4 days before… “Kishi-kun!” Lagi dan lagi dia mengejutkan Chiya, dan ini lebih aneh, kenapa dia di atas pohon? “Hehehe, hai Chiya-chan, kok mukanya masam gitu?” Kishi hanya menyapa tanpa bersalah “Dan sekarang aku tanya kenapa kamu gelantungan di atas pohon?!” “Buat kejutan untuk kamu aja sih.” Chiya menghela nafas kasar dan membuat muka cemberut. Melihat itu Kishi langsung turun dari pohon dan duduk di samping Chiya.
“Ih kenapa ngambek?” Kata Kishi sambil memencet pipinya Chiya. “Kamu suka kagetin orang, jantungan tau ga?!” “Ih Chiya jangan gitu dong.”
Kishi langsung teringat suatu hal dan mengambil sesuatu dari paperbag kecil yang sudah bawa daritadi. “Nih, biar ga marah melulu.” Taiyaki isi keju, itu yang Kishi berikan untuk Chiya, sebuah makanan favorit moodboosternya yang benar-benar ia sukai.
“Huuaaa arigatou Kishi-kun.” Kata Chiya dan langsung melahap Taiyakinya itu. “Memang benar-benar sama seperti dulu yah, harus dikasih Taiyaki dulu biar ga marah melulu.” Kishi berkata seperti itu sembari tertawa. “Urusai, kamu tak mau makan Taiyaki juga?” “Aku sudah kenyang, Chiya-chan.” “Eehh? Padahal kita selalu berebut soal Taiyaki, dan berdebat isi Taiyaki apa yang paling enak.” “Aku benar-benar kenyang Chiya-chan, aku sudah makan yang isinya coklat.” “Kamu ini, padahal isi keju lebih enak.” “Isi coklat.” “Keju” “Coklat” “Keju” “Coklat” “Keju
Chiya dan Kishi langsung menoleh dan saling menatap. Mereka sadar bahwa sisi dari mereka berdua benar-benar belum berubah, mereka pun tertawa karna perdebatan secara tiba-tiba yang menyenangkan itu, sekaligus nostalgia.
Dan janji hari keempat sudah ditepati.
3 days before… “Tumben kamu udah sampai?” “Hm?”
Yah keajaiban, biasanya saat Chiya datang dan suasana masih sepi kemudian Kishi akan mengagetkannya, sekarang tidak, saat sampai jusru sudah terlihat Kishi yang sedang duduk sembari memegang suatu album yang ia lihat tadi.
“Apa yang kamu pegang itu?” Tanya Chiya sembari duduk di sampingnya. “Album foto-foto kenangan kita.” “Eh?!” “Lihat ini, lucu kan?”
Kishi memperlihatkan foto saat Chiya ulang tahun, muka mereka penuh dengan whipecream karna saling membalas kejahilan mereka dengan penuh tawa.
“Ya ampun kita dulu begitu amat.” Kata Chiya yang terkejut dengan foto legend mereka itu. “Asik juga kasih whipecream di wajahmu.” “Heh” Suara dan ekspresi tawa canda Kishi semuanya terlihat dan terdengar jelas oleh Chiya.
“Ah coba lihat ini.” Dia menunjukkan foto lainnya, disaat kami sedang mendaki gunung bersama teman-teman lainnya. “Aku ingat kau hampir pingsan karna kelelahan mendaki gunung.” Cibir Chiya. “Mana ada, kamu juga kelelahan kan waktu itu? Sampai harus digendong dengan cowo yang kamu sukai itu.” “Iya deh aku ngaku.”
“Ah, foto ini.” Kishi menunjuk ke foto saat mereka berdua sedang di acara kelulusan, mereka terlihat bahagia sambil membawa ijazahnya di bawah pohon sakura yang menghasilkan hujan kelopak bunganya yang indah. “Wih suasana fotonya dramatis yah, kayak di drama gitu.” “Ini terlalu drama.” “Ayolah Chiya, ini bagus banget lho.” “Iya deh terserah.”
Kishi mulai membolak-balikkan lembaran yang ada di album itu dan menemukan foto yang sangat bagus, saat menjahili Chiya…
“Chiya lihat ini.” Kishi menunjukkan satu foto ke depan wajah Chiya. “Apa ini? Foto waktu aku lagi nangis?” “Iya, nangis karena kamu gagal menyatakan cinta ke ketua OSIS gegara kado kamu isinya bento makanan yang mengerikan seperti hantu.” Chiya terdiam sejenak, oh tidak ini adalah kenangan memalukan dan terekam kali akibat foto itu.
