Pagi yang cerah, matahari bersinar terang menembus jendela rumah-rumah di perkotaan. Seorang gadis tampak tidur dengan tenang tanpa terusik sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. “Tok-tok” terdengar suara ketukan pintu. “Nona sudah bangun belum?, Nona hampir kesiangan untuk berangkat ke sekolah!” Teriak sang bibi yang mencoba membangunkan majikannya yang tertidur lelap.
Sang gadis yang tertidur lelap pun terbangun mendengar teriakan pembantunya. Gadis itu langsung melihat jam begitu terbangun. Dia langsung panik ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. “Mampus, telat ni, kok bisa si Kayla kamu ketiduran kayak orang mati” gerutu gadis yang bernama Kayla tersebut. “Iya Bi, Kayla udah bangun kok, Kayla bentar lagi siap” “Yasudah Nona, jangan lama-lama nanti Nona telat ke sekolahnya” “Iya Bibi” ucap Kayla sambil buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.
“Kayla sudah bangun Bi?” Tanya Reynald ayah Kayla. “Sudah tuan, nona Kayla sedang siap-siap” ucap Bibi, menundukkan pandangannya takut tuannya tahu dia berbohong. Dia tidak mau nonanya dimarahi dan dihukum lagi. “Baiklah kalau begitu, Bibi boleh kembali ke dapur” perintah Reynald. “Baik Tuan” ucap Bibi yang melenggang pergi menuju dapur.
“Selamat pagi Ayah” kata Kayla ngos-ngosan, karena berlari dari kamarnya ke ruang makan dimana letak ruang makan dan kamarnya sangat jauh. “Pagi” balas Reynald dengan dingin.
Kayla sudah biasa mendapatkan perlakuan dingin dari ayahnya. Dibandingkan dengan kakak-kakaknya, Kayla adalah satu-satunya anak yang dibenci oleh Reynald, ayahnya. Kayla tidak tahu penyebab pasti mengapa ayahnya begitu membencinya. Tapi yang Kayla tahu sekarang ayahnya membencinya karena dia bodoh dan nakal. Berbeda dengan kakak laki-laki dan kakak perempuannya yang pintar dan selalu juara. Walaupun perlakuan ayahnya seperti itu, entah bagaimana Kayla tidak bisa membenci Ayahnya. Kayla tetap menyayangi ayahnya.
“Saya dengar kamu membuat masalah lagi di sekolah, kamu berkelahi dengan temanmu, Benar itu Kayla?” kata Reynald menatap Kayla dengan tegas. “Enggak kok, Kayla gak kelahi. Siapa yang bilang Kayla kelahi?” ucap Kayla berbohong, takut dihukum ayahnya. “Kamu sudah pintar berbohong Kayla, gurumu menelpon saya mengatakan bahwa kamu memukul anak orang sampai dia masuk rumah sakit. Kamu bilang kamu tidak berkelahi!” teriak Reynald, mukanya merah menandakan bahwa dia sedang marah. “Maaf Ayah, Kayla gak bermaksud untuk bohong. Kayla gak kelahi Ayah. Dia yang mulai duluan. Dia yang mengejek Kayla” ucap Kayla membela dirinya. “Kamu bukan anak kecil lagi Kayla, kamu sudah 13 tahun, seharusnya kamu bisa berpikir dewasa dan tidak kekanak-kanakan, contoh Alex dan Sofya yang tidak pernah membuat masalah dan selalu membanggakan saya. Sedangkan kamu, hanya bisa membuat saya malu. Saya tidak ingin mendengar kamu membuat masalah lagi. Kalau kamu membuat masalah sekali lagi, saya tidak akan segan mengusir kamu dari rumah ini” ucap Reynald dingin tanpa memikirkan perkataannya yang melukai hati Kayla. “Iya Ayah, maafin Kayla” kata Kayla menunduk agar ayahnya tidak melihat dia menangis, dia tidak ingin dibilang lemah oleh ayahnya. “Sebagai hukumanmu, kamu tidak saya beri uang jajan selama seminggu dan kamu pergi ke sekolah sendiri tanpa diantar supir, jangan berani minta tolong kakak-kakakmu atau hukumannya saya tambah” tegas Reynald matanya menatap tajam ke arah Kayla.
Kayla pasrah, sampai kapan hidupnya akan begini, dibenci ayahnya sendiri hanya karena dirinya bodoh dan nakal. Dia tidak nakal, dia hanya membela dirinya yang dibully oleh temannya. Dia rindu ibunya, ibu yang belum pernah ditemuinya secara langsung karena ibunya meninggal setelah melahirkan dirinya.
“Nona, nona tidak papa kan?” Tanya Bibi khawatir melihat muka nonanya yang tampak sedih. “Iya Bi, Kayla gak papa kok, cuma habis dimarahin ayah tadi” “Nona jangan sedih lagi, sekarang nona harus berangkat kesekolah, kalau tidak nanti nona terlambat. Ini bekal untuk nona, Bibi tau pasti nona belum sempat sarapan kan” kata Bibi sambil menyerahkan kotak bekal kepada Kayla. “Yaudah Bi, Kayla berangkat dulu ya” “Iya hati-hati di jalan nona” ucap Bibi sambil melambaikan tangan kearah Kayla.
