Emilia memasuki sekolah lalu melepas alas kakinya dan menuju lokernya, saat dibuka loker tersebut begitu kotor, saus dan kecap memenuhi dinding loker termasuk sepatu ruangan di dalamnya, bel masuk telah berbunyi tak akan sempat dia membersihkan sepatu ruangan itu jadi dia memutuskan untuk membersihkannya nanti.
Bruk… Saat Emilia berjalan seseorang menabraknya hingga dia jatuh. “Ups maaf ya, gak sengaja,” ujarnya tersenyum sinis disusul dua orang siswi yang mengikutinya.
Lutut dan kening Emilia agak lebam karena terjatuh dan terbentur, meski begitu dia masih mencoba berjalan dengan langkah limbung menuju kelasnya.
Saat sampai di kelas Emilia menyadari bangkunya kotor seperti lokernya tadi, penuh saus dan kecap bertuliskan kata-kata kasar, semua yang ada di kelas terdiam seolah tak peduli sementara ketiga gadis yang menabrak Emilia sebelumnya cekikikan.
Berawal dari menyebarnya fakta bahwa Emilia terlahir diluar nikah, setelah itu muncul rumor-rumor aneh tentang dirinya entah siapa yang menyebarkan itu semua, sekarang pun tak jauh dari hari-hari biasa, terjadi lagi. Emilia tau siapa yang melakukan semua ini, tak lain tak bukan adalah Catherine dan kedua temannya Siska dan Indri, alasan tak ada satupun yang membela Emilia karena Catrine adalah anak pemilik sekolah ini, ditambah sikap Emilia yang pendiam di kelas membuatnya tak punya teman jadi sepertinya sudah terlalu sering Emilia mengalami ini.
Setidaknya Emilia membawa tissue dan cukup banyak air di botolnya untuk membersihkan mejanya dengan cepat sebelum guru masuk, kelas dimulai seperti biasa guru pun tak menyadari apa yang terjadi.
Sampai jam istirahat Emilia beranjak dari bangkunya, menuju loker untuk mengambil sepatu ruangan yang kotor, segera Emilia menuju kamar Mandi untuk mengambil air dan membersihkan sepatunya.
Di kamar mandi saat Emilia selesai membersihkan sepatunya sebuah pintu didobrak keras saat Catherine memasuki kamar mandi disusul dua cewek yang bersamanya, dia mengepalkan lengan begitu kesal saat tiba-tiba menjambak rambut Emilia.
“Jadi kau mengadu ya?!” teriak Catherine. “Sakit, apa maksudmu?” tanya Emilia tak tahu menahu tentang apa yang terjadi. “Jangan pura-pura! Berhentilah cari muka didepan Mr John, karena kau bilang padanya aku diskors!” teriaknya menyeret rambutnya seperti koper ke toilet. “Aw sakit, sumpah aku tidak tau tentang itu,” ringis Emilia. “Dasar anak haram!” cerca Emilia.
Kepalanya dimasukan ke dalam toilet beberapa kali sebelum dirinya dibanting ke dinding, Emilia meringis tak sampai disitu Catherin mendorongnya berulang kali, puas melakukan itu Catherine dan kedua temannya pergi begitu saja meninggalkan Emilia.
Emilia yang terluka menyeret kakinya menyandarkan bahunya pada dinding dekat kaca, nafasnya tak teratur sementara air matanya mulai mengalir di pipi.
“Kamu sedang tidak baik ya, masih ingin berada di sini?” tanyaku, kepada Emilia. “Kakak, aku hanya ingin bahagia di sini, kenapa begitu sulit? Apakah aku memang ditakdirkan untuk sengsara?” tanya Emilia kini dirinya begitu rapuh seperti kaca yang hampir pecah, perasaanya begitu hancur. “Kalau begitu masih ingin melanjutkan sekolah atau cukup sampai di sini?” tanyaku mengusap kepalanya lembut. “Aku akan melanjutkan sekolah, sebelum itu aku akan menjemur sepatu lalu membersihkan lokerku dulu,” ujarnya, Emilia beranjak tertatih-tatih keluar kamar dari mandi.
Dia menuju balkon dan meletakan sepatunya di sana lalu menuju loker dan membukanya, bel masuk berbunyi bersamaan dengan Emilia yang tertegun dengan perasaan yang semakin hancur, loker itu kini berisi bangkai kucing yang selalu Emilia beri makan setiap hari.
Emilia tak kuat lagi, tangisnya pecah berlari melewati koridor sekolah bersamaan dengan itu Mr John memasuki kelas tak sadar kalau Emilia lewat di belakangnya.
Mr John duduk di mejanya, mulai membuka buku absen setelah menyapa murid-muridnya, namun terasa ada yang kurang, tak ada seorang murid yang menyambutnya seperti biasa
“Ouh iya, Emilia kemana?” tanya Mr John namun tak ada yang menjawab. Perasaan Mr John tidak enak, tak tenang dengan suasana kelas yang begitu hening, lalu ekor matanya menangkap sosok Emilia yang sedang berlari dari balik jendela.
