya!.” Melihatnya seperti itu aku juga merasa sedih dan marah. “Bukan cuma itu, mereka juga merusak diri mereka sendiri!.” “Bumi…” Sepertinya yang Bumi perkirakan dulu itu benar, bahwa manusia akan membawa kehancuran.
Yah… akhirnya aku paham dengan apa yang dia gumamkan tadi, bahwa ia ingin melepas penderitaannya sekaligus melenyapkan manusia. Lantas apa yang membuat manusia seperti itu? tapi aku bahkan tidak tahu apa itu manusia yang sebenarnya. Seketika itu aku langsung berpikir, kalau bumi berkata demikian apakah manusia akan hancur akibat kesalahan mereka sendiri dan apakah Bumi juga akan hancur akibat kesalahan mereka?. Aku tak ingin kedua hal itu benar-benar terjadi… Bagaimana ini..?. apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal itu jika terjadi?… ohh, bagaimana jika aku…
“…Ada apa, Matahari? Kamu terlihat kebingungan.” “Hmm… aku hanya berpikir, Bagaimana jika aku mengawasi manusia secara langsung.” “Eh?! Mengawasi manusia ?.” “Ya.” “Untuk apa?.” “Aku ingin… mengetahui manusia yang sebenarnya.” “…Jika kamu ingin mengetahuinya aku bisa menjelaskan apa itu manusia kepadamu.” “Tidak perlu, aku ingin mengetahuinya secara langsung dengan mataku.” “Kalau begitu, bagaimana caramu melakukannya?.” Hmm… Aku masih ragu-ragu dengan pemikiranku ini, tapi… “Mungkin… dengan menjadi manusia.” “Huh!?” Aku sudah menduga dia pasti terkejut mendengar jawabanku.
“Aku tahu ini terdengar gila… tapi bagaimana menurutmu ?” “Menurutku itu terdengar sangat gila, Matahari.” “Yah.. tapi aku sudah memutuskan hal ini.” “…Tapi apa kamu benar-benar yakin dengan pemikiranmu itu? apakah kamu siap menanggung apapun resikonya?” “Aku sangat yakin dengan keputusanku ini dan aku siap bertanggung jawab apapun resikonya.” “Lalu setelah mengetahui tentang kebenaran manusia, apa yang akan kamu lakukan?”
Aku tadi berpikir bahwa manusia akan menyebabkan kehancuran, baik kehancuran manusia ataupun kehancuran Bumi… karena itu aku akan… “Aku akan berusaha menghentikan niat buruk mereka dan aku akan memberi mereka sedikit gambaran siksa neraka di alam bawah sadarku agar mereka bertaubat kepada Tuhan!” “……” Bumi terdiam sesaat dan melihatku dengan seksama. “…jika kamu sudah berkata seperti itu maka aku tidak akan menghalangimu. ” Dia berbicara dengan nada pasrah.
Aku sudah membulatkan keputusanku ini, lalu aku bertanya pada Bumi.. “Bumi, Apakah kamu tahu caranya merubah wujud jiwaku ini menjadi wujud manusia?.” “Hmm.., Aku tahu caranya namun bukan dengan cara merubah wujud jiwa tapi dengan cara memasukkan jiwamu ke raga manusia, cara ini lebih mudah dibanding dengan merubah wujud jiwa.” “Oh begitu… aku paham. Terima kasih, Bumi.”
Kemudian aku mengecilkan wujud jiwaku untuk masuk ke permukaan bumi dan mencari tubuh manusia. Tapi saat aku akan masuk ke bumi… “Tunggu, Matahari.” “Hm? Ada apa, Bumi?.” “Aku… ikut denganmu.” “Eh??” Dia ingin ikut denganku tapi dengan alasan apa… “Boleh aku tahu apa alasanmu untuk ikut?” “…Aku ikut denganmu dengan tujuan membimbing manusia kembali ke arah yang benar. Walaupun aku membenci manusia tapi…”
Dia terdiam sejenak dan melanjutkan kata-katanya. “Aku masih berharap manusia mau menjaga dan merawat alam yang diberikan Tuhan… dan mengingat Penciptanya.” Hmm.. begitu ya, dia sungguh penyayang. “Yah baiklah kamu boleh ikut lagipula aku tidak memintamu untuk ikut denganku.” “Dan juga kamu belum tahu apa-apa tentang dunia yang manusia tinggali ini jadi aku yang akan memandumu.” Eee.. benar juga apa yang ia katakan. “Masuk akal juga, Oke sudah diputuskan.”
Setelah itu kami meminta izin pada Tuhan. “Ya Tuhan, kami meminta izin pada Engkau untuk melakukan hal ini” “…….” Tidak ada jawaban dari Tuhan, namun aku yakin Tuhan pasti sudah mengizinkan kami karena jika tidak Tuhan pasti sudah mengutus malaikat untuk menghentikanku.
