Kesalahan bisa dimaafkan, tapi kenangannya tak akan pernah bisa dilupakan. Dunia ini memang sangat indah tapi apalah artinya jika hidup penuh kepalsuan dan kemunafikan?
Gelap. Kata yang menyelimuti gadis berusia 16 tahun itu. Gadis yang tak memberikan jejaknya pada dunia, dia gadis bayangan yang selalu sembunyi di balik pintu, tanpa terlihat dengan diam diam selalu mengintip dunia di celah jendela kamarnya. Gadis yang dengan bisu selalu menyimpan keingannya menyambut mentari dan mengiringi langkah senja berpulang ke porosnya. Dia gadis sederhana dengan sejuta mimpi di lubuk hati yang selalu ia tuangkan melalui lantunan diksi dalam diary bisu pencerita sisi-sisi dunianya.
Raganya tegak sempurna namun jiwanya lumpuh serapuh arang kertas yang runtuh tatkala tersentuh. Kejamnya dunia ini selalu menghantuinya, memenuhi ruang ruang hati dengan ketakutan dan sayatan sayatan luka tak berperban, kepalsuan dunia selalu membuatnya bimbang, merasa terasingkan hingga imajinasi menutupnya disini, dibalik pintu dunia yang gelap, sendiri tak berteman. Dialah Caca.
Malam ini menjadi malam terakhir bagi Desember, malam dimana semua orang menantikan pergantian sang tahun. Sorak ria suara terompet terdengar silih berganti dan menyatu laksana pentas paduan suara yang indah, gemerlapnya lampu dan letusan kembang api membuat kota semakin meriah. Sebagaimana halnya dengan suasana natal, malam tahun baru juga dirayakan dengan meriah. Semua bahagia termasuk semesta yang turut hadir pada malam ini, kecuali Caca. Seperti jua di tahun tahun sebelumnya gadis itu kembali tak ambil bagian dari kegembiraan ini.
Berasa memiliki dunianya sendiri, ia akan lebih memilih duduk dan membaca cerita fantasi di kamarnya dari pada berada di tengah keramaian bersama orang orang dekat yang selalu mengasingkannya dan orang asing yang sok dekat dengan maksud terselubung di otaknya.
“Tok tok tok” Suara ketukan pintu itu mengusik Caca, bukan sekali dua kali pintu itu sudah terketuk ribuan kali hari ini, dan ketukan ini menjadi ke-5 kalinya dalam menit ini.
Tau siapa dan apa tujuan pintu itu diketuk Caca tak menggerakan raganya sama sekali, bahkan ia tak memiliki niat untuk membuka pintunya. Kedua bola matanya terfokus pada dunia further dalam genggamannya, tanpa tanggung tanggung dalam sekejap ia masukan imajinasinya menjelajah melalui diksi diksi yang terukir dalam cetakan tebal berjudul INSIDIOUS.
“PRANKKK…” suara vas pecah membuat imajinasi Caca terlempar kembali memasuki raga, membuatnya sekejap menatap cahaya hijau yang luntur menjadi gadis bergaun hijau dengan sepatu kaca yang menyala menyinari kegelapan kamar. “Upss! Salahku” ucap gadis itu membetulkan kembali vas yang pecah dengan tangannya.
Entah mimpi apa yang Caca alami tapi ia benar benar terkejut setengah mati melihat hal itu. Ia tak berhenti menatap gadis bergaun hijau tersenyum lebar yang terlihat menyeramkan baginya, dengan melongo Caca melepas novel yang sedang ia baca kemudian memundurkan langkahnya perlahan. Ia benar benar pusing, imajinasinya tak menggapai sosok itu, dari sekian banyak goresan fiksi yang ia baca baru kali ini ia menemui gadis bergaun hijau dan sepatu kacanya. Bukannya seperti putri kaca Cinderella, imajinasi Caca justru nostalgia pada tokoh Tinker Bell yang selalu ia susuri petualangannya.
Perlahan gadis itu berjalan mendekat, setiap langkahnya menabur debu hijau bak serbuk sari yang gugur terseret hembusan angin. Semakin dekat dan berbalik menuju almari penuh boneka boneka kecil yang tersusun rapi. Menatapnya dan menyentuhnya dengan jemari lentik yang selalu menjadi pusat perhatian Caca.
“Siapa kau?” Caca mulai mengeluarkan pertanyaan yang menggantung di pita suaranya. Mendengar hal itu gadis berdaun hijau tersenyum, kemudian berjalan mendekat seraya membawa Novel Harry Pother yang ia ambil dari almari penuh goresan goresan diksi terbaik yang Caca koleksi. Gadis itu membacanya sembari berputar menggelilingi ruangan yang tentu saja membuat Caca mengkuti hal itu untuk menjauhkan raganya darinya sembari memegang guling kesayangannya. Tiba tiba gadis itu tertawa membuat Caca semakin meremas gulingnya takut bahwasannya gadis itu akan mengubahnya menjadi lentera atau hal semacamnya.
