Aku terbangun di suatu tempat yang penuh dengan warna putih. Tak jauh dari lokasiku, aku melihat sebuah gazebo yang atapnya berbentuk setengah lingkaran. Aku berjalan menuju gazebo itu dan melihat seorang pria sedang berdiri di tengah gazebo. Pria itu bertelanjang dada dengan selendang putih melingkar pada lehernya. Dia juga memakai sarung berwarna putih dan sandal. Aku pun mendekatinya.
“Ketemu lagi kita, Johannes Mulyadi. Ngga nyangka bakalan secepat ini. Terakhir kita ketemu, lu hampir mati,” ucap pria itu ketika aku mendekat. “Kenapa saya bisa ada di sini, Zefanya?”
Pria ini bernama Zefanya. Bisa dibilang dia adalah orang yang tinggal di tempat ini. Seperti yang dia katakan, aku pernah bertemu dengannya ketika aku sekarat. Dia tahu banyak soal Astrologist beserta artefaknya. Pada akhir pertemuan kami, dia menjadikanku seorang Astrologist. The Chosen Star, katanya pada saat itu.
“Lu lupa? Lu dibekuin sama Astrologist Aquarius. Untungnya lu masih hidup, tapi kesadaran lu masih belum pulih.” “Tunggu, bagaimana cara aku bisa kembali?” “Sama seperti yang dibilang Astrologist Libra ke lu, manfaatkan potensimu dengan baik. Lu The Chosen Star, ingat.”
Seketika itu, lengan kiriku langsung mengeluarkan cahaya. “Apa yang terjadi pada lenganku?” “Itu tandanya lu udah memanfaatkan potensi lu dengan baik. Sampai jumpa, Johannes Mulyadi.”
Perlahan, tempat ini dan Zefanya memudar dari penglihatanku. Aku kembali membuka mataku dan mendapati aku sedang terbaring di atas kasur. Rupanya aku dikelilingi oleh para perawat yang sedang memeriksa keadaanku. “Dia sudah siuman,” ucap seorang perawat kepada seorang dokter.
“Halo, Johannes. Bagaimana keadaanmu?” tanya dokter itu. “Ini dimana?” tanyaku. “Kamu dibawa ke STAR Jawa Tengah oleh Inspektur Linda.” “Tunggu, bagaimana dengan Ana? Apakah dia selamat?” Dokter dan para perawat itu malah kebingungan. “Kalau soal itu, saya tidak tahu. Kamu bisa menanyakan hal itu kepada pemimpin kami.” “Saya ingin bertemu dengannya.” “Kamu baru saja siuman. Kenapa kamu tidak istirahat terlebih dahulu?” “Saya sudah baik-baik saja.” “Baiklah. Setidaknya biarkan kami memeriksa tubuhmu.” “Silakan.”
Akhirnya aku diperiksa oleh dokter dan para perawat itu. Setelah itu, aku langsung mengganti bajuku. Aku dipanggil oleh dokter tadi untuk ke kantor pemimpin STAR Jawa Tengah. Sesampainya di kantor pemimpin, aku langsung duduk berhadapan dengannya.
“Pertama-tama, maafkan saya karena sudah merepotkan Anda,” ucapku sambil membungkukkan badanku sedikit. Pemimpin itu mengangguk. “Aku sudah dengar dari Taufik dan Linda kalau kamu sedang dalam misi melindungi putri presiden. Sayang sekali, kamu gagal. Giana berhasil diculik Akaru,” ucapnya kecewa.
Aku hanya bisa terdiam. Tiba-tiba, aku mendapat penglihatan. Aku berada di sebuah gedung kosong, lebih tepatnya gedung apartemen kosong. Aku berhasil melumpuhkan tiga penjahat lalu mengeluarkan anak-anak pejabat itu dan menyembunyikan mereka di suatu gudang. Semuanya terasa nyata bagiku.
“Adakah sesuatu yang kamu pikirkan?” tanya pemimpin itu membuyarkan lamunanku. “Saya tahu bagaimana cara menyelamatkan anak-anak pejabat itu.” “Jelaskan,” ucap pemimpin itu tertarik. “Anak-anak itu sekarang berada di suatu komplek apartemen yang sudah terbengkalai. Di dalam komplek itu terdapat 3 gedung yang masing-masing terdapat satu penjahat dan satu anak pejabat, sedangkan 2 orang penjahat lainnya berjaga di luar gedung. Saya akan menyusup ke tiga gedung itu dan membebaskan para anak pejabat itu.” “Dari mana kamu mendapatkan informasi ini?” “Apakah akan terdengar aneh kalau saya mengatakan kalau saya mendapat penglihatan?” “Aku sudah pernah mendengar hal yang lebih aneh dari ini. Baik, aku akan mengirim beberapa orang dari Divisi Taktis untuk membantumu.” “Jangan. Biar saya saja yang masuk. komandan sudah bersiap-siap untuk menyergap komplek apartemen itu. Beliau yang akan menghubungi Anda nanti.”
