Tiba-tiba mati lampu, ditengah malam bulan baru. Gelap pekat menyelimuti pelupuk matanya. Dia terbangun dengan keringat yang bercucuran sebab udara ruangan menjadi pengap. Dia beranjak dari kasur mengambil lilin dan korek api di lemari kayu setinggi 2 meter itu.
Derap langkahnya berdecit ditengah keheningan malam. Alangkah baiknya dia melanjutkan tidurnya hingga pulas namun, dia memiliki kewajiban yang harus dia kerjakan, yaitu menyalakan lilin di ruang tamu untuk menyambut seseorang yang belum datang sejak maghrib tadi.
Dia menemukan lilin namun, korek api tidak ada disitu. Di rumah dua lantai yang besar ini hanya ada satu saja tempat mencari api selain dari korek api, yaitu dapur. Untuk sampai ke dapur, dia harus melewati beberapa ruangan yang sama gelapnya dengan kamar ini.
Dia bergegas, menjemput cahaya lilin. Koridor kamar tampak gelap gulita, tidak terlihat apa-apa. Dia hanya mengandalkan insting saja. Dan hampir saja kakinya menabrak kaki lemari, untung tangannya menyentuh sisi lemarin sebelum jari jemari kaki.
Sebelum sampai ke dapur, dia melihat cahaya merah. Kecil dan terang seperti ada sesuatu yang mengawasinya. Dia curiga bahwa ada seorang pencuri yang menyelinap masuk ke rumahnya ini. Dia mendekati sumber cahaya dengan seksama dan berhati-hati namun, anehnya sumber cahaya tidak bergerak sama sekali sehingga dia merasakan keanehan.
Tampak kakinya mulai bergetar dan tangannya mendingin. Akan tetapi dia tidak bisa lari sebab, sekarang dia sudah terjebak di antara koridor yang jarak dari tempat dia berdiri sekarang ke kamarnya cukup jauh. Memberanikan diri untuk mendekati, nampaknya itu bukan sebuah mahkluk ataupun benda yang menakutkan. Melainkan sebuah pintu yang gagangnya memancarkan cahaya merah terang.
Dia menggenggam, kemudian membuka pintu itu. Seketika alam berubah. Semuanya nampak berminyak seperti balon cair, ruangan ini rapuh dan akan hancur. Beberapa pintu di koridor berubah menjadi sesuatu yang lunak dan berwarna terang terbalik, kemudian berubah bentuk menjadi buih yang berterbangan kemana-mana. Dinding dan karpet yang membentang mengkerut hingga remuk dan menjadi satu, sehingga dia tidak sadar kalau dari tadi dirinya sudah menjadi satu dengan buih.
Terbang ke arah yang hampa, ruangan berubah menjadi angkasa yang gelap dan hening. Dua buah buih di dekatnya berubah menjadi bola minyak kemudian bertabrakan dan satu sama lain saling menarik unsur bawaannya. Dia menyaksikan pembentukan dari suatu zat yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Kedua bahunya berpisah satu sama lain, kakinya, perutnya, dahinya, keningnya juga, dan bahkan matanya pula. Sekarang wujudnya bukan lagi jasad manusia, melainkan buih yang berpisah kemudian meletus kedalam kehampaan yang amat.
Cerpen Karangan: Kanum
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com