Dengan sekuat tenaga, Cehanna pun menghabisi iblis-iblis tersebut. Dengan bantuan Donna, dalam beberapa menit, mereka pun dapat memenangkan pertarungan melawan sekelompok iblis hitam. Dengan begini, penduduk desa pun akhirnya terselamatkan dari serangan iblis hitam yang kala itu mengamuk.
Iblis-iblis hitam tidak memiliki akal, namun kekuatannya setara dengan Nyonya Deilla. Hal itulah yang membuat Cehanna dan Donna kesusahan. Tetapi, berkat pengalaman yang pernah mereka alami, mereka berdua pun dapat menghabisi iblis-iblis tersebut dengan mudah.
Lekas itu, Donna mengajak rekannya untuk segera kabur dari desa itu. Cehanna kebingungan, padahal sebagian dari kekuatannya telah dihabiskan hanya untuk mengalahkan iblis-iblis di desa itu, dan ia butuh istirahat.
Dengan jasa yang baru saja ia berikan terhadap desa tersebut, sudah pasti mereka akan dilayani layaknya pahlawan-pahlawan dalam dongeng. “Eh- aku butuh istirahat sebentar mengapa kamu memaksaku sih?” ucap Cehanna keheranan. Donna, tidak menghiraukan ucapan Cehanna barusan. Dengan kaki lincahnya, ia pun melesat pergi dari desa tersebut, dan menginjakkan kakinya di luar perbatasan desa.
Setelah berpikir beberapa saat, Cehanna pun tersadar. Ia menghabisi iblis-iblis tersebut bukan karena ingin menjadi pahlawan seperti di dalam dongeng. Namun, untuk memenuhi perintah dari Nyonya Deilla, yang merupakan penunggu dari kuil Batu.
—
Biasanya, perjalanan mereka selalu saja terhalang akibat kemunculan monster yang ingin menyerang mereka. Monster-monster dunia luar tidak terlalu mengganggu mereka, karena daya kekuatan monster dunia luar jauh dibawah Cehanna dan Donna. Dan sekarang, mereka terheran-heran, terutama Cehanna. Perjalanan kali ini, monster-monster dunia luar itu tidak memperlihatkan batang hidungnya.
“Aneh, monster-monster itu sekarang jarang terlihat.” Heran Donna. Cehanna ikut mengangguk-angguk setuju dengan pernyataan Donna.
3 hari setelah meninggalkan desa yang terserang iblis-iblis hitam, mereka pun melanjutkan perjalanan mereka, agar sampai di tempat tujuan yang diinginkan Nyonya Deilla. Cehanna merasa mereka telah keluar jalur, tetapi Donna menyangkal pernyataannya. Ia telah mengamati peta perjalanannya dengan teliti, bahkan ia juga bertanya-tanya kepada penduduk setempat. Sepertinya, mereka tersesat. Di dalam hutan belantara, tidak pasti terdapat jalan keluar, mereka berdua butuh beberapa hari, atau pun berminggu-minggu untuk keluar dari hutan ini.
DRRRRTT Tiba-tiba saja, tanah yang mereka pijaki bergetar hebat. Donna dan Cehanna terkaget. Sebuah gempa hebat mengguncang seluruh isi hutan lebat tersebut. “Bagaimana bisa sebuah gempa terdapat di hutan seperti ini?!” ucap Cehanna dengan nada yang tinggi akibat peristiwa yang baru saja terjadi. Tidak ada satu pun manusia yang mengetahui kejadian ini terkecuali mereka berdua. Nyonya Deilla pun kemungkinan besar tidak tahu menahu soal perisitiwa ini. Seolah-olah, sebuah makhluk yang berkuasa sedang mengatur hutan ini.
Beberapa waktu kemudian, getaran yang baru saja terjadi pun, akhirnya berhenti. Donna duduk kelelahan karena berusaha menstabilkan tubuhnya agar tidak jatuh atau pun terluka akibat gempa tadi. Cehanna juga sempat melakukan hal yang sama, dia mengambil sebuah permen susu yang terdapat di dalam tas selempang miliknya. Bedanya, ia termenung seperti memikirkan sesuatu yang sangat penting.
“Aku merasakan aura yang aneh setelah gempa tadi, apa kamu tidak merasakannya?” Heran Cehanna. Donna tidak menyahuti ucapan Cehanna. Ia lebih memilih beristirahat sejenak dan menenangkan pikirannya. Perjalanan kali ini memang memakai banyak energi, hal itu membuatnya kelelahan.
