Setelah memasukkan jiwa kami ke kedua bayi ini, aku mencoba menggerakkan tubuh ini tapi aku sangat kesulitan dan berbicara dengan tubuh ini juga sangat sulit.
“Hm?, Kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuh ini?” “Itu wajar karena kamu belum terbiasa dengan tubuh itu, lama-kelamaan kamu akan bisa menggerakannya. Tenang saja aku juga belum bisa menggerakkan tubuh ini.” “Begitu ya… yah kau benar, ini pertama kalinya aku memasukkan jiwaku ke tubuh manusia alhasil aku tak bisa langsung menggerakkan tubuh ini.” “Dan jika kita bisa pun manusia pasti akan kaget melihat bayi yang baru lahir bisa bergerak dengan bebas.” “Ya sudahlah…”
Sedikit demi sedikit aku akan membiasakan diriku dengan tubuh ini dan aku menggunakan telepati untuk berbicara dengan Bumi agar mudah. “emm… Matahari, ada hal yang ingin kuberitahu…” “Apa itu? katakan saja.” Dia terdiam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya. “…Sebenarnya aku sudah lama tersiksa sebelum manusia ada disini…” “-! Maksudmu ada makhluk hidup yang menyebabkan kerusakan disini sebelum manusia diciptakan?” “Ya. Makhluk yang dipanggil sebagai Jin, makhluk yang tercipta dari api. Sebelum Manusia diciptakan, Tuhan menciptakan Jin untuk mengolah dan merawat alam ini, Dulu ada dua jenis jin yaitu jin ghaib dan jin kasar, jin yang memiliki fisik seperti manusia. Jin kasar inilah yang ditugaskan untuk merawat alam tapi mereka sangat rakus sehingga merusak alam dan pertumpahan darah pun terjadi.” Jadi ada makhluk selain manusia yang bisa menyebabkan kerusakan di dunia ini, itu berarti Bumi sudah menderita dari sebelum manusia diciptakan… Kenapa aku baru mengetahuinya sekarang?…
“Apa penyebabnya sehingga mereka jadi seperti itu?” Aku bertanya dengan rasa ingin tahu yang besar “Aku juga tidak tahu tapi mungkin karena tidak diberi akal atau perasaan atau mungkin nafsu mereka yang begitu besar layaknya api perusak, sama seperti api yang digunakan untuk menciptakan mereka.” “Lalu dimana jin kasar ini sekarang? apa mereka dipindah ke alam ghaib? atau… mereka sudah punah?” “Mereka sudah punah karena diberi hukuman yang luar biasa oleh Tuhan dan tentu saja aku juga terkena imbasnya, sangat menyakitkan saat aku menerima azabnya.” “Kalau begitu bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk pengganti terbaik karena diberi akal dan perasaan tapi sebagian dari mereka malah melakukan hal yang sebaliknya.” “Kamu benar… tapi sejatinya jiwa manusia itu condong kepada keburukan dan awal dari sejarah keburukan mereka itu sebabkan oleh bujukan iblis. Meskipun begitu aku masih berharap pada umat manusia untuk merawat alam yang diberikan Tuhan dan juga mengingat pencipta mereka.” Dia berkata seperti itu dengan rasa harapan yang tinggi, hati Bumi sangat tulus… itu membuatku semakin yakin bahwa keputusan yang telah aku buat tidaklah salah.
Iblis ya… menurut pengetahuan yang Bumi berikan padaku, Iblis atau Azazil adalah jin pertama yang membangkang perintah Tuhan untuk bersujud di depan manusia (Adam) dan dulunya dia adalah makhluk yang paling taat kepada Tuhan, dikatakan ia pernah menjadi imam para malaikat selama beberapa puluh ribu tahun.
“Berbicara tentang iblis, Kenapa Azazil yang dulunya sangat taat bisa membangkang perintah Tuhan?.” “Karena kesombongannya, ia adalah golongan dari jin, dia berpikir bahwa dirinya lebih mulia dari manusia dan juga ia tak mau sujud didepan Manusia itulah yang mengubahnya menjadi iblis.” “Azazil diciptakan dari api sedangkan Manusia dari tanah, dan menurutnya api lebih unggul dari tanah. Apa aku benar?” “Kemungkinan seperti itu tapi aku tidak tahu alasan sesungguhnya ia membangkang dan dia sudah berjanji kepada Tuhan bahwa ia akan menyesatkan manusia sebanyak mungkin sampai hari kiamat.”
Bahkan makhluk yang sangat taat bisa membangkang Tuhan… Tidak, dari awal dia adalah jin, bukan malaikat dan aku sangat tahu bahwa malaikat tidak mungkin melanggar perintah Tuhan. Tapi apakah ada faktor lain yang membuatnya tidak mau sujud didepan manusia?
“Padahal dia (azazil), malaikat yang lain, manusia, kita ataupun seluruh alam semesta adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan tapi mengapa ia malah menyesatkan …” “Matahari… tapi seandainya Azazil mau sujud didepan manusia dan dia tak menjadi iblis itu tidak akan merubah fakta bahwa manusia akan jatuh ke keburukan karena sifat mereka sendiri..” “Semacam paradox kah…” Yang dikatakan Bumi tadi memang benar tapi… kenapa?… Apakah itu sesuatu yang memang direncanakan Tuhan dari awal penciptaannya?… Aku sangat bersyukur karena tidak diberi nafsu lagipula aku hanyalah bintang yang ditugaskan untuk menyinari alam semesta dan aku sekalipun tidak akan melanggar perintah Tuhan.
