Saat hari libur kuliah, Er sedang menginap di rumah saudaranya yaitu Adit. Pada hari Minggu pagi, Cuaca di sana sedang gerimis, saat itu Adit sedang membersihkan gudang lama yang ada di rumahnya, dan Ia tampak sedikit kesusahan untuk membersihkan gudang itu sendiri, lalu Er berinisiatif untuk membantunya.
“Hei Dit, kau sepertinya sedang perlu bantuan. Mau kubantu?” “Iya jelas dong, sini bantuin angkatin barang-barang lamaku.”
Setelah itu, Er pun membantu saudaranya membersihkan gudang. Lalu pada saat mengangkat kardus terakhir, mereka menemukan sebuah buku-buku lama yang berada di dalam kardus tersebut.
“Beuh… banyak bet bukumu Dit, dari kapan tu bukumu disimpen disini?” “Dari jaman SMA dulu sih, tapi kecampur sama buku punya Ibu.”
Er pun melihat buku-buku itu dan membuat Ia tertarik untuk membaca buku-buku tersebut. Ia pun meminta izin saudaranya untuk membaca buku-buku yang ada di kardus tersebut. Dan dia memutuskan untuk mengambil buku yang paling besar, dan saat itu mereka menyudahinya karena sudah lumayan bersih dan mereka juga sudah lelah.
“Em… ni buku kok gada judulnya ya? pake aksara Jawa lagi ni buku,” gumam Er dalam hatinya.
Walau Er tidak mengerti judul buku tersebut, Ia pun tetap ingin mencoba membaca buku itu. Di-buku tersebut terdapat gambar bunga yang pernah dia lihat sebelumnya pada saat ziarah.
Pada malam harinya dia mencoba mencari semua bunga dan perlengkapan yang lain persis seperti yang ada di-buku tadi. Saat Adit pergi kerja shift malam di pabrik, Er mengundang teman yang dia kenal ke rumah saudaranya.
“Eh kalian ada waktu kosong ga? kalo kosong, kalian kesini dong kerumahnya Adit.” ucap Er ketika Ia bertelepon dengan teman-temannya. “Oke… kita langsung utiwi ya.” ucap “Siap… ku tunggu.”
Saat teman-temannya sudah sampai, Er pun menyuruh mereka untuk masuk kedalam rumahnya. Lalu Er pun menunjukkan apa yang Ia lihat di-buku yang tadi Ia baca.
“Apaan tuh? kok agak aneh gitu.” tanya Rizki yang kebingungan melihat buku itu. “Iya loh, buku ini lumayan aneh kalo dilihat-lihat.” saut Reza. “Mungkin aja ni buku ritual mendapatkan uang” ucap Artanto sembari bercanda. “Hahaha, bisa jadi.” ucapku. “Yaudah ayo dicoba aja.”
Disaat hendak mencoba ritual, datanglah Adit yang tiba-tiba sudah kembali dari tempat kerjanya, dikarenakan ada beberapa masalah di pabriknya sehingga membuat Ia pulang lebih cepat.
“Assalamualaikum…” “Eh, kok gak ada yang jawab ya…,” pikir Adit yang merasa sedikit aneh. Karena merasa aneh tanpa pikir panjang Adit langsung berlari ke sekeliling rumah, meskipun pada saat itu masih malam tetapi dia merasakan ada sesuatu keanehan yang menyelimuti rumahnya.
“Hei! Siapa disitu!,” teriak Adit. “Loh ngapain kalian di belakang rumah? bawa beginian segala,” tanya Adit dengan keheranan. “Ini loh Dit gua nemu buku yang mungkin aja kita bisa dapet uang…, lumayankan kalo beneran dapet uang hehe,” jawab Er dengan semangat.
Adit yang penasaran pun dengan cepat menyambar buku tersebut dan membaca isinya. Dan setelah buku itu dibaca mereka berlima akhirnya mereka menyadari ternyata isi buku tersebut adalah
“Hahahaha, akhirnya aku bebas! Sekarang untuk apa kalian memanggilku?” Mereka berlima pun takut, saking kaget dan takutnya hingga mereka tidak bisa menjawab pertanyaan mahkluk yang keluar dari buku tersebut.
“Kenapa kalian memanggilku!” “Maaf, kami bukannya berniat memanggilmu kami hanya penasaran tentang buku itu.” “Jadi kalian memanggilku tanpa tujuan!” “Iya…,” “Karena kalian sudah membebaskanku, aku akan mengabulkan permintaan kalian semua tapi dengan satu syarat,” “Wah… kalo boleh tau, apa saja syaratnya?” tanya Artanto karena ia tergiur oleh penawaran makhluk tersebut. “Aku akan memakan salah satu dari kalian berlima,” “Boleh,” jawab Artanto karena sudah tergiur oleh tawaran makhluk itu.
“Lho… apa maksudmu? kau ingin mengorbankan teman-temanmu hanya untuk permintaanmu itu?” jawab Rizki dengan emosi. “Baiklah… jika kalian belum memutuskan aku tunggu kalian sampai 3 hari, jika 3 hari kalian belum memutuskan apa permintaan kalian, aku akan memakan kalian semua satu per satu sampai kalian lenyap dari dunia.” jawab makhluk itu dengan tawaran juga mengancam. Lalu makhluk itu menghilang tak tampak lagi.
Pada keesokan harinya mereka berlima memutuskan membuka buku itu lagi untuk mendapatkan petunjuk. “Loh ini kok ada halaman yang disobek tapi ditulisi alamat?” ucap Rizki dengan heran. Tak berselang lama mereka langsung menyusun rencana, mereka berlima yakin bahwa lembaran itulah yang bisa membunuh makhluk itu. “Kalian berempat pergi ke tempat yang sudah ada, aku bakal disini supaya kalian selamat di jalan,” ucap Adit yang sudah bertekad untuk menyelesaikan semua ini. Mereka berempat pun berangkat dan mereka tak pernah kembali lagi.
Cerpen Karangan: Erfahri Nur Ramadhan SMPN 1 Puri