STAR Safe House, Semarang, Jawa Tengah. Sabtu, 26 November pukul 23.00 WIB.
Ketika aku memasuki rumah itu, aku melihat Sasagi dan Riska sedang berdiskusi bersama Miranda lewat laptop terkait tempat kelompok penculik itu menyekap anak pejabat itu, sedangkan Arnold tampak gelagapan ketika sedang telepon dengan seseorang.
“Sudah menemukan tempat persembunyiannya?” tanyaku. “Nah itu masalahnya, Bos. Saya dan Mira udah ngecek semua CCTV pas mereka kabur, tapi kami kehilangan jejaknya. Saya yakin mereka ganti mobil,” jawabnya. “Kenapa kamu tidak pakai kekuatanmu?”
Kuberitahu satu hal, Sasagi mempunyai kekuatan technopathy. Kekuatan itu dia dapatkan dari menjadi Astrologist zodiak Sagitarius. Dengan kekuatan itu, dia dapat mengendalikan semua teknologi yang ada di sekitarnya, mulai dari telepon genggam sampai satelit militer. Kekuatan yang mengerikan kalau misalkan digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
“HP mereka dibuang tak jauh dari lokasi terakhir mereka ditemukan. Makanya, saya mencoba menemukan titik temu mereka dan semoga aja ketemu tempat persembunyian mereka juga.” “Mentang-mentang udah jadi pemimpin, kamu lupa sama saya, Taufik?” ucap Riska. “Bukan begitu, keselamatan anak-anak itu sedang dipertaruhkan. Jadi, saya tidak bisa berhalo-ria dulu dengan teman lama.” “Iya, Taufik. Saya hanya bercanda kok.”
“Ngomong-ngomong, ke mana yang lain?” “Mereka lagi dalam perjalanan,” ujar Arnold setelah selesai telepon dengan seseorang.
Akhirnya kami pun berdiskusi bersama. 15 menit kemudian, Canaan dan Kaputri sampai di rumah ini. Selang beberapa menit kemudian, sampailah Linda di rumah ini seorang diri. Sontak, beberapa dari kami langsung menanyakan keberadaan Johannes. Aku pun menjawab, “Dia dibekukan oleh Akaru ketika berusaha menjauhkan Giana dari Akaru. Aku melihat sendiri kejadiannya secara langsung. Saat ini, Johannes sudah dipindahkan ke STAR Jawa Tengah dalam kondisi tak sadarkan diri.” “Apa yang sudah kalian temukan?” tanya Linda datar. “Tunggu sebentar. Nah, ketemu juga!” Sasagi menyodorkan peta yang sudah dia coret-coret sedari tadi kepadaku. “Apa ini?” Aku menyebarkan peta itu di atas meja supaya bisa dilihat orang. “Ketiga titik di peta ini ngenandain lokasi terakhir mereka ditemukan. Saya tarik garis dari ketiga titik itu lalu nemuin titik temu di sekitar sini.” Sasagi menunjuk ke arah satu lingkaran besar yang terdapat pada peta. “Saya sudah mengecek di sekitar lokasi tersebut, terdapat 4 bangunan kosong yang sekiranya dapat mereka gunakan sebagai tempat persembunyian. Saya kirim gambarnya sekarang,” ucap Miranda. “Bagaimana menurutmu, Linda?” tanyaku. Dia mencondongkan badannya ke depan untuk melihat bangunan-bangunan tersebut. “Saya rasa mereka akan menggunakan salah satu dari kedua bangunan ini.”
“Hmm, menarik.” Tiba-tiba Genesis muncul di sebelah Miranda. “Satu bekas pabrik, satunya lagi bekas apartemen. Dua-duanya jauh dari pemukiman warga terus wilayahnya luas, cocok buat dijadiin tempat sparring antar Astrologist. Ruangannya juga banyak, jadi bisa buat kita pusing nyari anak-anak itu.” “Tapi, masa kita harus memeriksa kedua tempat itu satu per satu untuk mengetahui bangunan mana yang mereka gunakan?” tanya Kaputri. “Soal itu, ngga usah khawatir, Tuan Putri. Gua sama Arnold bisa urus masalah ini. Ya kan, Arnold?” ujar Sasagi. Belum sempat Arnold menjawab, Kaputri berkata, “Hei, namaku Kaputri bukan Tuan Putri.” “Ok, ok, ngga usah marah-marah gitu dong. Mattaku (Ya ampun), lu mirip banget sama Bos, terlalu kaku.” “Sudah, sudah. Kalian berdua cepat periksa kedua tempat tersebut lalu laporkan hasilnya pada saya,” ucapku.
