“Virly Gossandra.” Aku hanya terdiam ketika namaku dipanggil. “Sudah 3 tahun kami mencoba menangkapmu.”
Saat ini, aku sedang berada di suatu penjara khusus di luar kota, kalau aku tidak salah. Aku dituntun oleh dua orang penjaga menuju sel tahananku. Aku bisa mendengar para tahanan di sebelah kiri dan kananku memanggil namaku. Aku sudah cukup muak dengan mereka ditambah lagi mataku sekarang sedang ditutupi oleh alat khusus yang dikunci dengan kombinasi kode.
Di depanku, Inspektur Linda sedang memimpin jalan menuju sel tahanku. Ya, kalian benar. Dia adalah si Inspektur yang tahu semua rahasia kita. Sesuai perkataannya barusan, sudah 3 tahun mereka mencoba untuk menangkap kami.
Oke, siapa “mereka” dan “kami” disini? Biar kujelaskan. “Mereka” disini adalah STAR, sedangkan “kami” di sini adalah aku dan teman-temanku. Ceritanya begini, 3 tahun yang lalu, aku pernah ditangkap oleh STAR. Jangan tanya kenapa, ceritanya cukup panjang. Intinya, aku dibawa ke suatu tempat yang bernama PHI. PHI atau Psychiatric Healing Institute adalah sebuah institusi yang menangani segala penyakit kejiwaan. Selain itu, institusi ini juga dipakai sebagai sarana rehabilitasi, setidaknya itulah tampak luarnya. Aslinya, mereka bereksperimen terhadap kami, bahkan mereka tak segan-segan untuk menyiksa kami demi kepentingan mereka sendiri.
Ternyata, aku tidak sendiri di tempat itu. Aku bertemu dengan Akaru Darius dan Leroy Ottodinata, teman sekolahku. Mereka pernah membantuku ketika aku difitnah oleh sekolompok orang. Selain mereka berdua, aku juga bertemu dengan Skolastika Ratu Fiona dan Pietro Cesar. Singkat cerita, akhirnya kami berlima berhasil keluar dari institusi tersebut. Setelah berhasil keluar, kami didatangi oleh seseorang yang mengaku sebagai pemimpin dari organisasi Nova. Dia bermaksud untuk merekrut kami ke dalam organisasinya. Awalnya, Akaru, selaku pemimpin kami menolak ajakan tersebut, bahkan melawan pemimpin organisasi tersebut. Wajar saja, dia sudah tidak memercayai orang lain lagi selain kami berempat.
Dulu, dia sering di-bully. Mungkin waktu dia SD juga, aku tidak tahu. Aku mulai satu sekolah dengannya sejak SMP. Dari kabar yang kudengar, dia suka menolong teman-temannya, tapi sebagai balasannya, mereka suka menindasnya. Hal ini mereka lakukan secara diam-diam, tentunya, karena mereka takut kepada Leroy. Leroy adalah anak berandalan di sekolahku yang bersahabat dengan Akaru. Dia mungkin mempunyai utang budi kepada Akaru. Itulah sebabnya dia menjadi sangat protektif terhadap Akaru. Kejiwaan Akaru menjadi semakin buruk ketika dia ditahan di PHI. Lambat laun, dia menjadi seorang yang dingin dan tidak berperasaan.
Kembali ke ceritaku, akhirnya Akaru menerima ajakan pemimpin Nova tersebut. Mereka pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama: menyingkirkan semua yang menghalangi mereka. Sejak saat itu, kami selalu mengerjakan setiap misi yang diberikan olehnya. Itulah sebabnya kami sempat dimasukkan ke dalam daftar orang buron dan dikejar-kejar oleh beberapa badan keamanan internasional, termasuk STAR. Pada akhirnya, STAR berhasil menangkapku setelah 3 tahun menjadi buronan.
“Kau memikirkannya,” ucap inspektur itu. “Apa?” Aku menoleh padanya. “Anak itu. Kamu tidak menduganya, bukan?”
Jujur, aku tidak menduganya. Aku kira rencanaku sudah tepat, tanpa kekurangan suatu apapun. Kemarin, kami menerima misi dari pemimpin Nova untuk mengambil 3 artefak zodiak sekaligus: Libra, Cancer, dan Sagitarius. Aku berencana untuk mengambil artefak zodiak Cancer. Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Namun, aku dilumpuhkan oleh seorang cewek dan akhirnya ditangkap oleh STAR.
