Pada suatu hari, di sebuah rumah mewah, ada sebuah buku lusuh di sudut meja di sebuah kamar kecil sedang menangis bersedu-sedu merindukan sang pemilik yang tidak pernah lagi menulis di lembaran buku itu, ia mengingat sang pemilik yang bernama tio telah meninggalkannya 3 bulan yang lalu disebabkan karena tio terkena penyakit tumor yang telah merenggut nyawanya. Buku itu hanya bisa menangis karena tak ada lagi keluh kesah yang lukiskan tio ke dalam buku itu.
“Tio, tio” panggil mamanya… “Iyaa ma” jawab tio, “nak makan dulu yuk setelah makan baru minum obat” ajak sang mama “Nanti aja mak” jawab tio sambil kembali asyik menggambar mobil balap yang menjadi kegemarannya,
Tio anak ketiga dari 4 bersaudara, dia memiliki kakak perempuan dan kakak laki-laki serta adiknya yang masih kecil, tio berumur 8 tahun, tetapi tidak seperti anak-anak pada umumnya tio tidak lagi bersekolah dan tidak diperbolehkan sering main di luar rumah, itu dikarenakan penyakit yang dideritanya sejak 6 bulan yang lalu, tio anak yang cerdas dan aktif, tetapi sejak ia sakit dia lebih sering menyendiri di kamar sambil menggambar dan menulis, itu merupakan hobbinya semenjak dia mengalami sakit,
Ayah tio seorang pengusaha furniture yang sukses dan mama tio seorang guru di salah satu sekolah swasta di daerahnya, kakak-kakak tio kembar dan mereka saat ini sudah kuliah sesuai cita-cita masing-masing, kakak tio kuliah kedokteran dan abang tio kuliah di teknik mesin, sedangkan adik tio masih berumur 2 tahun.
Semenjak sakit saudara tio memberi hadiah kepada tio berupa sebuah buku yang sangat indah disetiap lembarnya terdapat kata-kata semangat, maka sejak saat itu tio gemar menulis di buku kesayanganya itu, tio menceritakan semua keluh kesahnya didalam buku tersebut. Suatu malam tio tidak bisa tidur dan mengambil buku tersebut serta kembali menulis dalam kesunyian malam.
“Jika merasa sakit yang aku rasa maka aku tidak kuat, tetapi karena aku berada diantara orang-orang hebat seperti mama, papa, kakak, abang dan adk aku pun harus tetap kuat demi mereka, aku tidak ingin berpisah dari mereka tapi bagaimana pun juga itu tidak mungkin, aku ingin membuat mereka bahagia sebelum aku meninggalkan mereka untuk selamanya” dan akhirnya tio pun terlelap di meja belajarnya ketika menulis serangkai kata yang sangat menyentuh itu.
Tio menjalani pemeriksaan rutin setiap minggunya bersama sang mama, “Ma, tio capek..” kata tio lirih “Nak, kamu harus tetap semangat ya menjalani pengobatan ini, mama yakin tio kuat nak”, kata sang ibunda dengan suara yang sedikit parau menahan kesedihan melihat sang putra merasa lelah
Kembali di kamar tio, Kali ini tio menggambar sepeda balap, dulu sebelum sakit tio punya sepeda mungkin sekarang disimpan papa di gudang. Apapun yang dilakukan tio, ia pasti menuliskannya di buku kesayangannya seperti hari ini “Aku sedih ketika bilang sama mama aku capek, Tapi terkadang aku gak sanggup menahan sakit ini”
Hari ini weekend, papa mama dan saudara tio berencana mengajak tio untuk berlibur ke puncak, tempat yang sering tio sekeluarga kunjungi sebelum tio sakit. Tio pun antusias untuk pergi berlibur. Karena rencana akan menginap semalam disana maka mama menyiapkan keperluan yang dibutuhkan.
Dan mereka pun berangkat, tio duduk di paling depan agar bisa melihat pemandangan di perjalanan, mama ditengah bersama kakak dan abang tio, mereka pun menikmati perjalanan. Namun ada yang ketinggalan, buku kesayangan tio lupa dibawa. Awalnya tio sedih lalu sang mamak berkata “nanti tio menulis dirumah aja lagi ya nak, sekarang nikmati dulu liburan tio yaa” Tio akhirnya menjadi tenang, hari pertama tio menikmati liburan bersama saudara-saudaranya begitu juga hari kedua, namun di perjalanan pulang kondisi tio drop secara tiba-tiba membuat orangtua dan saudaranya panik, buru-buru papa tio membawa tio ke rumah sakit, namun kondisi tio sudah kritis.
Di dalam ruangan IGD, kondisi tio sedang diperiksa oleh dokter Namun ternyata tio sudah berpulang, artinya tio udah tiada “Mohon maaf ibu bapak, Allah lebih sayang sama tio”, kata sang dokter Sang mama menangis histeris sambil memanggil nama tio, “Tio.. tio.. tio.. nak” “Tio sekarang telah pergi dengan tenang ma, tio gak sakit lagi ma” kata papa menenangkan sang istri Hari ini hari pemakaman tio, mama sudah mencoba mulai bisa menerima kepergian tio
Beberapa minggu kemudian, mama menguatkan hati untuk bisa membereskan kamar tio, di kamar tio mama kembali histeris karena melihat barang-barang tio walau sudah menahan sekuat tenaga, akhirnya pelan-pelan mama menata mainan dan barang-barang tio, termasuk buku diary kesayangan tio, mama berlahan membuka setiap lembar tulisan tio, mama kembali histeris karena di dalam buku tio menulis segala kesakitan yang dirasanya selama ini.
“Maafin mama nak, maafin mama” “Mama tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kamu,” mama menangis sambil memeluk buku tio, karena kelelahan menangis mama sampai pingsan di kamar tio.
Dan mama merasa tio datang menemui mama lalu berkata, “Assalamualaikum ma”, sapa tio sambil tersenyum Mata mama berkaca-kaca menyambutnya, “Nak.. tio kamu kembali nak..” “Ma, mama jangan sedih lagi ya, tio udah gak sakit lagi disini ma” “Tio udah senang disini ma jadi mama juga harus bahagia ya” “Mama jangan lupa doa buat tio, mama ibu yang paling terbaik yang tio punya” “Love u ma kata tio sambil tiba-tiba menghilang” “Tio nak.. kamu jangan ninggalin mama lagi” “Nak.. nak…” mama kembali sadar yang ternyata sudah di kamar bersama sang suami dan anak-anaknya. “Pa tio pa.. Mama ketemu tio”, sambil kembali menangis dan papa menenangkan mama.. “Tio sudah sembuh pa, tio udah senang disana” kata mama
Akhirnya mama mulai bisa menerima waktu tio udah pergi jauh begitu juga dengan papa dan saudara-saudaranya, setiap hari jum’at keluarga ini pergi menziarahi tio dan membawa buku kesayangan tio, buku tersebut juga kembali senang ketika tio udah tidak sakit lagi.
“Selamat jalan tio. Doa kami menyertaimu..”
Selesai.
Cerpen Karangan: Elfina
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com