Namaku Ina, aku akan menceritakan benda yang berharga saat aku masih SD atau Sekolah Dasar.
Aku adalah tipe orang yang suka aksesoris, bahkan aku sering memakai kalung. Sayangnya, kalungku selalu dirusak oleh Dalya, musuhku. Banyak kalung yang sudah dirusak oleh Dalya. Katanya, dia iri, karena orangtuanya tidak membelikan kalung karena kalung dapat mudah hilang. Hal itu membuat Dalya semakin iri kepadaku.
Pernah, suatu hari, aku memakai kalung mutiara dari ayahku yang telah dinas ke luar kota. Tiba-tiba, Dalya dan teman temannya datang “Wah, kalung yang bagus” puji Dalya sambil memegang kalungku dengan lembut. “Iya, aku harap kita juga punya kalung seperti itu” timpal Juna, temannya. Dalya mengangguk. Sebenarnya, Juna berada di belakangku dan langsung menarik kalungku. Mutiaranya bersebaran.
“Kalungmu mana?” tanya Juna pura pura khawatir. Dalya menahan tertawa melihat sikap khawatir Juna. “Kalungmu… kalungmu… sudah rusak! Hahahaha!” Aku melihat kalungku yang berserakan, sudah rusak dan patah. Aku tak punya kalung lagi, semuanya sudah rusak akibat Dalya.
Di rumah, aku menangis. Aku mengambil kotak aksesoriku dan membukanya. Hanya ada anting dan jepit rambut. Kalung dan gelangku tidak ada. Gelangku juga dirusak oleh Dalya. Tiba-tiba, ada sinar muncul di kotak aksesoriku, menguncangkan seluruh kamarku. Seorang peri keluar dari kotak aksesoriku.
“Halo, Ina!” sapa peri. “Bagaimana kamu tahu namaku?” tanyaku. “Aku adalah peri aksesori. Aku tinggal di kotak aksesorimu” jawab Peri Aksesori. “Kotak aksesoriku?” pikirku.
“Sebenarnya, kotak ini adakah kotak yang sangat kuno. Ini menjadi tempat tinggalku” Mata peri itu berkaca kaca. “Saat aku masih di desa peri, dulu aku adalah peri yang tidak punya tongkat dan kekuatan. Sehingga, aku diledek dan tak punya teman. Hal ini membuatku pergi dari desa dan tinggal di bukit. Di bukit, itu sangat tak nyaman. Saat aku mencari kayu, ada kotak motif. Ku jadikan kotak itu sebagai tempatku” cerita peri Aksesori. “Suatu hari, aku merasakan guncangan. Ternyata, manusia membawaku ke bumi dan menaruh di museum sebagai oleh oleh”
Aku ingat, saat aku masih kecil, ayah mengajakku ke museum tekstil. Dia membelikanku kotak aksesori.
“Ah, sudah waktunya kembali ke kotak! Aku ingin memberikanmu sesuatu. Kalung ini tidak akan rusak jika sesorang coba merusaknya” kata peri Aksesori. Dia tepuk dua kali, muncul sebuah kalung berwarna emas. Aku berterima kasih kepada peri, peri Aksesori mengedipkan satu mata lalu kembali ke kotakku.
Keesokan harinya, aku memakai kalung yang diberikan oleh peri Aksesori. Dalya dan teman temannya menghampiriku.
“Ina pakai kalung lagi! Juna, cobalah robek kalungnya!” suruh Dalya. Aku hanya tersenyum. Benar saja, Juna tak bisa merobek kalungnya. “Ih, kok nggak rusak ya?” tanya Juna. Aku mengangkat bahu. Dalya semakin kesal dan membantu Juna menarik tali kalungku. Tarik kencang, tetap tidak bisa. Bruk! Dalya dan Juna terjatuh terkena tembok. Semua murid pun tertawa, aku menjulurkan lidah. Mereka pergi dengan kesal. Aku mengambil kotakku dari tasku.
“Terima kasih, peri. Itu hadiah yang sangat berharga” kataku kepada kotak aksesori.
Itu adalah benda yang sangat berharga. Aku memakai setiap hari dari dulu sampai sekarang. Tidak karat, rusak, ataupun robek. Aku tak akan melupakannya.
Cerpen Karangan: Annara Salian Nanda Salombe
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com