Keringatku bercucuran, jantungku berdegup kencang. “Sial” gumamku. Ujian Matematika kali ini langsung diawasi oleh Ibu Sri sendiri, padahal biasanya guru yang mengawas adalah guru mata pelajaran lain. Masalah terbesarnya adalah aku tidak menghapal sama sekali untuk ujian kali ini. Memang sih, biasanya pun aku tidak menghapal. Tapi, pembahasan kali ini cukup sulit dan aku hampir tidak mengerti semua soal yang ada di dalam kertas ujian ini.
Bu Sri memang dikenal dengan si mata elang, pergerakan dari murid sedikit pun tak luput dari pengawasannya. Aku harus mencari celah untuk bisa mencontek ke temanku. Sialnya lagi, mereka pun sibuk mengerjakan soal. Bu Sri memang terkenal galak dan beliau tidak segan mengeluarkan anak bahkan merobek kertas ujian jika kedapatan dari kami yang mencontek. Bu Sri selalu bilang bahwa meskipun jelek, tapi jika nilai hasil sendiri akan ia hargai daripada nilai sempurna tapi hasil mencontek.
Semua temanku termasuk Joni dan Dinda sangat serius melihat kertas ujian milik mereka. Aku sepertinya tidak bisa bertanya kepada mereka untuk saat ini. Saat aku hendak menoleh ke belakang, tiba-tiba Bu Sri berdiri dan melemparkan penghapus papan tulis yang melesat melewatiku dan mengenai seseorang di barisan belakang. “BLETAK!” “ADUH!!”
Kami semua menoleh ke belakang dan melihat Dimas yang sedang mengusap-usap kepalanya sambil meringis kesakitan. “Jangan lirik kesana kemari Dimas, fokus pada kertas ulanganmu!” Bu Sri membentak Dimas yang sepertinya ketahuan ingin mencontek.
“Sudah, yang lainnya kembali kerjakan soalnya.” Ibu Sri pergi ke belakang mengambil kembali penghapus papan tulisnya dan kembali ke meja guru.
Ruangan kelas kembali hening. Aku mengurungkan niatku mencontek ketika melihat Bu Sri marah seperti itu. Aku melihat ke arah Bu Sri dan dia sedang menatapku. Bu Sri hanya diam memandangiku dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Aku pun mengangguk pelan dan mengambil kembali pensil dan berusaha terlihat mengerjakan soalnya. “Hmmm, Andai saja aku bisa melewati ujian ini dengan mudah tanpa harus mengerjakannya.”
Aku menoleh ke arah jendela dan terkejut ketika aku melihat sosok misterius dengan jubah hitam sedang berdiri di luar jendela. Ia menatapku tajam dengan sorot matanya yang menyala. Kemudian ia hanya tersenyum dan mengangguk perlahan. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, nampaknya hanya aku saja yang melihat sosok itu. Aku kenal semua penjaga sekolah dan satpam di sekolah ini dan rasanya sosok itu bukanlah salah satu dari mereka. Terdengar suara bisikan “Pejamkanlah matamu dan pikirkan keinginanmu.”
“Feri! Jangan melamun. Lihat apa kamu di jendela sana?” Tanya Bu Sri. Aku tersadar dan ketika hendak menunjuk ke arah jendela, sosok misterius itu sudah menghilang. Aneh, aku yakin melihat sosok itu dengan jelas. Mana mungkin aku berhalusinasi. Aku cukup lama memandangnya sebelum kemudian hilang saat Bu Sri menegurku.
Bu Sri beranjak dari tempat duduknya dan melihat ke jendela sambil menengok ke samping kiri dan kanan. Ia sepertinya tidak melihat apa-apa. Tapi aku yakin melihat dengan jelas sosok itu dan ia mengangguk kepadaku dan tersenyum. Aku kembali melihat kertas soal dan berusaha mengerjakannya tetapi tetap saja tidak bisa. Mataku menjadi sangat berat. Aku sepertinya mengantuk, sebaiknya aku harus mencuci mukaku. Aku memejamkan mata sebentar sambil berusaha berdiri untuk meminta izin ke luar kelas.