“Haduh busnya mana ya kok gak datang-datang?” cemas Kayla melihat jam tangannya, 10 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup. “Tin-tin” klakson bus yang baru datang. Kayla pun segera menaiki bus tersebut dan duduk di dekat jendela. Dia berharap agar dirinya bisa sampai tepat waktu di sekolah. Namun kesialan menghampirinya, baru 20 menit bus itu jalan. Tiba-tiba saja bus itu mogok. “Yah kok mogok Pak” “Iya Pak, gimana ni saya udah terlambat masuk kantor” “Apaan sih gak jelas banget ni bus” teriak penumpang bus yang kesal dan mulai ricuh. “Maaf bapak, ibu, adek-adek dan semuanya. Saya gak tau kenapa busnya tiba-tiba mogok” ucap Pak supir merasa bersalah. “Yaudah kalau gitu kita naik angkutan lain aja” ucap salah satu penumpang. Mereka pun keluar dari bus tersebut untuk mencari angkutan umum lainnya. Termasuk Kayla, dia bingung kenapa hari ini dirinya sial sekali. Sudah dimarahi ayahnya, lalu bus mogok dan sekarang dia terlambat ke sekolah dan pastinya dia akan dihukum lagi.
“Hah, capek banget udah jalan lama kok gak ada juga angkutan umum yang lewat, malah sepi lagi disini” kata Kayla dalam hati melihat ke sekitar jalan yang sepi. “Udahlah istirahat dulu, percuma juga udah telat ke sekolah, daripada gitu mending bolos sekalian kan” pikir Kayla. “Eh enggak boleh bolos, yang ada kalau Ayah tau Kayla bisa dihukum lagi. Tapi capek banget, Kayla cuma istirahat sebentar kok nanti lanjut jalan lagi” ucap Kayla kepada dirinya sendiri.
Kayla pun duduk dibawah pohon yang rindang, matanya melihat kesana kemari takjub dengan pemandangan hutan yang ada. Dia baru tahu kalau dalam perjalanan menuju sekolahnya ada hutan yang lebat begini. Seharusnya dia tahu dari lama, agar bisa kesini untuk menenangkan diri, kalau saja dia menangis karena dimarahi ayahnya. Selama ini dia tidak tahu karena tertidur dalam perjalanan ke sekolah. Netra matanya tak sengaja menangkap rumah tua di dekat hutan tersebut. Dia penasaran dengan rumah tua itu, entah kenapa dia tertarik untuk memasuki rumah tersebut. Tanpa pikir panjang dia pun berjalan kerumah tua tersebut.
“Wah-wah ada rumah tua, kayaknya kosong. Coba lihat aja kali, mana tau bisa dijadikan tempat untuk bermain sepulang sekolah” “Tok-tok, ada orang?” tanya Kayla mengetuk pintu rumah tua tersebut. Tidak ada jawaban dari rumah tersebut menandakan bahwa rumah tersebut memang benar-benar kosong. “Kayaknya kosong, coba masuk aja, eh tapi ini dikunci apa enggak ya?” Kayla pun mencoba masuk kerumah tersebut yang nyatanya tidak terkunci. “Eh gak dikunci, masuk aja deh, permisi” kata Kayla melihat ke dalam rumah tua tersebut. “Rumahnya bagus juga walaupun gak besar banget. Telusuri sampai ke belakang aja ya mana tau dibelakang pemandangannya indah?” tanya Kayla pada dirinya sendiri.
Tanpa rasa takut Kayla pun menelusuri rumah tersebut sampai ke belakang. Dia takjub ketika sampai di belakang rumah ini. Pemandangan yang luar biasa indahnya, sungai yang mengalirkan air jernih sehingga ikan di dalamnya pun terlihat, lebatnya pepohonan yang memberikan rasa sejuk, benar-benar kenyamanan yang luar biasa. Kayla tersadar dari rasa takjubnya dan lupa kalau tujuannya adalah berangkat ke sekolah.
Kayla pun langsung bergegas pergi dari tempat ini, namun ketika dia ingin membuka pintu rumah ini, pintunya tiba-tiba tidak bisa terbuka. Kayla mencobanya sekali lagi dan hasilnya tetap sama pintunya tidak mau terbuka. Rasa panik mulai menyerang pikirannya, bagaimana dia bisa keluar dari sini. Dia mulai berpikir untuk melewati jalan disamping rumah ini, tetapi belum lagi dia selesai berpikir, dia dibuat lebih panik oleh rumah tua yang tiba-tiba menghilang.
