Di sebuah apartemen hiduplah 3 anggota keluarga yang terdiri atas ayah bernama Santoso dan ibu bernama Sri Wilujeng serta 1 anak laki-laki yang bernama Andrian Edmund. Andrian Edmund anak satu-satunya yang berumur 20 tahun kira-kira bisa dibilang sudah dewasa. Mereka bertiga merupakan keluarga yang sangat harmonis. Ayah dan ibu Andrian sangat sayang kepadanya, begitu pula sebaliknya Andrian Edmund juga sangat saya kepada kedua orangtuanya. Tetapi sifat dari Andrian masih kekanak-kanakan, apalagi kepada ibunya Andrian sangat manja sekali.
Pada waktu itu ayah Andrian mendapatkan telepon dari bos besarnya. “Dring-dring” suara telepon berbunyi “Halo selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu” kata ayah Andrian yang mendapat telepon dari bos besar. “Pagi, saya memberitahu bahwa ada proyek besar untuk kita kerjakan jadi bapak Santoso harus mengikuti rapat berturut-turut dan harus selalu fokus pada proyek besar ini” ujar bos besar ayah Andrian “Dengan senang hati pak, saya akan menjalani tugas ini” jawab ayahnya “Oke, saya hanya menyampaikan itu saja rapatnya dimulai lusa ya”. “Baik pak terimakasih”.
Ayah Andrian masih bingung karena jarak kantor dan apartemennya jauh sekali. Otomatis ayah Andrian harus meninggakan apartemen yang lama dan mencari apartemen baru yang dekat dari kantor pusat. Saat itu Andrian tidak sengaja mendengar percakapan telepon ayah dengan bosnya. Andrian pun bertanya pada ayahnya. “Apakah ayah mau meninggalkan aku sendirian di apartemen ini” tanya Andrian dengan wajah merengut. “Iya nak, Ayah mau mencari apartemen baru yang dekat kantor pusat karna ayah memiliki proyek besar yang harus dikerjakan” ujar ayah yang tidak tega meninggalkan. “Ibu juga ikut juga kan yah” tanya lagi Andrian “Iya nak maaf ibu ayah ajak agar bisa bantu-bantu disana” jawab ayah dengan sedih “Yaudah deh yah, emangnya ayah berangkat kapan”. “Lusa, habis ini ayah sama ibu mau packing”.
Hari pun berganti, pagi yang cerah ini ayah dan ibu Andrian sudah bersiap-siap untuk pergi. Ayah Andrian juga sudah memesan apartemen. Ibu Andrian sudah membelanjakan makanan dan bahan untuk masak yang dimasukkan ke lemari es. “Ayah dan ibu berangkat dulu ya Andrian” kata ayah posisi dimobil “Iya, hati-hati di jalan”.
Andrian pun sangat kesepiaan di apartemen. Sehari-harinya Andrian hanya daring kuliah, nge-game, menonton televisi, makan, tidur saja. Jika keluar apartemen, Andrian pun bingung mau kemana dan tidak memiliki teman. Andrian sangat malas masak, Dia hanya memakan makanan yang cepat saji seperti indomie, sarden kemasan, air soda, dan semacamnya. Dia tidak memikirkan stok makanannya tinggal sedikit.
Pagi-pagi Andrian bangun dan televisi dimalam hari belum mati karna Andrian ketiduran. Saat itu Andrian kaget bahwa ada berita zombie yang masuk ke kawasan ini. Mereka menganjurkan agar tidak keluar rumah sementara. Dia pun langsung terdengar suara keramaian dibawah. Andrian pun bergegas melihat dari jendela ada apa suara keraiman tersebut.
“Astaga ada apa ini, orang-orang pada berlarian dikejar zombie dan meminta pertolongan” kata Andrian berteriak dengan wajah panik Andrian pun bergegas mengunci pintu apartemennya rapat-rapat dan dia langsung telfon ibunya.
“Halo ibu, apakah ibu sudah mengetahui berita di televisi” tanya Andrian panik dengan wajah sedih dan panik “Sudah nak, ibu sedih mendengar berita ini kamu jaga diri baik-baik disana ya pokoknya jalan keluar rumah sampai kondisi membaik” kata ibu Andrian dengan nada sangat mengkhawatirkannya “Ibu dan ayah juga jaga diri baik-baik disana, pasti Andrian sangat sedih karna tidak bisa bertemu kalian”. “Ibu juga sangat sedih nak, kita berdoa aja agar masalah ini cepat selesai”. “Yaudah bu telfonnya aku tutup dulu”.
Setelah beberapa jam kemudian Andrian mulai bosan menonton televisi yang beritanya hanya tentang kondisi zombie saja. Andrian sangat ingin bermain game tetapi baterai handphonenya tinggal sedikit. Andrian pun nekat untuk memainkan game. Andrian yang sangat asik bermain game tiba-tiba handphonenya mati begitu saja. “Waduh sial padahal hampir saja menang” ucap Andrian dengan kesal “Astaga, bateraiku habis,” kata Andrian “Aku harus bergegas mengambil case”.
Andrian pun bergegas mengecase handphonenya. ternyata tidak ada sinyal, semua listrik dimatikan agar tidak ada konflik pada zombie. Andrian sangat menyesali hal ini, dia sangat sedih karena tidak bisa menelepon keluarganya.