Akhirnya Sasagi dan Arnold pergi memeriksa kedua tempat itu. Pertama-tama, mereka memeriksa bangunan bekas pabrik, hasilnya nihil. Kemudian, mereka berpindah ke bangunan bekas apartemen. Ternyata dugaan Linda benar, para penjahat dan ketiga anak pejabat berada di dalam bangunan bekas apartemen tersebut.
Aku langsung membagi anggotaku menjadi 3 kelompok. Aku dan Riska akan menyelamatkan anak-anak tersebut, sedangkan sisanya akan menarik perhatian para penjahat lalu melawan mereka. Setelah Sasagi dan Arnold kembali, kami langsung bersiap-siap.
Ketika sedang bersiap-siap, aku melihat Riska sedang mencuci mukanya di depan wastafel kamar mandi. “Apa?” katanya. “Tidak apa-apa. Saya hanya penasaran kenapa kamu selalu memakai perban di matamu padahal kamu bisa melihat?”
Dia memalingkan wajahnya kepadaku, menunjukkan kedua matanya yang berwarna biru safir. Namun, keindahan itu dirusak dengan segaris luka gores yang melintang pada kedua matanya. “Saya tidak mau orang-orang berbicara yang tidak-tidak tentang saya. Selain itu, saya juga tidak mau mengingat hari ketika ini terjadi.” Dia memakai perbannya kembali lalu berjalan keluar kamar mandi. Aku menahannya. “Masa lalu bukannya menjadi beban, tapi menjadi pelajaran.”
Setelah pembicaraan dengan Riska, kami semua pergi menuju bangunan bekas apartemen. Tak jauh dari lokasi, Sasagi memberikan kami arahan. Komplek apartemen ini terdiri dari 3 gedung dan sebuah taman di belakangnya. Masing-masing dari anak pejabat itu disekap di salah satu gedung dan dijaga oleh seorang penjahat, sisanya 2 penjahat berjaga di luar gedung. Sesudah mendengar penjelasan Sasagi, kami berpencar sesuai dengan kelompok yang sudah kubagikan.
Tak lama setelah aku dan Riska sampai di posisi kami, kami mendengar suara gaduh dari taman belakang gedung apartemen dan sisi gedung apartemen. Kesempatan itu kami gunakan untuk masuk ke dalam salah satu gedung itu. Kami naik ke lantai 4, tempat salah satu anak itu disekap.
“Riska, ada orang di sini?” tanyaku. Dia terdiam sejenak. “Aneh, ada tiga orang di sini. Tepatnya di kamar itu.” Riska menunjuk ke arah suatu pintu.
Kami buru-buru membuka pintu kamar itu dan betapa terkejutnya aku melihat Virly Gossandra sedang terduduk di lantai dengan kondisi terikat kedua tangannya di belakang dan tidak sadarkan diri. Bukan hanya itu, aku melihat Giana dan Johannes berdiri di depan Virly. Giana langsung berlari memelukku.
“Untunglah kamu baik-baik saja,” ucapku. “Saya diselamatkan oleh Kak Faizal, eh, maksud saya Kak Johan.” “Maafkan saya, Komandan. Saya akan jelaskan semuanya nanti. Saat ini, kita harus mengeluarkan Giana dari sini,” ujar Johannes. “Bagaimana dengan anak-anak yang lain?” tanya Riska. “Saya sudah keluarkan mereka dan sembunyikan mereka di sebuah gudang tak jauh dari sini.” “Para penjahatnya?” Sekarang giliranku yang bertanya. “Saya ikat mereka di kamar tempat anak-anak itu disekap.” “Baiklah, kamu bawa Giana ke tempat kamu menyembunyikan kedua anak lainnya. Riska akan menemanimu dan memeriksa keadaan anak-anak itu.” “Siap, Pak.”
Setelah mereka pergi, aku mengecek kondisi para penjahat yang terikat. Selagi aku memeriksa Leroy, aku mendapat laporan bahwa Pietro sudah dilumpuhkan oleh Kaputri dan Arnold. Aku juga mendapat laporan bahwa Akaru sudah dilumpuhkan oleh Sasagi, Linda, dan Canaan.
“Bagaimana kondisi di sana, Riska?” Aku berkomunikasi dengan Riska menggunakan earpiece. “Sehat dan baik-baik saja, Taufik,” ujar Riska.
Aku langsung menghubungi STAR Jawa Tengah untuk mengurus para penjahat dan anak-anak pejabat. Di luar apartemen, aku melihat para penjahat itu dikawal menuju mobil tahanan. Semuanya terkejut melihat Johannes keluar dari gudang itu bersama anak-anak pejabat itu. Pertanyaan di benakku mulai muncul, Bagaimana Johannes bisa ada di sini?
Cerpen Karangan: A. Raymond S. Facebook: facebook.com/andreas.soewito
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com