“Ini mustahil, bagaimana rumahnya bisa menghilang?, gak ini pasti Kayla salah lihat” ucapnya bingung. “Tenang Kayla, jangan panik. Lihat sekali lagi pasti rumahnya ada” kata Kayla melihat rumah itu lagi, namun nihil rumahnya memang menghilang, bahkan jalan disekitar rumah itupun tidak ada, yang ada hanya hutan lebat. Kayla langsung panik, pikirannya kacau bagaimana bisa dia terjebak disini, terlebih lagi hal diluar nalar terjadi di depan mata kepalanya sendiri bahwa rumah itu bisa menghilang. Kayla tidak bisa berpikir jernih, dia terlalu takut dan panik saat ini. Kayla mencoba menenangkan dirinya, dia mencoba mencari jalan keluar. Ya dia ingat bahwa dia membawa handphone tadi. Dia bisa menghubungi bibi atau ayahnya untuk meminta bantuan.
Kayla segera mengambil handphone dari kantong roknya, namun sialnya disini tidak ada sinyal. Kayla menangis, bagaimana dia bisa pulang kalau begini. Ditengah hutan sendirian minta tolong saja percuma kan. Kayla meringis merasakan kepalanya yang mulai pusing, dia lupa untuk sarapan ditambah lagi pikirannya yang rumit. Kayla tidak tahan lagi rasanya dia akan pingsan sekarang juga.
“Aduh pusing banget, Kayla gak boleh pingsan, kalau pingsan bisa jadi santapan binatang buas. Ayo Kayla tahan, kamu pasti bisa” ucap Kayla lemah menyemangati dirinya. Bagaimanapun Kayla menahannya, dia tetap pingsan.
Kayla terbangun dari pingsannya, dia merasa semua hal yang dialaminya adalah mimpi, sampai dia tersadar bahwa dia berada di kamar orang lain bukan kamarnya sendiri. “Hah, ini dimana, ini kamar siapa, jadi semuanya tadi gak mimpi?” Kata Kayla melihat sekelilingnya. “Kamu sudah sadar?” tanya laki-laki yang baru masuk kekamarnya, kamar yang ditempati Kayla sekarang. “Kamu siapa dan Kayla lagi dimana?” tanya Kayla kepada laki-laki tersebut. “Jadi namamu Kayla ya?” tanya balik laki-laki tersebut. “Iya, nama kamu siapa?” tanya Kayla tidak sabaran. “Kamu tidak perlu tahu namaku siapa, yang pasti berterima kasihlah kepadaku karena aku yang menyelamatkanmu” ucap laki-laki tersebut enggan memberitahukan namanya. “Bukankah ucapanmu itu sombong sekali” kesal Kayla. “Terima kasih, aku memang begitu” kata laki-laki tersebut melenggang pergi meninggalkan Kayla. “Hey jawab dulu aku ada dimana?” teriak Kayla kesal. “Kamu berada di kerajaan Avantazia, kamu tidak aman disini, jadi setelah keadaanmu membaik aku akan membawamu pergi dari sini. Dan satu hal lagi jangan keluar dari kamarku, kalau kamu masih mau selamat”
Laki-laki itu pun langsung pergi meninggalkan Kayla. Menyisakan tanda tanya besar pada dirinya sendiri, bagaimana dia bisa dalam bahaya, kerajaan ini berbahaya, tapi kenapa kalaupun kerajaan ini berbahaya kenapa laki-laki itu membawanya kesini. Entahlah Kayla pusing memikirkannya, dia hanya ingin beristirahat dan menuruti apa yang laki-laki itu katakan karena dia masih mau selamat. Ya dia harus selamat agar bisa bertemu kembali dengan ayahnya. Walaupun mungkin ayahnya senang dan tidak peduli kalau dirinya menghilang.
Disisi lain, ayah Kayla nampak khawatir mengenai kabar putrinya yang menghilang. Reynald berpikir apakah dia selama ini bersikap terlalu keras pada Kayla. Sehingga putrinya memilih meninggalkan dirinya. “Apakah sudah ada kabar mengenai putri saya Pak?” tanya Reynald ditelepon kepada Polisi. “Belum Pak, kami masih menyelidiki apa penyebab putri anda hilang, apakah dia memang melarikan diri atau dia diculik seseorang” jelas polisi pada Reynald. “Tolong cari putri saya sampai ketemu Pak” pinta Reynald dengan nada putus asa. “Baik pak, kami akan berusaha” ucap polisi memutus sambungan telpon.
“Maafin ayah Kayla, Ayah gak akan keras lagi sama kamu, pulang nak jangan tinggalin ayah seperti ibu Kamu” kata Reynald dengan sedih. “Gimana Ayah, Kayla udah ketemu?” tanya Alex, kakak laki-laki Kayla. “Belum” jawab Reynald. “Ayah tenang dulu, Kayla pasti ketemu” ujar Sofya menghibur ayahnya. “Ayah jangan sedih lagi, Alex akan cari adek sampai ketemu” kata Alex, kembali pergi mencari Kayla.
Cerpen Karangan: Nadia Blog / Facebook: Adia Nadia Hai Namaku Nadia, umur ku 17 tahun. Semoga kalian semua sehat dan sukses selalu.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com