“Tidak ada jawaban dari-Nya ya… baiklah tidak apa-apa kita akan tetap melakukannya tapi sebelum kita mencari tubuh manusia, aku ingin melakukan sesuatu.” “Apa itu?.” Ia mengeluarkan wujud setengah jiwanya dan mengecilkan wujud jiwanya seperti yang kulakukan tadi. “Yaitu aku ingin memberimu sebagian pengetahuan yang kutahu dari manusia.” “Ohh baiklah, dengan senang hati kuterima.”
Ia lalu memegang jiwaku, seketika pengetahuan yang ia berikan mengalir deras ke ingatanku. Aku sedikit ‘takut’ dengan pengetahuan manusia yang beri padaku. “Wow… entah mengapa aku merasa sedikit merinding tapi terima kasih, Bumi.” “Sama-sama. Sekarang ayo kita mencari tubuh manusia, ikuti aku.” “Baiklah ayo.”
Kami terbang memasuki atmosfer bumi dan aku bisa melihat permukaan bumi namun disini terlihat gelap, tidak ada cahaya dari ragaku(matahari) mungkin ini yang disebut malam. “…Tapi, ini sungguh mengagumkan…” “Apa kamu mengatakan sesuatu matahari?” “Ah! Iya, wujudmu sangat indah dilihat dari dekat.” “ -! G-gitu ya…terimakasih.” Ada apa dengannya ?…Dia terlihat malu setelah aku mengatakan bahwa ia sangat indah. Memang sungguh indah, Aku belum pernah melihat keindahan alam ini. Tuhan memang luar biasa dalam penciptaan-Nya.
“!!” Tiba-tiba dia berhenti di tengah perjalanan, sepertinya kami berhenti diatas pantai. “Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba berhenti?.” “Aku merasakan ada dua bayi manusia disekitar pantai ini!.” Bayi manusia? di pantai ini?. “Lalu dimana dua bayi itu sekarang?” “emm… disana! di kapal itu!”
Dia langsung menuju ke lokasi yang ia tunjuk, aku pun mengikutinya. Setelah sampai ke lokasinya aku melihat dua bayi yang sedang tergeletak di kapal kecil, tapi… “Kenapa dua bayi ini bisa ada disini?” “Mereka pasti dibuang oleh orangtuanya, ini adalah salah satu keburukan yang dilakukan manusia! kenapa kalian(manusia) selalu saja berbuat seperti ini!?” Dia berkata dengan nada marah… “Tapi apa salah dua bayi ini sampai dibuang?” “Dua bayi ini tidak punya salah apa-apa, mereka dibuang pasti karena hasil hubungan gelap. Hubungan yang tidak sah yang dilakukan laki-laki & perempuan.” “Begitu ya…” Jadi ini salah satu keburukan yang dilakukan manusia, ini baru permulaan mungkin ada banyak keburukan yang akan kuketahui setelah ini, lalu aku melihat dengan seksama tubuh dua bayi ini, ternyata mereka laki-laki & perempuan. Namun…
“Bumi, entah kenapa… aku merasa dua bayi ini terasa kosong?.” “Apa maksudmu kosong?” “emm.. aku merasa… seperti tidak ada jiwa di raga mereka.” “Eh?!”
Dia langsung melihat seksama dua bayi itu. “kamu benar, mereka sudah meninggal… padahal mereka bayi yang tak berdosa, kenapa mereka harus melewati hal ini?…” Bumi… “Tenanglah Bumi, lebih baik kita berdoa agar jiwa dua bayi ini ditempatkan di sisi Tuhan.” “…Yaa dan semoga orangtua yang membuang mereka akan mendapat ganjaran yang setimpal!” “Ya semoga…”
Melihat dua bayi manusia yang sudah tak bernyawa disini, bagaimana kalau aku memasukkan jiwaku ke bayi ini? mungkin ide yang bagus. “Hei, Bagaimana kalau kita memasukkan jiwa kita ke tubuh dua bayi ini? bagaimana menurutmu?” “emm.. benar juga, ide yang bagus. Tubuh bayi juga sangat bagus karena tubuhnya dapat beradaptasi dengan jiwa kita.” “Baiklah, kalau begitu aku akan memasukkan jiwaku ke bayi laki-laki dan kamu memasukkan jiwamu ke bayi perempuan itu. Bagaimana? Apa kamu keberatan?” “Tidak, aku tidak keberatan dengan usulan itu.” “Oke, Sudah diputuskan.”
Setelah memutuskan hal itu kami memasukkan jiwa kami ke tubuh bayi yang kami pilih.
Bersambung…
Cerpen Karangan: Trojan Blog / Facebook: Cahyotrojan sekedar cerita fiksi yang dibumbui kisah nyata
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com