“Kau tau tentang Lentera rupanya” gadis itu kembali tertawa membuat Caca semakin melongo, bagaimana gadis itu bisa tau ia memikirkan lentera dalam otaknya?
Gadis itu semakin tertawa dengan kerasnya, kemudian berjalan ke samping Caca, tawa itu dibuat semakin jadi tak kala Caca berlari menjauhinya, keduanya pun saling kejar kejaran hingga menjadi perang bantal yang membuat kapuk kapuk melayang laksana salju salju yang turu di musim dingin dan mengubur segalanya dalam kebekuan yang menyenangkan.
Caca menghentikan raganya duduk sekejap dan meminum air yang ia sediakan, tak lupa ia juga memberikan air kepada gadis gaun hijau itu. Perkelahian itu benar benar membuat tenggorokan Caca kering dan haus. Dengan nafas yang belum stabil Caca menyandarkan tubuhnya kemudia tertawa kecil pada gadis yang duduk disampingnya sembari tersenyum.
“Jadi apakah sekarang kamu tidak takut lagi padaku?” Mendengar hal itu Caca kembali sadar, ia langsung saja berdiri dan melindungi dirinya dengan selimut juga guling. Dan gadis itu hanya tersemyum sembari menggelengkan kepala.
“Kau selalu menonton film hantu yang menyeramkan dengan berani tapi kamu takut dengan makhluk secantik diriku?” gadis itu duduk di sofa dengan wajah yang cukup sedih. Melihat hal itu Caca memberanikan diri mengambil tisu dan melemparnya ke samping gadis yang sedih.
“Duduklah, aku tak akan menyihirmu menjadi lentera” ucapnya tersenyum ramah “Apa kau yakin?” Caca mencoba memastikan, ia tak percaya dengan senyuman gaun hijau yang menyeramkan itu.
Dengan membuang nafas gadis itu mengangguk dan mengulurkan tangannya. Ragu tapi tetap melangkah itulah Caca, kini dirinya duduk dan menyambut ramah gadis itu bahkan dengan begitu mudahnya padahal disisi lain kakaknya yang mengetuk pintu ribuan kali setiap harinya tak mampu membuat Caca membukakan pintu. Apakah gadis itu memiliki sihir yang dapat menarik hati Caca?
“Siapa kau sebenarnya? Apakah kau peri? Atau putri yang jatuh dari langit dan tersesat ke kamarku?” Caca pun bertanya, setelah melihat makhluk hijau itu dari dekat kini dia tahu bahwa gadis itu tak semenakutkan imajinasinya. “Menurutmu aku apa?” gadis itu berbalik tanya membuat Caca hanya mengangkat bahu kosongnya tak mengerti, kini ia tak lagi membayangkan seorang peri ataupun putri yang jatuh dari langit dan tersesat di kamarnya, yang ada dalam otaknya adalah sosok gadis cantik bergaun hijau yang tengah menikmati malam taun baru dengan keseruan kecil bersama. Meski penampilannya cukup aneh tapi gadis itu tak seperti putri apalagi peri yang memainkan sihir. “Aku imaji. Temanmu”
Teman? Caca terdiam mendengar kata teman keluar begitu indah dari bibir Imaji, kata yang sudah hampir 4 tahun lebih tak pernah ia dengar. Ia menatap imaji terkekeh, bagaimana bisa ada orang yang menganggapnya teman disaat dunia mengasingkannya termasuk keluarganya?
“Darimana kau berasal?” lupakan kata Teman itu, kini Caca ingin mengetahui darimana gadis hijau itu berasal. Dengan anggun Imaji tersenyum dan melirikan matanya ke Caca solah bertanya apakah Caca sekedar ingin tahu atau sangat ingin tahu. Namun lirikannya itu berhenti saat lirikan bulat Caca mampu mengalahkannya, dengan malas ia pun berdiri berjalan mendekat dan duduk di samping Caca. “Tempat dimana kehidupan, cinta, sosial dan permasalahan kehidupan dan apa saja berada. Dunia imaji.”
Caca terpatung. Ia belum pernah mendengar dunia imaji. Sejauh ini ia hanya mengetahui dunia further itu pun ia peroleh tatkala menonton film INSIDIOUS yang membuat otaknya traveling antar dunia 7 hari 7 malam. “Dunia imaji? Apakah itu ada?” “Tentu, jika dunia itu tidak ada mana mungkin aku datang dari sana”
Caca menepuk jidatnya untuk pertanyaan bodoh yang baru saja ia lontarkan, namun mata tajamnya tetap terfokus pada gadis hijau yang kini membuka koleksi komik Ditekif Conan miliknya. Bukan itu yang coba Caca tanyakan, namun sudahlah itu juga tak penting jika diperpanjang hanya akn membuat otaknya mendidih bersama tekanan darahnya yang naik seketika. Lagi pula siapa yang peduli dengan gadis bergaun hijau aneh yang tiba tiba muncul memecahkan vas bunga?
Cerpen Karangan: Cahyanti
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com