Oriza sungguh benci dengan dunia yang sekarang, ia berharap terlahir lebih cepat saja. Tujuannya ingin lahir lebih cepat karena ia sangat tidak ingin merasakan kuliah online yang membuat kepalanya pusing. Dulu ketika masih SMA ia mendambakan masa kuliah yang menyenangkan dan mendebarkan karena bertemu seseorang yang disuka. Oriza sangat ingin sekali kehidupan kuliah seperti yang ada di drama korea, merasakan nongkrong dengan teman, suasana ramai ketika jam kosong, mempunyai gebetan. Tapi sayangnya itu semua tidak Oriza rasakan.
Nyatanya Oriza sekarang merasa sangat stress karena ia tidak merasakan masa-masa kuliah yang indah. Oriza sangat menyalahkan kehadiran covid-19 yang membuatnya tidak merasakan kuliah di kampus. Ia benci menjalani hari-hari kuliah dengan mendekam di kamarnya yang terasa sesak. Ia benci jika ingin berkeluh kesah tapi tidak tahu kemana. Tugas-tugas kuliah online yang sangat banyak membuat Oriza kesulitan untuk mengerjakan tugas kuliahnya.
Ada banyak alasan Oriza merasa sulit mengerjakan tugas itu dikarenakan ketika kuliah online ia selalu mendengar keributan dari luar kamarnya. Siapa lagi jika bukan kedua orangtuanya yang setiap hari bertengkar. Sang ayah selalu mabuk mabuk sehingga tidak bekerja, sedangkan ibunya setiap hari marah-marah karena kelakukan ayahnya yang tidak bertanggung jawab sama sekali sebagai kepala keluarga.
Oriza benar-benar lelah, ia ingin mencurahkan seluruh keluh kesah tentang sulitnya kuliah online, tentang keluarganya yang kacau, tentang seberapa berantakannya hidupnya. Tapi, ia bingung mencurahkan tersebut kepada siapa. Kuliah online membuatnya sulit beradaptasi dengan beberapa teman kuliah. Alhasil selama kuliah ia tidak memiliki sandaran sama sekali. Itulah yang membuat Oriza benar-benar manusia yang payah.
Ketika malam hari selesai mengerjakan jurnal umum, Oriza membuka hp sembari berselancar sosial media twitter. Menurut Oriza twitter adalah aplikasi untuk mencurahkan segala keluh kesahnya tanpa takut orang lain membocorkan rahasianya. Kemudian Oriza membuka salah satu base twitter yang bernama “Social Media Killing Me” dan tentunya Oriza merasa aneh dengan base twitter tersebut.
“Gila, memangnya ini nyata? Dengan mengirim tulisan ingin bunuh diri di base ini kita langsung mati tanpa merasakan sakit?.” Oriza berkali-kali memastikan bahwa ini base yang menurutnya sangat konyol. “Tapi belakangan ini aku juga sangat stress. Apa aku coba saja kirim pesan di base ini? tapi kalau nanti aku mati gimana? Tapi dipikir-pikir konyol juga mati gara-gara kirim pesan di base.”
“Dasar laki-laki keparat kamu mas, berani beraninya kamu malam ini muncul disini.” Teriak ibunya. “Kenapa jalang sialan!!! Ini juga rumah gue, lo mau apa, sini lawan gue.” Teriak ayahnya sambil menampar ibunya. Oriza yang pikir malam ini akan tenang dan damai tanpa adanya pertengkaran kedua orangtuanya ternyata salah besar. Kini ia mendengar suara ribut di luar kamarnya. Entah berapa banyak perabotan rumah yang pecah karena ulah kedua orangtuanya. Kadang ia heran melihat kedua orangtuanya yang setiap hari bertengkar. Bukankah menurutnya lebih baik cerai saja daripada sudah tidak bisa dipertahankan lagi pernikahan orangtuanya ini.
Keeseokan harinya Oriza stress besar itu karena IPK untuk semester 3 kali ini sudah keluar. Ia kira akan aman dan lulus dari beberapa mata kuliah ini, tapi nyatanya ia tidak lulus di beberapa mata kuliah. Setelah dihitung-hitung ia mendapatkan lima nilai D di beberapa mata kuliah. Ini artinya ia akan mengulang lagi tahun depan kan?
Memikirkan mengulang matkul tahun depan bersama adik tingkat rasanya ingin bunuh diri. Oriza merasa ia sudah tiada harapan lagi untuk kuliah. Ia kuliah di jurusan Akuntansi ini karena suruhan ibunya. Kata ibunya dulu kalau ia kerja di bank gajinya akan banyak. Padahal jujur ia tak minat sama sekali berkutat dengan angka-angka keuangan. Yang ia mau dulu ketika SMA kuliah di jurusan sastra inggris. Jurusan idamannya.
Mungkin karena ia tak memiliki bakat berhitung jadi ia tak mampu di jurusan Akuntansi. Bayangkan ia tak lulus di 5 mata kuliah, ia tak yakin akan bertahan sampai semester akhir nanti. Tapi jika ia bilang pada ibunya untuk berhenti kuliah di jurusan Akuntansi, ia yakin ibunya akan marah-marah padanya.
Ia jadi takut bahwa masa depan kuliahnya akan suram karena mengulang mata kuliah ini. ia juga takut akan menjadi mahasiswa abadi apabila dari semester awal sampai semester nantinya tidak jua paham mengenai dasar akuntansi sampai perhitungan akuntansi. Sebenarnya ia bisa saja tanya materi yang tidak paham kepada teman kuliahnya. Masalahnya ia merasa bahwa kuliah online tidak punya teman. Ia selalu merasa sendirian, ia ingin punya teman tapi adakah yang mau? Hidup yang Oriza rasakan saja sudah melelahkan, ditambah ia tidak memiliki sandaran dan tempat untuk berkeluh kesah. Oriza ingin bunuh diri saja jika hidup yang ia jalani tidak kuat. Ia ingin menyerah saja akan semua masalah yang ia hadapi.
“Apa aku coba saja base twitter itu, sepertinya cukup mudah caranya, dengan mengirim pesan ke base tersebut aku akan mati dan tidak merasakan sakit ketika nyawaku dicabut.”
Oriza tergiur akan bunuh diri dengan cara terbaru tersebut. Akhirnya Oriza berniat mencoba mengirim pesan “AKU INGIN MATI” dan keesokan harinya ibu dan ayahnya menemukan Oriza tidak bernyawa dengan ponsel yang ada di tangannya.
Cerpen Karangan: Kuni Auliya Rahmah Blog / Facebook: Fitriyah Salsabilla Seorang mahasiswa yang gabut dan tengah stress menjalani kuliah online dan tercetus ingin menghasilkan karya. Instagram: @kuniauliyaarr_
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com