Dilanda sebuah bencana selama 3 dekade memang tidak menyenangkan. Bayangkan saja, seisi pulau dihujani oleh sebuah hujan batu yang tiada hentinya. Bebatuan yang turun dari langit sangat membahayakan bagi warga yang tinggal di Pulau Ghor. Kepala kejatuhan batu saja sudah pasti akan menewaskan orang-orang di sana.
Pagi, siang, sore, maupun malam, hujan batu ini tidak kunjung berhenti. Warga di Pulau Ghor pun khawatir. Tak tega melihat kekhawatiran mereka, pemerintah pun telah memutuskan untuk menutup pulau Ghor ini sementara. Mereka mengarahkan para penduduk untuk pergi ke luar pulau, dan meninggalkan kampung halaman mereka. Dengan arahan yang diberikan, mereka semua pun pindah ke pulau tetangga dengan bantuan kapal kayu raksasa yang dapat menampung seluruh penduduk pulau yang berjumlah sekitar 10 ribu jiwa.
4 hari setelah arahan yang diberikan pemerintah selesai diumumkan, kapal kayu raksasa pun siap berlayar. Tak jauh dari pulau, sebuah bayangan besar berwarna hitam tiba-tiba saja muncul di atas pulau. Seketika, sebuah bongkahan batu yang ukurannya sangat besar menghantam Pulau Ghor. Seluruh penduduk yang berhasil berlayar dengan bantuan kapal raksasa terkejut dan tercengang melihat kejadian mengerikan itu. Setelah batu itu menghantam tempat tinggal mereka, pasti tidak ada satu pun makhluk hidup yang dapat selamat dari bencana yang mengerikan ini, pikir mereka semua. Mereka semua penasaran dengan rencana sang dewa. Mengapa beliau menjatuhkan hukuman yang besar bagi Pulau Ghor? Apa yang direncanakan sang dewa selama ini? Entahlah. Tidak ada satupun jawaban yang meyakinkan. Hanya sang dewa lah yang mengerti rencananya selama ini.
—
“Kenapa ya, tuan masih saja menurunkan hujan batu ke pulau Ghor itu.” Ucap pria berjubah putih itu. “Padahal kan, hujan batu itu telah menghantam pulau yang tak bersalah selama 3 dekade.” Lanjutnya kesal.
Karena merasa iba dengan pulau itu, pria itu pun turun dari tempat peristirahatannya, dan turun ke permukaan bumi. Berkat kekuatannya yang diberkati oleh sang dewa, otomatis ia meluncur langsung ke TKP. Untung saja pria itu membawa sebuah perisai berlian dengannya. Bebatuan yang berjatuhan dari langit tidak akan mengenai pria itu. Ia memutuskan untuk menghentikan hujan batu yang selama ini menghujani Pulau Ghor dengan perisai berliannya.
Kesaktian yang dimiliki pria itu mampu membesarkan perisai berlian yang saat ini ia pegang. Dengan begitu, ia pun mendorong langit kelabu yang menjatuhkan bebatuan ke Pulau Ghor. Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja hujan batu pun berhenti, dan langit yang cerah pun muncul dari atas. Setelah 3 dekade menunggu, sang matahari dapat menyinari Pulau Ghor tanpa hambatan.
Tanpa ragu, pria itu mengeluarkan sebuah tongkat sihir yang sangat asing di mata manusia. Bagaimana tidak, tongkat sihir itu merupakan satu-satu nya pemberian sang dewa, alias majikan dari pria itu. Dengan gerakan yang lincah, ia pun mengayunkan tongkat sihirnya, dan ajaibnya lagi, bebatuan yang selama ini menumpuk di atas Pulau Ghor seketika lenyap tak tersisa. Dengan membuat sebuah ekspresi bangga di wajahnya, ia pun kembali ke atas langit, dan memandangi keindahan Pulau Ghor yang telah bebas dari penderitaannya.