Meskipun terlihat kecewa, pemimpin itu menyetujui rencanaku. Akhirnya pemimpin itu menyuruh orang-orang dari Divisi Intelijen untuk mencari lokasi komplek apartemen tersebut. Setelah mencocokkan beberapa komplek apartemen dengan deskripsiku, aku mendapatkan satu tempat yang sesuai dengan deskripsiku dan letaknya tidak terlalu jauh dari sini.
Kalau saja aku punya kekuatan Arnold, pikirku. Mau tidak mau, aku diantar oleh seseorang dari Divisi Taktis. Sesampainya di lokasi, aku langsung bersembunyi di antara pepohonan dekat salah satu gedung apartemen. Aku melihat Pietro sedang berkeliling mengawasi sekitar. Ketika waktunya dirasa tepat, aku masuk ke dalam salah satu gedung itu lalu pergi ke lantai 5. Di depan suatu kamar, aku melihat Skolastika sedang melihat ke luar jendela. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengendap ke belakangnya lalu memukul tengkuknya dengan tangan kiriku. Aku membuka pintu di sebelahku lalu melihat Celestia sedang menggeliat dengan ikatan di kedua tangannya. Aku langsung membebaskannya lalu mengikat Skolastika dengan tali itu.
Setelah berhasil mengeluarkan Celestia dan menyembunyikannya di sebuah gudang, aku langsung lanjut ke gedung berikutnya. Kali ini, di lantai 3 gedung tersebut, lawanku adalah Leroy. Dia hanya bersandar di depan salah satu pintu kamar. Aku mengambil sebuah beling di sebelahku lalu melemparnya ke depan. Suara pecahannya berhasil menarik perhatian Leroy. Ketika dia membelakangi aku, aku langsung menjepitnya ke lantai lalu menyikut tengkuknya. Aku membuka pintu kamar yang dipakai oleh Leroy sebagai sandaran lalu membebaskan Theodore.
Ok, dua udah bebas, tinggal Ana, batinku. Aku pindah dari gudang ke gedung terakhir. Di lantai 4 gedung tersebut, aku tidak melihat keberadaan Virly di koridor. Menurut penglihatanku tadi, Virly berada di dalam salah satu kamar yang letaknya tak jauh dari lokasiku. Ketika aku hendak membuka pintu, aku mendengar suara gaduh dari luar. Bagus! Ini kesempatanku, pikirku. Aku langsung masuk ke dalam kamar tersebut. Tak disangka, Virly memberikan perlawanan. Aku berhasil dipojokkan karena aku menutup mataku. Namun, tiba-tiba, aku mengeluarkan kekuatan es dari tangan kiriku. Hal itu membuat Virly terlempar ke tembok dan tidak sadarkan diri. Aku membuka mataku lalu mencari keberadaan Giana. Ternyata dia berada di kamar mandi. Setelah membebaskan Giana dari ikatannya, dia langsung memelukku.
“Kak Faizal,” ucapnya. “Hey, Ana. Senang melihat kamu baik-baik saja. Maafkan Kakak karena gagal melindungimu.” “Tidak apa-apa. Saya senang melihat Kakak ada di sini.” Dia melepas pelukannya “Oh ya, komandan sebentar lagi akan datang. Tolong bantu Kakak mengikat perempuan itu.”
Akhirnya Giana membantuku mengikat Virly. Setelah mengikat Virly, tiba-tiba aku mendengar derapan langkah menuju kamar ini. Aku mengingatkan Giana bahwa itu adalah komandan. Benar saja, pintu terbuka lalu masuklah komandan dan temannya. Giana yang senang melihat komandan langsung berlari memeluknya. Komandan dan temannya menanyakan keberadaan kedua anak lainnya dan kondisi kedua penjahat lainnya. Setelah memberitahu mereka, aku disuruh untuk pergi membawa Giana ke tempat aku menyembunyikan kedua anak pejabat lainnya bersama teman komandan yang bernama Riska. Di tengah perjalanan, aku merasa bangga karena berhasil melawan tiga penjahat kelas atas sekaligus. Sekarang aku bisa memanfaatkan potensiku dengan baik. Thank you, Zefanya dan Inspektur Linda.
Cerpen Karangan: A. Raymond S. Facebook: facebook.com/andreas.soewito
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 27 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com