Entah mengapa, Cehanna mendapati bulu kuduknya berdiri. Ia merasakan sesuatu kejanggalan yang tidak pernah ia rasakan. Ia menoleh ke sekitarnya, dan mencoba mengamati apa yang terjadi. Dan betul saja, sesuatu muncul di hadapan mereka. Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul secara tiba-tiba di hadapan Cehanna. Donna yang saat itu sedang melamun, seketika terbangun dan berusaha menghindari lubang tersebut. Sontak, matanya membulat, ia tidak menyangka sesuatu yang ia hindari selama ini tepat ada di depannya.
“Cehanna, apakah itu lubang—” “Benar, dugaanmu tidak salah. Sebentar lagi kita akan sampai di tujuan kita.” Ucapnya tegas.
Lubang itu merupakan sebuah portal yang menghubungkan keberadaan dunia luar dengan dunia hitam. Dunia Luar adalah dunia yang makhluk-makhluk biasa tinggal, alias planet Heryn. Sedangkan Dunia Hitam adalah dunia yang merupakan tempat tinggal para iblis-iblis tinggal. Orang-orang menyebutnya dengan “Lubang Iblis”. Lubang inilah yang menjadi penyebab iblis-iblis hitam dapat menyerang dunia luar.
Cehanna dan Donna tidak menyangka tujuan mereka menjadi sedekat ini. Mereka pun memandang satu sama lain, setelah itu, Donna pun mengangguk. Tanpa sepatah kata apa pun, Donna mengerti maksud dari tatapan Cehanna. Dengan keputusan mereka masing-masing, melompatlah mereka ke lubang iblis tersebut. Nyonya Deilla telah mempercayai mereka. Mereka berdua tidak ingin mngecewakan Nyonya mereka. Kini, saatnya Cehanna dan Donna berupaya untuk membuat Nyonya mereka bangga akan usaha yang mereka lakukan.
—
“Kapan lubang itu akan tertutup?” tanyanya kepada Tejan. Tejan yang saat itu sibuk mengurusi tongkat sihirnya, seketika terusik dan akhirnya pun tidak fokus. Padahal, beberapa menit lalu ia mengatakan kepada kawannya untuk tidak mengganggunya selama beberapa waktu. “Hey, apa kamu tidak dapat melihatku sedang sibuk? Lihat saja sendiri ke daerah portal.” ucapnya kesal. Greion tidak menanggapi keluhan kawannya. Ia selalu menatap cincin biru yang tengah ia pakai di jari tengahnya. Cincin yang berhiaskan berlian biru di tengahnya, serta beberapa pecahan rubi kecil yang mengelilingi bulatan berlian biru tersebut.
Tejan merasa, akhir-akhir ini, kawannya terlalu sering melihat cincin berlian itu. Padahal, ia tidak merasakan kekuatan magis atau aura aneh apa pun dari cincin tersebut. Entah mengapa ia merasa jika Greion terlalu sering merawat dan menjaga dengan baik cincin itu. Seolah-olah, benda kecil tersebut sangat berharga baginya.
Tiba-tiba saja, Greion bangkit dari kursi megahnya. Ia melangkahkan kakinya ke arah utara, dan berhenti seketika setelah beberapa langkah menjauh dari asalnya. “Tejan, siapkan beberapa anak buahku.” ucap Greion. Tongkat sihir milik Tejan terjatuh. Tangannya berhenti bergerak sejenak. Ia tak percaya akan apa yang diucapkan kawannya. Tidak biasanya ia seserius ini. “Musuh kita telah datang.”
—
“Cehanna, apa kau telah menyiapkannya?” tanya Donna kepada rekannya. Dengan tangan lincahnya, ia merogoh seluruh isi tas selempang miliknya, berharap ia tidak melupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. “Ini dia!” ucapnya bersemangat.
Beberapa stik kecil berwarna hitam diikat dengan erat oleh sebuah tali merah. Para manusia dunia luar menamakannya dengan “Diavol Dusman”. Satu benda kecil ini dapat melemahkan iblis-iblis hitam, dikarenakan kekuatan magis yang terdapat di dalam stik tersebut sangatlah kuat. Dengan ini, semoga saja mereka akan memenangkan pertarungan mereka dengan Raja Iblis.