—
Otomatis, seluruh manusia yang menginjakkan kakinya di bumi pun terkejut dan tercengang akan kondisi terbaru dari Pulau Ghor. Mereka tidak menyangka bencana yang mematikan itu seketika hilang sekejap dari Pulau itu. Penduduk asli Pulau Ghor sangat kegirangan dan sempat berbahagia dengan orang-orang terdekatnya. Akhirnya, pemerintah Pulau Ghor pun mengumumkan kepada rakyat-rakyatnya untuk dapat kembali ke kampung halaman mereka. Sebagian besar penduduk asli pun pergi kembali ke Pulau yang mereka tinggali dulu. Sedangkan, sebagian kecil dari mereka memilih untuk tetap di pulau tetangga. Kebanyakan dari mereka adalah lansia dan orang-orang tua saja. Pantas mereka tidak ingin menghabiskan energi yang tersisa di hidup mereka hanya untuk pindah ke kampung halaman mereka.
Pria yang tadinya menyelamatkan Pulau Ghor dari penderitaan, seketika membuat sebuah senyuman yang indah di mulutnya. Ia tidak menyangka usaha kecilnya ini dapat membantu banyak orang yang merindukan kampung halaman mereka.
“Apa yang kau lakukan ke pulau itu?!” Tiba-tiba saja sebuah suara yang mengagetkan pria itu muncul di kepalanya. Suara itu terdengar sangat jelas dan keras, namun ia tahu jika ini merupakan suara majikannya. Sebenarnya, ia takut jika usahanya sangat bertolak belakang dengan keinginan sang dewa. Jika ia melanggar, sudah pasti sebuah hukuman yang berat akan menjatuhinya. “Maafkan saya, dewa, saya hanya ingin membantu para manusia untuk kembali ke pulau asalnya.” Jawab pria itu dengan gelisah. “Kamu seharusnya jangan ikut campur rencanaku! Aku sangat yakin kau akan menyesal jika melihat kondisi pulau itu ke depannya lagi.” Ujar sang dewa. Seketika, suara sang dewa pun menghilang dari dalam kepalanya. Pria itu penasaran akan pernyataan majikannya. ‘Menyesal setelah melihat kondisi Pulau Ghor ke depannya nanti?’ Pria itu pun semakin penasaran. Maka dari itu, ia mencoba untuk melangkah ke masa depan untuk melihat masa depan pulau yang baru saja ia selamatkan.
Aneh, tidak ada satu pun hal yang membuat pria itu kecewa akan usahanya. 1 bulan, 6 bulan, hingga 1 tahun pun, ia tidak menemukan sesuatu yang membuatnya kecewa dan merasa sedih. Ia menganggap pernyataan sang dewa hanyalah sebuah ancaman saja. Maka dari itu, ia pun kembali ke tempat duduknya, dan tetap memehartikan kondisi Pulau Ghor saat ini.
Ia terlalu bosan melihat Pulau Ghor dari atas langit. Ia pun turun ke bumi, dan mencoba melihatnya lebih dekat lagi. Pria itu tidak menyangka. Ternyata, pernyataan sang dewa beberapa waktu lalu memang benar adanya. Seketika, pria itu kecewa, dan sedih. Dengan hati yang berat, ia pun kembali ke atas langit dan berusaha melupakan Pulau Ghor yang selama ini ia pedulikan.
Mengapa pria itu menyesal? Apa yang membuatnya kecewa? Jawabannya tentu saja adalah kondisi Pulau Ghor tersebut. Pulau yang diisangka-sangka memiliki kehidupan yang indah dan tentram, ternyata memiliki sisi kelam yang sangat berlawanan dengan keinginan pria itu. Aneka perbuatan maksiat terlihat jelas di dalam pulau itu. Kekerasan, minum minuman keras, pencurian, pembunuhan, bahkan zina pun terlihat jelas di dalam pulau ini. Padahal, hal-hal tersebut merupakan maksiat yang sangat dibenci oleh sang dewa. Secara tidak langsung, Pulau Ghor memiliki sebutan lain yang disebut, “Pulau maksiat.”
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com