Sudah 1 hari aku berkeliling di tempat ini atau mungkin lebih dari satu hari, entahlah dunia ini begitu asing di mataku. Dunia ini seperti alam lain banyak hewan yang aneh berkeliaran, seperti domba bertanduk rusa atau kelinci yang memiliki telinga panjang seperti sayap tapi untungnya mereka bukan hewan buas. Banyak juga tumbuhan aneh yang bermekaran seperti gerombolan bunga putih disana aku pun mengambil salah satu dari gerombolan bunga itu, setelah mengambil aku pun tetap memegang bunga itu sambil meneruskan perjalanan.
Ini aneh mengapa bunga yang kupetik tadi tiba tiba berubah menjadj hitam dan menghilang menjadi debu, apakah itu terjadi karena aku memetiknya? Atau ada faktor lain yang menyebabkan bunga itu menghilang?. Tanpa pikir panjang aku pun melanjutkan perjalanan, 2 jam sudah diriku berjalan tapi yang kulihat hanyalah rumput hijau yang bertaburkan bunga. Lelah dan haus sudah merangkul diri ini, dari kejauhan terlihat pohon yang sangat rindang, entah aku sedang berhalusinasi tapi ku tetap berjalan menuju pohon itu, benar saja pohon ini bukanlah anganku saja.
Aku pun terlelap dalam keadaan lelah dan haus yang meyelimuti raga, sayup sayup terdengar suara seseorang yang memanggilku. “Hei anak muda bangunlah” kata seseorang yang tak kukenal. “Kau begitu asing di mataku, dan kau benar benar terlihat kelelahan” sambung dia.
Sedikit demi sedikit diriku terbangun dan betapa terkejutnya ketika mengetahui bahwa yang berbicara denganku adalah pohon yang memiliki wajah seorang pria tua. “Siapa kau?!” Tanyaku dengan ketakutan. “Tenanglah nak diri ini hanyalah pohon tua yang kesepian, nampaknya kau kehausan minumlah air ini” jawab pohon itu dengan tenang.
Ajaib sebuah gelas kayu berisi air muncul disampingku, dengan masih memiliki rasa curiga aku pun meminum air itu dan setelah meminum air itu rasa haus ini akhirnya menghilang, terlihat seyuman ramah pada wajah pohon tua itu setelah melihat diriku meminum air itu.
“Tempat apa ini kek?” Tanyaku padanya. “Oh pantas saja diri ini jarang melihatmu ternyata kau adalah pendatang baru yang tak tahu apa-apa” jawab pohon itu. “Kakek sudah lama berada disini?” Tanyaku lagi. “Sangat lama nak, diri ini sudah berdiri disini selama 100 tahun lebih” jawab dia. “Wah pasti kau sudah melihat segala sesuatu yang ada di dunia ini kan” sahutku. “Tidak nak, walaupun diri ini diberi anugerah untuk hidup 100 tahun lebih tapi apalah daya jika 100 tahun itu hanya bisa dihabiskan dengan tertanam di tanah seperti ini, manfaatkan masa mudamu nak perjalananmu masih panjang jangan sia-siakan hal itu, pergilah dan lihat segala sesuatu yang ada di dunia ini” jawab pohon itu dengan bijaknya.
Belum selesai kumendengarnya tiba tiba langit dipenuhi awan mendung lalu segerombol bunga yang tak jauh dariku berubah warna menjadi hitam dan mulai menyebar.
“Dirga telah memberikan tanda, inilah saatnya” kata pohon sambil melihat ke langit. “Saatnya apa?!” Tanyaku kebingungan. “Saatnya dunia ini kembali pada ketiadaan dan saat dunia ini sudah tiada kelak akan muncul dunia baru, sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia ini berawal dari ketiadaan. Dan kau nak, aku tahu kau bukan berasal dari sini pergilah kearah utara dan kau akan bertemu dengan reruntuhan kuil” jawab pohon itu sambil menyuruhku bergegas.
Seketika itu pula aku langsung berlari menuju utara seperti yang diperintahkan pohon tua tersebut. “Terimakasih kek atas semuanya” teriakku sambil berlari. “Ingat nak hari ini hanyalah hari yang buruk bukan kehidupan yang buruk, jalani harimu dengan penuh rasa syukur!” kata-kata terakhir pohon tua itu kepadaku.
Setelah 20 menit berlari aku akhirnya sampai di reruntuhan kuil yang disebut oleh pohon tua itu lalu akupun menelusuri tempat itu dan menemukan sesuatu yang aneh ditengah kuil itu ada relief lingkaran yang bisa diputar, sepertinya ini puzzle, setelah beberapa saat aku berfikir akhirnya aku telah berhasil menyelesaikan puzzle itu dan saat puzzle selesai semburat cahaya muncul dari puing-puing yang semakin terang setiap detiknya, sesaat kumenengok ke belakang dan ternyata jejak ketiadaan sudah mendekati kuil, sebelum jejak itu menyentuhku aku tiba tiba berpindah tempat ke sebuah tempat yang ternyata tempat itu adalah bukit dengan warna tanah ungu dan bebatuan yang berwarna biru aku mencoba menenangkan diriku sambil memandang sekitar, aku segera bergegas pergi karena aku tahu bahwa jejak itu semakin lama semakin cepat menyebar dan aku harus menemukan jalan keluar dari dunia ini.