“Zrahhh…” Tiba-tiba saja, sebuah suara mengagetkan Cehanna dan Donna. Sebuah suara yang asing bagi mereka, namun mereka pun tahu jika suara itu muncul, sebuah bahaya sedang mendekat. Dan betul saja, setelah mereka berdua menoleh ke sumber suara tersebut, sekelompok iblis-iblis hitam sedang mendekat. Gigi taringnya yang terlihat sangat tajam, tangan mereka yang siap mencengkeram leher musuh. Jika dilihat-lihat, mereka merupakan makhluk yang menyeramkan. Ditambah lagi dengan kekuatan mereka yang tidak boleh diremehkan. Tetapi, Cehanna dan Donna dapat mengatasi mereka.
“Apakah kau siap kawan?” ujar Donna kepada Cehanna. Cehanna pun mengangguk. Sebuah pedang legenda pemberian Nyonya Deilla telah tergenggam di tangan kanan milik Cehanna. Dengan gerakan yang lincah, ia dapat menghabiskan sekelompok iblis-iblis hitam. Tidak lupa dengan sebuah mantra yang otomatis melumpuhkan mereka. Tidak diragukan lagi, Cehanna memang bukan tandingan yang cocok bagi mereka. Ia merupakan wanita cantik yang tidak dapat diremehkan.
“Padahal kau kan bisa menyerahkan hal ini kepadaku, tetapi kenapa kau yang menghabisi mereka?” ucap Donna kecewa. Donna juga ingin beraksi di kala itu, ia berencana untuk mempraktikkan kekuatannya di sekelompok iblis-iblis hitam tersebut. Namun, Cehanna terlanjur menyingkirkan seluruh pengganggu mereka. “Kamu nggak bilang tadi,” kesal Cehanna. “Lagipula, kamu merupakan kunci dari keberhasilanku melawan Greion. Jika kamu menggunakan kekuatanmu sebelum itu, siapa tahu nanti kita akan kalah.” Jelasnya panjang.
Donna hanya menghela napasnya. Ia tahu jika kemampuan sihirnya sebagai ras Kucing Hitam memanglah mengerikan. Namun, entah mengapa ia merasa jika Cehanna tidak setara dengannya. Mungkin, hal ini bisa dibilang jika Donna tidak terlalu percaya diri.
“Tidak kusangka kalian berada di sini.” Ucapan seseorang mengagetkan Cehanna dan Donna. Di saat mereka berdua menoleh ke sumber suara tersebut, mereka terkejut bukan main.
—
Sebuah makhluk bertentakel 4 yang ukurannya sangat besar tampak dari kejauhan. Tanduknya yang terlihat sangat tajam penuh akan lilitan duri yang menyelimutinya. Mungkin, tingginya setara dengan 2 raksasa yang ditumpuk menjadi 1. Makhluk tersebut disebut sebagai Raja para Iblis hitam. Sesuai dengan informasi yang didapatkan oleh Donna, Raja Iblis terkini bernama Greion. Informasi yang ia dapatkan tidak terlalu jelas, namun mereka berdua yakin jika Greion merupakan tandingan yang sangat kuat, dan mereka tidak boleh lengah.
“Panggil seluruh anak buahku kemari Tejan, aku ingin segera menghabisi dua makhluk mungil itu.” Perintah Greion. Seseorang manusia yang berada di sampingnya menunduk, dan menghilang begitu saja. Beberapa detik kemudian, sebuah lingkaran berwarna merah darah muncul tiba-tiba di belakang Greion. Lubang tersebut sangatlah besar, tapi berdasarkan pengamatan Donna dan Cehanna, Greion jauh lebih besar.
Lubang merah tersebut mengeluarkan iblis-iblis hitam yang sangat banyak jumlahnya. Mereka semua berbondong-bondong keluar dari lubang merah tersebut. Iblis-iblis hitam tersebut berkumpul di depan Rajanya dan berbaris-baris seperti halnya sekelompok tentara. Jumlah mereka sangatlah banyak, namun Donna dan Cehanna tidaklah takut akan hal itu. Mereka adalah anak buah dari Nyonya Deilla yang terlatih untuk menjadi wanita yang tidak bisa diremehkan.
“Donna, apakah kau siap?” Tanya Cehanna kepada rekannya. Donna mengangguk dan tersenyum kecil. Ia siap dengan tantangan apapun yang menghalanginya. Apalagi, bekerjasama dengan rekannya, Cehanna. Mereka berdua sudah pasti tidak akan mendapatkan hasil yang sia-sia, kerja keras mereka bagaikan sebuah ksatria tangguh dengan pedang tajamnya yang siap menghunus siapapun yang menghalangi jalannya.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com