Begitulah kira-kira sekilas tentang kehidupanku dan teman-temanku. Kalian juga sudah paham kenapa aku ditangkap saat ini. Setelah perjalanan yang cukup lama, akhirnya aku dimasukkan ke dalam suatu sel tahanan khusus. Setidaknya mereka melepas borgol di tanganku sebelum mereka pergi. Gila, tanganku sakit sekali.
Aku hanya menghabiskan waktuku berbaring di atas kasur sel. Setelah beberapa saat, aku tidak bisa menahan rasa kantuk yang sudah menguasaiku dan aku pun tertidur. Belum pulas tidurku, tiba-tiba pintu selku terbuka. Sontak, aku langsung terbangun dan menoleh ke arah pintu sel. Betapa terkejutnya aku ketika alat penutup mataku terbuka dan aku bisa melihatnya. Sepasang mata yang berbeda warna, hitam dan biru laut. Jas biru dengan sarung katana di belakangnya. Aku hanya bisa terpana selama beberapa saat hingga dia berkata, “Cepat! Kita sudah tidak ada waktu lagi.”
Aku tersadar dari lamunanku. “Oh, ya.”
Aku langsung bergegas mengikutinya. Alarm penjara mulai berkumandang ketika pintu selku terbuka. Kami pun berlari menyusuri koridor penjara hingga kami sampai di lobi. Di situ, ada Pietro yang sedang menunggu kami.
“Lama sekali kalian!” tegurnya. “Kenapa lu ada di sini?” tanyaku. Bukan jawaban yang kudengar, tapi suara senjata yang dikokang. Aku melihat sekelilingku, ternyata ada banyak penjaga penjara yang mengelilingi kami dengan senjata yang diarahkan kepada kami.
“Haruskah saya memberhentikan waktu, Bos?” tanya Pietro. “Tidak perlu, sudah lama saya tidak bertarung lagi.” Dia mengeluarkan sebuah pistol dari jasnya dan memberikannya padaku. “Ini, kamu membutuhkannya.”
Aku menerima pistol itu lalu mengokangnya. Setelah itu, kami membelakangi satu sama lain sambil menyiapkan senjata kami. Lalu, kami berpisah satu sama lain dan melawan para penjaga itu. Aku kebagian melawan 4 penjaga sekaligus. Saatnya menggunakan kekuatanku, pikirku. Sambil mengarahkan pistolku, aku dan para penjaga itu saling menatap satu sama yang lain. Setelah itu, aku langsung berlindung di balik tembok di sebelahku. Beberapa saat kemudian, keempat penjaga itu mulai menembaki satu titik yang sama. Setelah selesai menembak, mereka mulai maju perlahan. Aku menggunakan kesempatan ini untuk menyelinap ke belakang para penjaga itu dan menembak mereka.
Aku mempunyai kekuatan untuk menciptakan ilusi. Namun, dengan satu syarat, aku harus bertatapan dengan targetku. Itulah yang aku lakukan barusan, menciptakan ilusi di dalam kepala keempat penjaga itu. Setelah selesai melawan para penjaga itu, aku langsung bergabung dengan mereka berdua. Kami pun bergegas pergi ke luar gedung lalu berjalan sedikit melewati hutan. Setelah melewati hutan, kami pun sampai di sebuah lahan yang luas. Di lahan itu, terdapat sebuah mobil yang terparkir di situ. Kami pun masuk ke dalam mobil tersebut.
Kami pergi ke rumah Akaru yang berada tak jauh dari penjara. Sesampainya di sana, Akaru memasukkan mobilnya ke dalam garasi, sedangkan aku dan Pietro masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah, aku melihat Skolastika dan Leroy sedang bersenda gurau di tangga. Mereka tampaknya habis berduel ria di dojo, terlihat dari keringat mereka yang bercucuran. Mereka langsung menyapa kami begitu kami masuk ke rumah.
“Lu kenapa bisa ketangkep gini?” tanya Skolastika. “Panjang ceritanya,” jawabku. “Sebaiknya kita jangan membuang-buang waktu lagi.” Akaru masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu. “Kita punya tugas baru.” “Ada tugas apa lagi nih?” tanya Leroy. “Kita akan menculik anak-anak pejabat.”
Cerpen Karangan: A. Raymond S. Facebook: facebook.com/andreas.soewito
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com