Hari ini sekolah terasa sangat membosankan, tapi aku tidak bisa membolos karena bisa bisa aku makin bodoh karena tidak memahami pelajaran.
Citra menghampiriku yang sedang mencoret coret buku halaman paling belakang, “Aura nanti kerja kelompoknya di rumah aku aja ya, mumpung orangtua aku pergi ke luar kota nih”. Aku hanya mengangguk, dan meneruskan mencoret halaman buku tulis yang sudah terpenuhi coret coretan abstrak
Sekitar pukul empat sore aku berangkat menuju rumah Citra. Hujan gerimis beserta hawa dingin yang menerpaku saat berjalan menuju rumah citra membuatku ingin sekali tidur, tapi ingat tugas menunggu.
“Assalamu’alaikum Citra, Cit ini Aura” Citra membuatku menunggu lumayan lama, sampai sampai beberapa orang melihatku heran. “eh eh maaf ya Ra, tadi aku masih mandi” Citra berucap sambil tersenyum Aku menatap Citra sambil tersenyum paksa.
Kita mengerjakan tugas masing-masing beserta, diselingi canda tawa. Jujur saja rumah citra memiliki atmosfer yang agak mengerikan, memiliki banyak ornamen kayu, foto hitam putih, dan ada ruangan didekat dapur yang entah mengapa di kunci menggunakan gembok dan rantai besar. Aku tidak bisa berpikir positif tentang ruangan itu, bahkan seringkali aku melirik kearah ruangan misterius itu.
Tugasku dengan Citra hampir selesai namun, orangtuaku memberi kabar kalau mereka tidak bisa pulang, dan menyuruhku untuk menginap di rumah citra. Aku senang tapi entah mengapa merasa gelisah tapi aku tidak menghiraukan itu.
Matahari mulai tenggelam, kita berdua menonton film horor sambil memakan makanan ringan yang ada di rumah. Setelah menonton film horor suasana di rumah Citra mulai sedikit menyeramkan. Aku mulai berpikir, bagaimana bisa Citra tidak ketakutan sendirian di rumah ini.
Jam menunjukkan pukul 12 malam tapi, aku, dan Citra masih bergosip tentang laki-laki yang sedang kita sukai, haha. Setelah berbincang bincang alias bergosip Citra memutuskan untuk tidur terlebih dahulu, sedangkan aku masih ingin bermain handphone sambil memakan makanan ringan yang tersisa.
Sudah mulai bosan dengan benda pipih didepanku aku memutuskan untuk membaca novel yang ada di rak paling atas, judulnya ruang bekas pesugihan, menarik. Aku membaca buku itu sampai ketiduran, dan terbangun pukul setengah dua pagi. Aku tiba-tiba ingin ke dapur untuk mengambil segelas air mineral.
Brakk… Brakk… Brakk “Bunyi apa itu?!!” Mataku terbuka lebar, dan mencoba untuk mencari sumber suara itu. Hingga aku terdiam didepan pintu tua bercat coklat yang terkesan tua.
Saat aku ingin lebih mendekat ke pintu tersebut, ada bayangan yang lewat dengan sekejap di bekakang tubuhku. Aku sangan ingin menengok ke belakang, namun dari ekor mataku saja aku dapat melihat suatu bayangan hitam, tinggi, dan seperti ingin mendekat.
Aku mencoba untuk fokus ke pintu yang berada di depanku ini, aku mencoba untuk mendekat, dan mengintip dari lubang kunci pintu itu.
Tiba-tiba ada mata yang ikut mengintip dari dalam, aku terkejut hingga ingin menangis sejadi jadinya. Pintu itu terbuka lalu munculah sosok perempuan dengan baju seperti penyihir dengan muka yang agak hancur, dan dia berkata “ayo anak manis, ikutlah bersama kami disini” Aku benar-benar terkejut hingga semua yang ada didepanku menghitam
“Ra, Aura hey” Suara itu membuatku membuka mata perlahan. “Heh kamu kenpa tiba-tiba teriak pas tidur? Mimpi apa kamu?” Apa? Tidur? Tidak mungkin, aku benar benar mengalami kejadian itu tadi malam. “Oh maaf ya Citra, aku kayaknya mimpi buruk aja deh. Oh iya jam berapa ini?” Aku mencoba menutupi apa yang aku alami tadi. “Oh sekarang pukul delapan pagi, mau pulang ya?” Astaga pertanyaan Citra membuatku merasa tak enak untuk berpamitan pulang “Eh iya nih Citra, aku pengen makan masakan buatan mama di rumah hehe” Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya. “Oh iya deh. Kemasin tuh barang kamu, jangan sampai ada yang ketinggalan!” Untung saja Citra tidak menanyakan hal lain
Saat aku sudah didepan pagar, bersamaan juga dengan orangtua Citra yang baru saja pulang. “Loh dek Aura ya? Kok sudah pulang? Kami kira mau menginap beberapa hari.” Aku sangat ingin menjawab pertanyaan dari ibunda Citra, namun ku hanya menimpalinya dengan senyum
Ku sudah sampai dari rumah, cepat bukan? Tentu saja hanya beberapa meter saja dari rumah Citra.
Sementara di tempat lain. “Citra sayang” Ibunda citra memanggil sang buah hati “Iya bun, ada apa?” Citra menyahuti “Itu si mbak tidak mengganggu si Aura kan? Kamu sudah kasih dia daun melati kan?” Bunda Citra “Eh ya ampun, bunda Citra lupa. Mungkin yang Aura teriak pas tidur karena diganggu si mbak, maaf ma” Citra “Yaampun sayang, untung di mbak tidak mengajak Aura ikut bersamanya, lain kali jika ada yang mau menginap kamu kasih melati dulu si mbak!” Bunda citra “Siap ma” Timpal Citra
Cerpen Karangan: Nandina
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com