Baru sebentar saja aku berjalan aku sudah menemukan batu besar yang bertuliskan simbol angka seperti 2 1 14 7 21 14 12 1 8 aku tak tahu menahu tentang makna dari angka angka tersebut jadi aku meneruskan perjalanan, dan lagi lagi aku menemukan batu dengan simbol angka yaitu 13 9 13 16 9. Dan lagi lagi batu dengan simbol angka 19 1 4 1 18 12 1 8. Sungguh simbol yang memusingkan.
Aku pun berhasil menuruni bukit, saat tiba dikaki bukit aku bertemu dengan seekor gajah dengan tinggi 10 meter, mataku terpaku pada kepala gajah itu lalu gajah itu memberhentikanku dan bertanya. “Hai nak apakah kau sudah tau tentang peristiwa yang akan terjadi?” Tanya gajah itu kepadaku. Sepertinya arah pembicaraan ini akan menuju kemusnahnya dunia, padahal dari tempat kejadian awal dengan tempat ini jauh tapi gajah ini bisa merasakan bahwa peristiwa itu sudah terjadi. “Dan kau sepertinya bukan dari dunia ini huh? Perkenalkan namaku zunesha aku sudah menjalani hidupku selama 80 tahun di dunia ini” sambung zunesha. “Ya aku sudah mengetahuinya bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri” jawabku. “Kau melihatnya?!” Sambung zunesha dengan terkejut. “Ya bersama pohon tua itu” jawabku lagi. “Maksudmu Arkais?” Tanya zunesha. “Arkais? Entahlah pokoknya dia itu pohon tua yang berumur 100 tahun lebih” jawabku lagi. “Ya, dialah Arkais dialah kawan lamaku, dan sekarang dia pasti sudah tiada, kuharap dia bisa terlahir kembali dalam dunia yang baru” sambung zunesha. “Ya semoga saja” jawabku singkat “Hei nak cepatlah pergi jejak itu semakin dekat” perintah zunesha.
Angin tiba tiba berhembus secara kencang firasatku sudah mengabarkan bahwa akan terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan terjadi aku pun segera pergi sesuai dengan perintah zunesha
“Nak aku mendapat kabar dari burung bahwa sesuatu yang kau cari ada di timur laut pergilah kesana dunia ini bukanlah rumahmu” teriak zunesha saat diriku berlari. “Terimakasih infonya aku pergi dulu!” jawabku sambil berlari pergi.
Benar saja jejak itu sudah dekat ternyata pergerakan jejak itu sangat cepat bukit yang tadi kulewati sudah menghilang dan aku tak tahu apakah diriku bisa keluar dari dunia ini dengan selamat, semakin lama jejak itu semakin dekat dengan diriku sementara aku belum menemukan jalan keluar dari dunia ini disaat keadaan yang sudah diujung tanduk ini tiba tiba aku teringat akan batu yang bertuliskan simbol tadi dan aku sepertinya sudah mengetahui apa makna dibalik simbol itu, bila kita mencocokkan angka tadi dengan alfabet kita maka kita akan mendapat arti dari simbol tersebut simbol pertama 2 1 14 7 21 14 12 1 8 bisa dibaca dengan BANGUNLAH. Simbol kedua 13 9 13 16 9 bisa dibaca dengan MIMPI. Simbol ketiga 19 1 4 1 18 12 1 8 bisa dibaca dengan SADARLAH.
Diriku pun tersadar bahwa sedang terjebak dalam mimpi dan sesaat kemudian muncullah sebuah pintu putih yang tepat berada didepanku, aku pun langsung menarik gagang pintu itu dan masuk kedalam, terlambat sepersekian detik saja jejak ketiadaan itu sudah pasti memusnahkanku.
Sesampainya diriku disisi lain pintu itu yang hanya kulihat adalah hamparan air dangkal yang merefleksikan langit biru berawan. Tapi diriku tidak terlalu mempedulikan hal tersebut saat ini terdapat beberapa pertanyaan yang membebani pikiranku. Siapakah diriku? Mengapa diriku bisa sampai disini? Dimanakah seharusnya diriku berada?. Hingga sampai saat dimana diriku melihat ke permukaan air, diriku pun melihat bayangan dari wajahku sendiri dan tersadar akan semua yang terjadi, tentang musnahnya dunia dan lahirnya dunia baru yang dikatakan pohon tua itu ternyata adalah sebuah mimpi yang selalu berganti setiap harinya, tentang jejak ketiadaan yang mengejarku ternyata jejak itu mencoba mengeluarkanku dari dunia ini yang dimana jejak itu malah kuhindari, tentang terlahir kembali dalam dunia baru yang dikatakan zunesha ternyata adalah terlahir kembali dalam mimpi yang baru, dan tentang diriku sendiri, aku tersadar bahwa diriku adalah seorang pelajar yang sering bermalas malasan. Semua itu telah menjawab semua pertanyaanku tentang dunia ini. Kemudian jejak itu telah berhasil memasuki pintu putih tadi, aku tahu apa yang harus kulakukan aku hanya perlu menutup mata dan membiarkan semua terjadi sesuai dengan hakikatnya.
Perlahan mataku terbuka, nampak sebuah ruangan yang tak asing di mataku terdengar suara jam berdetik dan kicauan burung bernyanyi. Aku bangkit dari ranjang dan berjalan menuju jendela dan nampak bahwa sang surya juga telah bangun dari ranjangnya dan datanglah si cantik arunika yang cahayanya menyinari dunia.
Cerpen Karangan: Muhammad Wildan Ar Rafi Hai saya Muhammad Wildan Ar Rafi. Saya seorang pelajar di Smp Negeri 2 Kartasura, ini adalah cerpen pertama saya. Ig saya: BrowChill_