“Sudah pagi ya…” “Hm?” Langit menjadi terang secara perlahan, dan aku melihat tubuhku yang bersinar terang dari kejauhan. “Jadi ini yang disebut pagi ya…” “Iya”
Ternyata dunia yang manusia tinggali ini sangat kecil, aku tidak habis pikir bahwa manusia bisa sombong akan dirinya yang begitu kecil di dunia ini…
Kemudian aku mencoba untuk mengeluarkan suara dari tubuh bayi ini dan ternyata… “aaa.. ee..eee. aaa..” Sudah bisa tapi masih sulit. “oh ternyata kamu sudah bisa.” Bumi berkata dengan nada senang. “Ya walaupun masih sulit.” “Tidak apa-apa, itu sudah bagus.” “Bagaimana denganmu? apa kamu sudah bisa juga?” “Akan kucoba.” Dia menarik nafas dan… “ooo… aaa.. ee..” Dia juga sudah bisa mengeluarkan suaranya dari tubuh itu. “Baguslah Bumi, akhirnya kamu bisa.” “Yaa.”
“–!” Tiba-tiba aku merasa ada dua makhluk yang sedang menuju kemari. “Matahari, kamu juga merasakannya kan?.” “Ya, sepertinya ada dua mahkluk disekitar sini dan mereka sedang menuju kemari. Apa yang harus kita lakukan?” “Itu manusia, Kita harus buat suara yang keras agar manusia itu mencari kita.” Apa yang Bumi rencanakan?… sebelum bertanya itu kepadanya lebih baik kuturuti saja dulu. “Baiklah.”
Kami menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan suara yang keras… “AA! EEE! AAA!!” “OOO! AAA! EE!!” “-! Ada suara bayi disini?!” “Iya! padahal ga ada orang disini selain kita!” Dua manusia itu sadar akan keberadaan kami dan kami terus membuat suara agar mereka menemukan kami.
“Kayaknya asal suaranya di kapal itu!” “Biar aku yang periksa.” Akhirnya salah satu dari mereka menemukan kami dan dia terkejut saat melihat kami… “!! Sayang kemarilah! Ada dua bayi disini!” “Ya!” Hmm? sepasang kekasih ya?” “Ya Tuhan, siapa yang tega membuang bayi-bayi ini?!..” “–! Ari-ari mereka masih menempel dan tali pusarnya belum dipotong dan diikat!. Sayang, apa yang harus kita lakukan?” Dua manusia ini melihat kami dengan wajah sedih, mereka terlihat memikirkan sesuatu.
“…Selama 2 tahun setelah pernikahan, kita masih belum diberi keturunan… melihat dua bayi disini aku ingin mengadopsinya…” Sepasang kekasih yang belum memiliki anak ya… diliat dari sikap mereka sepertinya mereka ini orang yang baik, aku tidak keberatan jika mereka mengadopsi kami. “Kamu benar, bahkan kita sudah berencana untuk mengadopsi anak…mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kita mengadopsi bayi ini..” “Ya, dan ini bukan kebetulan belaka pasti sudah diatur oleh Tuhan.” ‘Diatur oleh Tuhan’? berarti dari awal Tuhan sudah tahu kalau kami akan melakukan ini…, yah Kuasa Tuhan memang luar biasa.
“Kalau begitu kita bawa dua bayi ini ke rumah sakit terdekat dulu, setelah itu kita melaporkan hal ini ke kepolisian!” “Ya!” Lalu dua orang ini membawa kami ke sebuah objek… ehh.. sepertinya namanya mobil…
Ditengah perjalan aku bertanya pada Bumi… “Bumi, Apa yang kamu rencanakan?” “hm? Kamu belum tau?? *sigh…” Dia berkata dengan nada lelah “Tau apa? Sebelumnya kamu tidak memberitahuku rencanamu itu” “Kukira kamu sudah tau… begini, sekarang kita hidup sebagai bayi manusia yang dimana bayi manusia tidak bisa hidup sendiri harus ada yang merawat atau mengasuhnya, meski kita bisa hidup sendiri tanpa orangtua pasti semua manusia akan terkejut dan menganggap hal itu tidak lazim” “ohh sekarang aku paham, intinya kita berperan sebagai manusia yang semestinya. Benar begitu?” “Iya benar, itulah yang kumaksud.” Hmm… ‘berperan sebagai manusia yang semestinya’ kah? Mungkin sedikit menarik, aku juga ingin mengetahui cara manusia hidup dan bagaimana manusia menjalani hidupnya. Rencana yang Bumi keluarkan sangat bijak. Disaat yang bersamaan aku merasakan kehadiran makhluk selain kami berempat.
“……” “Ada apa, Matahari?” “…tidak, bukan apa-apa (apa dia tak merasakan kehadiran makhluk lain).” Dilihat dari reaksi Bumi sepertinya dia tidak merasakan kehadiran makhluk lain, Apa hanya perasaanku saja…
“(fufu… dua makhluk kecil yang menarik, padahal aku sudah menyembunyikan hawa kehadiranku tapi hanya kamu yang bisa merasakan kehadiranku dan auramu juga sangat luar biasa… mungkin aku akan mengawasimu sedikit lebih lama lagi.. hihi)”
*Bersambung….
Cerpen Karangan: Trojan
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com