Pagi jam 7, jam tujuh. Tujuh.. Pintu bergetar, teriakan terdengar dan tak lama diriku terseret. Beberapa jam kemudian diriku duduk di depan seorang polisi yang mempertanyakan hal yang tidak kumengerti dan tidak jelas selain informasi pribadiku. Mereka meminta alat komunikasi pribadiku. Diriku menyatakan bahwa itu melanggar hak diriku sebagai manusia dan itu merupakan hak privasiku. Walau begitu mereka tetap memaksa untuk membuka kunci alat komunikasiku. Kemudian mereka menyatakan akan menyita semua barangku dan bajuku, mereka menggantikan pakaianku menjadi oranye.
Berdiri di depan hakim yang bertanya, “apakah kau telah menyinggung seseorang di depan publik?” tentu saja diriku menolak hal tersebut. Kemudian diriku dibebaskan dan akun pribadiku yang menghubungkan diriku dengan dunia ditarik. Diriku harus membuat akun baru. Itu terjadi lagi bulan depan dan dikatakan masih kasus yang sama. Ketika diriku bertanya atas tuduhan apa, dikatakan karena menyinggung seseorang di tempat umum dimana sekarang prangkat online menjadi tempat umum.
Dua tahun itu terjadi setiap bulan hal yang sama, setiap paginya pada tanggal yang sama. Akun yang terus berganti dan membuatku gila. Hingga kata-kata, “lebih baik kau menyatakan bersalah” diriku tak bisa mengatakan tidak setelah dua tahun.
Setelah dinyatakan bersalah hidup semakin buruk dan diriku tak tahu mengapa. Akses menuju fasilitas memburuk. Diriku tiba-tiba dilarang menggunakan akses umum. Tikus menggigit diriku, dan hidup di jalan. Lima bulan kemudian diriku ditarik kembali menuju persidangan dengan akuisisi yang sama mengganggu ketertiban umum. Satu tahun hal yang sama lagi hingga diriku mengaku bersalah. Sampai diriku menjadi gila dan hanya berupa pakaian makan dari tong sampah. Melihat ke sungai yang kotor bahkan wajahku tak terlihat. Mengingat bagaimana kalau di film seorang yang bunuh diri dapat melihat wajahnya untuk terakhirnya. Tapi tiba-tiba polisi mendatangiku dan menangkapku.
Hal yang sama terjadi lagi, interogasi, sidang dan tuduhan. Pada saat itu aku tak bisa mengatakan apa-apa selain mengaku bersalah. Mereka membawaku menuju penjara dan di jendela penjara diriku hanya dapat memikirkan mengapa diriku tak loncat saja di sungai itu. Setidaknya diriku bisa lepas dari dunia ini. Pada malam pertama dengan perut kelaparan kututup mataku berdoa untuk dikeluarkan dari tempat tersebut. Tapi setelah itu hanya ada kegelapan.
Cerpen Karangan: Ymir youtube.com/channel/UCYAK-3X57hzjIRVLBxXdSIA/featured
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com