Semakin hari beganti semakin Andrian sangat bosan sekali. Sehari-harinya hanya makan, tidur, lihat jendela yang isinya zombie semua. Tanpa disadari stok makanan hanya tinggal snack dan 1 mie cup saja. Andrian pun benar-benar ingin menangis dia sangat lapar terpaksa harus memakan snack. Andrian sudah memikirkan mie cup untuk dimakan besok. Saat malam hari, Andrian menyalakan sebatang lilin meskipun hanya sinaran kecil untuk meneranginya tidurnya.
Pagi pun tiba, seperti biasa Andrian hanya duduk saja. Andrian merasa sangat lapar, satu-satunya makanan terpaksa harus ia makan karena perut sudah keroncongan. Selesai makan Andrian pun berteriak senang karena sudah tidak lapar lagi. Teriakan Andrian membuat zombie terdengar. Zombie pun mengdobrak-dobrak pintu. Andrian diam sejenak merasa panik, ia berjalan perlahan-lahan menuju pintu melihat di lubang kecil. “Astaga, Zombie bagaimana ini” berteriak kecil dengan begitu panik
Andrian bergegas mendorong kulkas kearah pintu, setelah itu berlari kearah jendela dan menggantungkan dirinya dengan memegang erat-erat. “Semoga saja dengan cara ini aku berhasil” kata Andrian
Dengan begitu kuat zombie pun bisa membuka pintunya, berlari kearah jendela dengan teriakan suara mengerikan, akhirnya melompat dari ketinggian dan “brush” suara zombie yang jatuh. Andrian langsung naik keatas menghembuskan nafasnya dan berkata. “huhhh, ternyata aku masih diberi keselamatan” kata Andrian dengan tangan menghelus dada
Selesai kejadian itu Andrian melihat ada seorang perempuan, Andrian kaget ternyata masih ada orang yang hidup. Andrian melambaikan tangannya agar perempuan itu lihat. Perempuan itu pun tidak sengaja melihatnya dan melambaikan balik tangannya. Andrian senang sekali, ia mengambil kertas dan menulis namanya. Perempuan itu juga mengambil kertas, menulis namanya yang bernama Hanni. Andrian juga menuliskan sesuatu di kertasnya yang bertulis “tolong kirimkan aku makanan, aku belum makan 2 hari”.
Saat Hanni melihat, Hanni tidak tega dengannya dan langsung mengirimkan makanan. Hanni pun tidak lupa mengirimkan hatte untuk Andrian tetapi kesusahan mencari cara agar makanannya sampai ke Andrian. Seketika Hanni pun mengambil tali dan melemparkan ujung tali kearah jendela Andrian. Hanni sedang memikirkan strategi dengan melihat begitu lahapnya Andrian makan.
“Habis makan ayo kita menuju lantai 8 kayaknya sepi deh” ujar Hanni “Emang kamu yakin sepi” tanya Andrian dengan ragu “Aku yakin sekali” jawab Hanni “Yaudah sekarang aja aku akan bersiap-siap”. “Oke”.
Mereka berdua bersiap-siap. Setelah beberapa menit mereka berdua nekat keluar. Mereka bertemu didepan lift bergegas masuk karena dikejar zombie. Sesampai lantai 8 mereka kaget ternyata masih diikuti zombie. Andrian mencoba menghalangi puluhan zombie dan Hanni berusaha mendobrak pintu apartemen orang lain. Ternyata ada seseorang menarik tangan mereka berdua. Mereka berdua kaget dan berteriak.
“Astaga kita dimana ini Han” ujar Andrian “Andrian lihatlah buka matamu ada bapak ini yang membantu kita”. “Syukurlah, kita masih diberi keselamatan”.
Mereka dipersilahkan duduk dan diberi makan. Dengan lahap mereka tidak sadar bahwa dalam makanan itu diberi obat tidur. Hanni pun tertidur lenyap lalu dibawa ke kamar istrinya. Ternyata istrinya adalah zombie. Andrian setengah sadar dan membawa pistol yang mengarah ke bapak itu.
“Kenapa bapak tega sama kita” tanya Andrian dengan pistol “Aku terpaksa melakukan ini karena aku masih sangat sayang kepada istri dan anakku” jawab bapak itu “Kita juga manusia pak, sama seperti bapak” bentak Andrian “Maaf pak ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan temanku dengan menembak bapak”. “DORRRRR” Dengan suara keras tembakan pistol Andrian bergegas membuka pintu dan menolong Hanni untuk keluar.
Karna suara tembakan itu, zombie pun terdengar. Mereka berdua menuju keatap karena ada helikopter berkeliaran mencari manusia yang masih hidup. Mereka berdua masih kejar-kejaran bersama zombie. Saat sesampai pintu atap ternyata tidak bisa dibuka.
“Gimana ini pintunya tidak bisa dibuka Han” kata Andrian dengan berteriak “Gini aja kamu yang mendobrak pintu, aku yang menghalangi zombie”. “BRAKKK-BRAKKK, ayo masuk Han cepat”.
Sesampai diatas mereka melambaikan tangan dengan bersuara keras meminta tolong “Tolong-tolong, pak kami ada disini” suara Hanni dengan begitu keras
Andrian mencoba menembakkan pistol keatas. Akhirnya orang didalam helikopter pun terdengar. Mereka bergegas menuju kearah Andrian dan Hanni. Disisi lain puluhan zombie mendekat. Orang didalam helikopter pun menarik tangan mereka berdua. Akhirnya mereka berdua dievakuasi dengan selamat.
Cerpen Karangan: Laila Khoirotus S, SMPN 1 PURI Blog / Facebook: bela.sabila SMPN 1 PURI