Hujan deras menubruk jalanan sunyi menjadi ricuh, namun tetap tak bisa mengalihkah suara sakit seorang ibu yang sedang melahirkan. Rintihan, jeritan, dan desahan sakit berkumandang di sebuah rumah sederhana yang dikelilingi pohon yang berjibaku dengan air langit.
Tangis sang ibu pun berubah menjadi tangis bayi laki-laki, yang membuat suasana menjadi hangat dan penuh kasih sayang. Namun, hari yang harusnya menjadi indah bagi seorang ayah dan ibu, menjadi hari yang penuh linglung. Hal tersebut karena sang bayi lahir tanpa kedua tangan dan tanpa kedua kaki. Tapi tentu saja ayah dan ibu dari keluarga tersebut menyayanginya.
“Apapun yang terjadi aku akan tetap menyayangimu, nak”, ucap sang ibu dengan nada yang kecewa namun legowo. “Bagaimanapun juga bayi ini adalah anakku, darah dagingku, kita akan merawatmu dengan baik. Namamu adalah Darrel”, sambar sang suami sembari menggendong dan mengecup kening sang bayi.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun, Darrel tumbuh menjadi anak lelaki yang ingin bermain layaknya anak lain seusianya. “Ayah, ibu, aku ingin bermain bola, tapi aku tidak punya kaki, aku harus bagaimana?” Anak laki-laki itu merengek.
Suami istri tersebut pun menuju ke dapur, dengan pisau daging besar yang ada, ditebaslah kaki kanan sang istri. Lalu ditebaslah juga kaki kiri sang suami. Setelah memotong kaki mereka, dibawalah kaki tersebut ke sang anak. “Ini, pakailah kaki ayah dan ibumu, lalu mainlah sesukamu, nak”, ucap sang ayah dengan senyuman ikhlas. Anak itu pun pergi keluar dan bertemu dengan anak seusianya lalu bermain bola dengan riang gembira.
Tahun berganti lagi, Darrel sudah menjadi remaja. Ia menjadi remaja laki-laki yang tertarik dengan seni menggambar. “Ayah, ibu, aku ingin menggambar dan melukis, serta ingin menjadi pelukis yang terkenal, tapi aku tidak punya tangan, aku harus bagaimana?” Anak laki-laki itu merengek lagi.
Ayah dan Ibunya lagi-lagi menuju ke dapur. Dengan pisau daging besar itu lagi, sang ibu menebas tangan kirinya. Kemudian sang ayah menebas tangan kanannya. Dibawalah tangan tersebut kepada anaknya. “Ini, pakailah tangan ayah dan ibumu, lalu melukislah dan kejar impianmu, nak”, ucap sang ayah dengan senyuman yang tetap ikhlas.
Darrel pun jadi pandai melukis, dan akhirnya memenangi berbagai lomba yang membuatnya menjadi terkenal. Dan di usianya yang sudah dewasa, ia pun menjadi pelukis terkenal. Kesuksesan dan kepopularitasan membuatnya dikelilingi oleh banyak lawan jenis, yang akhirnya hatinya pun jatuh kepada perempuan cantik, kaya, terpandang, namun arogan, bernama Freya.
Darrel pun mengenalkan Freya kepada orangtuanya. Freya tampak merasa malu jika harus bersama dengan pria yang memiliki orangtua dengan tubuh yang tidak lengkap. Perempuan itu pun membujuk Darrel untuk pergi meninggalkan orangtuanya. “Jujur, aku malu jika harus bersamamu yang memiliki orangtua seperti itu. Pergilah bersamaku dan tinggalkan mereka”, bujuk perempuan itu dengan nada menggoda.
Rasa cinta Darrel kepada orangtuanya tertutupi oleh rasa cintanya kepada Freya, ia pun terbujuk rayuan Freya. Darrel pun akan pergi meninggalkan orangtuanya. Orangtuanya menangis dan melarangnya untuk pergi. Namun dengan kasar Darrel memukul ayahnya, dan menendang ibunya, lalu pergi begitu saja.
Begitu sampai di rumah sang pujaan hati, Freya ternyata sudah memiliki suami, suaminya tidak memiliki kedua tangan dan kaki sama seperti Darrel. Freya pun menyuruh para suruhannya untuk mengambil tangan dan kaki Darrel kemudian dipasangkan ke badan suaminya. Kedua tangan dan kaki Darrel pun direbut dan dipakai begitu saja oleh suami Freya.
“Akhirnya dirimu sempurna, sekarang kau bisa menjadi pemain musik terkenal dan hidup bahagia denganku selamanya”, Sorak bahagia Freya bersama suaminya.
Darrel pun dibuang begitu saja di tengah hutan oleh para suruhan Freya. Darrel pun hanya bisa menangis dan menyesal. Disaat memilukan itu, orangtua Darrel yang sedang mencari kayu bakar menemukan Darrel. Mereka membawa Darrel pulang. Sesampai di rumah, Darrel memberikan kedua tangan dan kakinya kembali kepada orangtuanya. Darrel pun memghabiskan sisa hidupnya tanpa kaki dan tangan, namun dengan cinta kedua orangtuanya.
Cerpen Karangan: Al Dwi Nurtoro Mangun Kusumo
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com