“KISHI-KUN!!” Chiya berdiri mengejar Kishi yang kabur darinya, mereka berlarian mengitari danau yang ada di tengah, saat Kishi menghindar, justru Chiya terjatuh di pinggir danau, untung saja Chiya bisa berenang dan ke tepian dengan selamat. Tapi dia masih merasa kesal dengan Kishi.
“Kishi! Baju aku jadi basah!’ “Hehehe maaf.”
Chiya terduduk dan merasa lelah akibat mengejar Kishi. “Kalau kamu yang jatuh ke danau tadi, mungkin ga bakal selamat, kamu kan ga bisa berenang.” Chiya berkata seperti itu sambil tertawa canda. Kishi pun membalasnya dengan tawaan yang sama “Hahaha iya, itu pasti terjadi.”
Dan janji hari kelima sudah terjadi.
Tomorrow… Bunga anyelir dua warna tergeletak di bangku taman. “Bunga dari siapa ini? Kishi-kun?” “Iya itu dari aku!” Chiya menoleh ke belakang dengan muka masam. “Jangan tiba-tiba muncul gitu dong.” Chiya sudah tak bisa memahami kelakukan Kishi yang selalu muncul tiba-tiba layaknya hantu. “Yah maaf, cantik ga bunganya?” “Ini bunga untuk aku?” “Iya” Chiya mengambil dua bunga anyelir dan mengamatinya. “Bunganya cantik.” Mereka duduk bersama di bangku taman dengan keheningan yang menengahi mereka.
“Chiya, apa cita-cita mu?” “Kenapa jadi bertanya tentang cita-cita?” “Jawab aja.” Chiya menghelas nafasnya. “Pemilik toko bunga.” “Hmm, kenapa?” “Karna aku ingin membuat orang bahagia dengan bunga, kamu tau kan bunga selalu punya makna?” “Tahu, tapi kamu tahu tidak makna dari bunga anyelir dua warna ini?” Chiya berpikir sebentar. “Tidak” “Katanya ingin mengetahui makna bunga.” “Iya tapi kan ga bisa sekarang, aku harus selesaikan masa kuliahku, sekarang aku sibuk memikirkan skripsi tau.” Kishi mengelus punggungnya. “Semoga berhasil yah, tapi tolong jangan cari arti bunga yang aku kasih ini.” “Kenapa?” “Nanti, kamu akan mengetahui tanpa mencari makna itu, tunggu aja yah.” Chiya mengernyit dahinya, bertanda tak paham.
“Chiya” “Apa?” “Besok hari terakhir janji kita, tolong datang kesini jam 11 malam.” “Hah? Buat apa malam-malam begitu.” “Ayolah, aku ga mau sendirian saat detik-detik janji kita sudah ditepati sepenuhnya.” “Yah tapi kenapa harus malam?” “Jangan cari alasannya, biar alasan itu yang mencari kita.” Chiya menghela nafasnya. “Kamu selalu aneh yah.”
Dan janji hari keenam sudah di tepati.
Today. I mean, tonight… Chiya benar-benar sibuk. Sangat sibuk. Selain skripsi, ada tugas lainnya yang harus dikerjakan. Sekarang ia ada di rumah kosnya dengan laptop dan tumpukan kertas berserakan dimana-mana. Chiya melihat jarum jam, 11.25 pm. Iya, dia melupakan janjinya dengan Kishi.
Dan terdengar suara ketukan pintu, Chiya beranjak dan membuka pintu tersebut. “Permisi, Chiya-san?” Chiya terdiam sebentar, rasanya dia pernah berjumpa dengan orang ini.
“Emi-chan?” Ah, dia adalah adik kandungnya Kishi. “Wah, kakak aku masih ingat aku yah.” “Masih lah, ada apa kamu kesini? Oh ya bisa bilang ke kakak mu ga, kalau aku ga bisa tepatin janji dia buat pergi bareng dia malam-” “Anuu, sebenarnya aku mau kirim surat buat kamu, dari kak Kishi.” “Surat?” “Iya, ini suratnya, baca langsung aja ya kak, nanti kakak paham sendiri kok, ah aku pulang dulu yah. ” Setelah memberi surat dia langsung buru-buru untuk pergi dari sana, membuat Chiya merasa terheran dengan tingkah lakunya, tapi ia tak memperdulikan itu dan lebih baik membaca isi surat dari Kishi itu.
Cerpen Karangan: Nazahra
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com