Melihat itu Mr John keluar dari kelas mencoba menyusulnya keluar dari sekolah, dia mendapati dari kejauhan Emilia menangis, saat hendak mendekatinya tiba-tiba seperti Emilia menyadari sesuatu dia berlari cepat ke persimpangan jalan lalu mendorong keras seorang anak ke tepi jalan sebagai gantinya Emilia yang dihantam truk bermuatan pasir.
“Emilia, inilah apa yang terjadi padamu,” ujarku menuntun lengannya. “Aku jadi mengalaminya dua kali, saat-saat sebelum semua ini terjadi,” ucapnya sedikit mengeluh. “Emilia sendiri yang minta, setidaknya semua kebaikanmu akan dikenang,” balasku menuntunnya menuju loker dimana terdapat bangkai kucing itu.
Tiba-tiba bangkai itu lenyap lalu muncul seekor kucing yang tubuhnya membesar cukup untuk bisa ditunggangi kami. “Kucing ini akan menjadi tunggangan kita, sepertinya waktumu sedikit lagi habis ayo kita pergi Emilia,” ajakku namun Emilia terdiam beberapa saat. “Di sisa waktuku aku punya satu permintaan terakhir, aku mohon izinkan aku menemui Mr John untuk yang terakhir kalinya,” ucapnya memohon.
Aku mengizinkannya dan kembali menuntun Emilia ke tempat dimana dia meregang nyawa, Emilia akan dikenang sebagai pahlawan berhati kuat, karena berani mengambil resiko demi menyelamatkan orang dan kisah hidupnya yang kini telah diketahui banyak orang membuatnya mendapat banyak simpati, di sana banyak sekali orang berkumpul membawakan bunga dan berbela sungkawa untuk Emilia,salah satu dari kerumunan itu adalah Mr John sedang dengan kedua orangtuanya Emilia, ibunya menangis sejadi-jadinya menyesal.
“Mr John, sini!” panggil Emilia. Mr John yang terkejut bukan main langsung mendekati Emilia, namun Emilia berlari memancingnya ke tempat yang lebih sepi.
“Emilia, katakan kamu masih hidup nak, aku tidak ingin ini hanya halusinasi,” ucap Mr John beberapa langkah dari Emilia. “Ini bukan halusinasi, aku berada di sini adalah sebuah kenyataan, namun aku yang sudah tak ada juga kenyataan,” jawab Emilia tersenyum ceria seperti biasa saat dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama. “Kamu ini bicara apa? ayo kita pulang Emilia, setidaknya rumahku tidak akan seberisik rumahmu dulu, kamu bisa menjadi kakak untuk anakku yang masih bayi,” ajak Mr John sambil perlahan mendekat namun lagi-lagi Emilia melangkah mundur. “Tempatku untuk pulang bukan di sini lagi, aku sudah punya tempatku sendiri untuk pulang, kakak cantik yang akan mengantarku, aku kesini hanya untuk berterima kasih karena Mr John sudah menjadi sosok ayah yang baik, ini salam perpisahan semoga ada banyak orang sebaik dirimu, selamat tinggal.” Emilia tersenyum, perlahan dirinya memudar meninggalkan Mr John dalam keheningan.
Aku dan Emilia menunggangi kucing yang berjalan menjauh dari tempat itu.
“Emilia, perlu kamu ketahui dunia itu tidak sekejam apa yang kamu pikirkan, yang kejam itu adalah manusianya, mereka yang selalu berperang dan tidak peduli lingkungan sekitar, dunia ini akan semakin memburuk jika manusia tidak menjadi lebih baik, setidaknya Mr John memberimu setitik kebahagian yang bermakna untukmu, kalian pasti bertemu lagi suatu hari,” jelasku lalu Emilia tersenyum padaku. “Sudahlah saat ini dunia bukan urusanku, yang aku ingin tau adalah bagaimana rumah baruku?” tanya Emilia dengan mata berbinar. “Seperti yang kamu inginkan, sebuah istana dimana kamu adalah putrinya, tempat dimana semua keinginanmu akan dikabulkan, kamu juga akan betah di sana,” jelasku membuatnya semakin senang.
“Bolehkah aku membuat satu permintaan sekarang?” tanya Emilia kembali menatapku memohon. “Kamu bisa meminta apapun saat kita sampai di sana,” jawabku. “Ayolah ini hanya permintaan kecil, aku akan sangat senang jika kamu mengabulkannya,” bujuknya. Kami melaju menuju sebuah cahaya. “Apapun yang membuatmu senang,” ucapku, kini cahaya itu semakin dekat.
“Yeay… Aku ingin kakak cantik menjadi temanku,” pintanya tersenyum ceria. “Tentu Emilia sayang, aku akan dengan senang hati menjadi temanmu sampai kapan pun, disana di tempat dimana kebahagiaan abadi tercipta,”
Tamat
Cerpen Karangan: Miftah Wattapad : MAP171615 Facebook: Miftah AF IG: miftah_abdul17 Untuk Facebook berubah manama jadi Miftah AF, semoga kalian suka dengan cerpen-cerpen buatanku, saya tau masih banyak kekurangan dari karya saya karena itu silakan berikan krisar yang membangun, jangan lupa kunjungi Wattap saya juga ya, follow juga IG : miftah_abdul17. Tank you
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com