Aku teringat kembali akan bisikan tadi. Bisikan itu menyuruhku untuk memejamkan mata dan memikirkan keinginanku. Hmmm.. aku sih ingin melewati ujian ini dan langsung istirahat. Ahh.. mana mungkin hal seperti itu bisa terjadi. Sebaiknya aku bergegas, nanti aku disangka orang aneh karena berdiri dalam waktu yang cukup lama sambil memejamkan mata.
Ketika aku membuka mata, aku melihat Ibu Sri sedang membereskan soal ujian dan kemudian pergi meninggalkan kelas. “Sampai jumpa minggu depan ya anak-anak. Hasil ujiannya bisa dilihat besok.” “Loh, kan ujiannya belum…” Ketika aku melihat ke mejaku kertas ujianku juga sudah tidak ada.
“Soalnya cukup sulit Fer, kamu diisi semua gak?“ Joni menghampiriku. “Eh bukannya tadi baru mulai? Kenapa Ibu Sri mengambilnya lagi?” “Lah, otak kamu loading ya? Ujiannya sudah beres.” Jawab Joni sambil menunjuk ke jam dinding. Jam dinding menunjukkan pukul 9:30.
Tubuhku berkeringat dingin. Apakah keinginanku terkabul? Aku mencubit tanganku dan terasa sakit. Ini benar terjadi, sepertinya bisikan itu dari sosok misterius yang tadi. Apakah dia mencoba membantuku?
Aku menengok ke arah jendela dan sosok itu sudah tidak ada disana. Tapi aku yakin bahwa tadi sosok itu ada, buktinya aku dengan ajaibnya sudah menyelesaikan ujianku. Aku seperti mengalami lompatan waktu.
“Sudah kita istirahat sekarang.” Ucap Joni sambil meninggalkan kelas.
Saat pulang sekolah dan sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan tak hentinya memikirkan kejadian ajaib yang aku alami tadi pagi di sekolah. Aku masih tidak percaya tetapi aku berada disini sekarang dan mengalaminya. Kejadian itu sangat nyata.
Aku terbangun di pagi hari, tubuhku sangat lelah sekali. Rasanya aku ingin tidur saja seharian ini. “Pejamkanlah matamu dan pikirkan keinginanmu.” Suara misterius itu kembali muncul. Hmm.. Andai aku bisa melewati sisa sekolah ini dan langsung lulus.
TOK! TOK! TOK! “Feri… Bangun Fer… Nanti kamu telat!” Suara Ibu terdengar sambil mengetuk pintu kamarku. “Iya bu.” Sahutku.
Terdengar Ibu menuruni tangga. Aku kemudian pergi ke kamar mandi dan setelah selesai langsung memakai seragam seperti biasa dan bergegas pergi ke bawah untuk sarapan pagi seperti biasa. Rasanya tidak mungkin aku bisa langsung lulus, buktinya Ibu memanggilku untuk sekolah seperti biasanya.
Aku kemudian berjalan menuruni tangga untuk pergi ke lantai bawah. Aku mendengar seperti banyak orang di bawah sedang berbicara, entah ada siapa di bawah pagi-pagi begini. Aku tidak ingat kemarin ada saudaraku datang ke rumah. Setelah sampai, betapa terkejutnya aku ketika di bawah sudah ada keluarga besarku. Mereka memakai setelan jas dan kebaya.
Ada apa ini? Aku kemudian diberi sebuah kue yang bertuliskan “CONGRADUATION”. Aku terheran-heran mengapa mereka memberikan kue itu kepadaku. Aku melihat sekitar untuk mengetahui siapa yang akan menerima kue ini, apakah saudaraku ada yang baru lulus?
“SELAMAT YA FERI ATAS KELULUSANMU!” Semua orang serempak mengucapkan selamat kepadaku. Apa? Aku sudah lulus?
Cerpen Karangan: Zed Blog: catatanzed.blogspot.com Penulis biasa-biasa saja.