Di sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Awasyam yang berada di perbatasan antara kerajaan Visaka, yang dibatasi dengan laut yang sangat dalam. Kedua kerajaan ini memiliki konflik yang disebabkan sang putri dari kerajaan Visaka, putri tersebut merupakan anak dari raja Visaka Raxen II yang bernama Shao-Ling. Shao-Ling dibunuh oleh pangeran Jicha dari kerajaan Awasyam, dikarenakan sang putri melakukan hubungan badan dengan sang pangeran yang membuat sang putri mengandung anak dari sang pangeran Jicha.
Suatu hari ahli cuaca dari kerajaan Awasyam bernama Xio yang memprediksikan akan terjadi musim dingin yang sangat lama, prediksi ini membuat raja Amambo (raja dari kerajaan Awasyam) mengerahkan 100ribu pasukannya untuk mengumpulkan sayur-sayuran, dan bahan makanan yang ada di gunung Alanda. Gunung ini memiliki lahan yang cocok untuk bertani yang dikuasai oleh kerajaan Awasyam, yang membuat banyak kerajaan mengincar gunung Alanda yang memiliki luas sepertiga bumi.
Ramalan tersebut diketahui oleh kerajaan Visaka, dengan ramalan ini raja Tia-Hao (raja dari kejaraan visaka) memerintahkan mata-matanya untuk mengintai lumbung makanan milik kerajaan Awasyam. Saat raja Tia-Hao sedang makan malam bersama petinggi kerajaan, tiba-tiba pendamping setia raja Tia-Hao yang bernama Raxal datang dan memberi tahu bahwa diujung kerajaan bagian utara ada seorang penambang batu yang menemukan pintu raksasa yang terhalang oleh batu yang besar. Karena raja Tia-Hao penasaran, ia langsung meninggalkan meja makan dan bergegas menuju utara kerajaan dengan didampingi 100 pengawal dan 3 petinggi kerajaan.
Sesampainnya disana raja dan rombongannya terkaget karena pintu tersebut 2x lebih besar dari kastil kerajaan, yang membuat raja Tia-Hao berambisi untuk menghancurkan batu yang mengahalanginnya, lalu sang raja meminta untuk Tixam memanggil Zhaolin untuk membawa peledak. Tixam merupakan salah satu petinggi kerajaan Visaka sebagai jendral yang memimpin pasukan kuda diformasi sayap kanan dan kiri barisan.
Zhaolin pun tiba dengan membawa kereta kuda berisi peledak, tanpa pikir lama Zhaolin langsung menaruh peledak ke batu tersebut. Tak lama setelah peledak dinyalakan, batu tersebut pun hancur lebur. Dan membuat sang raja terdiam, sebab pintu tersebut merupakan kastil pertama kerajaan Visaka yang berkisar 600 tahun.
Penemuan kastil pertama kerajaan Visaka membuat kerajaan Visaka mendadak sangat kaya raya, karena terdapat 1 ruangan yang berisi emas, permata, tumpukan uang, patung, dan barang kuno yang bernilai tinggi. Salah satu petinggi kerajaan yang bersamannya saat itu yang bernama Zhiang-Chi mengusulkan kepada raja Tia-Hao untuk mengeluarkan dana dengan tujuan untuk melawan kerajaan Amambo guna memperingati kematian sang putri Shao-Ling yang ke 36 tahun tepat minggu depan.
Rencana peperangan tersebut yang direncanakan diketahui oleh raja Amambo, yang dikirim dengan surat melalui seekor burung yang dikirim oleh mata-mata yang sudah lama di kerajaan Visaka, ia bernama Cha-Ling. Kabar ini membuat petinggi kerajaan yang saat itu sedang berkumpul sontak terdiam, dan raja Amambo pun memanggil jendral perang divisi utama yang ditakuti oleh kerajaan lain, jendral ini bernama Ghang-Shao. Ghang-Shao merupakan anak dari ahli perang kerajaan Awasyam. Raja Amambo meminta Ghang-Shao untuk melatih prajurit kerajaan Awasyam secara maksimal dan tegas.
Lalu raja Amambo menghampiri ahli kapal sekaligus petinggi kerajaan bagian jendral perang laut, yang bernama Nanha-Thailang-Chi, biasa dipanggi Nanha. Nanha diminta untuk memodifikasi kapal perang andalan kerajaan Awasyam yang dijuluki kapal kura-kura, karena dinding kapal yang keras dengan di lengkapi meriam, serta dibagian depan kapal terdapat sebuah kepala kura-kura terbuat tadi emas, kepala kura-kura tersebut bertujuan untuk menghantam kapal musuh yang dapat hancur dengan mudah. Akan tetapi kepala kura-kura sempat tersangkut saat perang melawan kerajaan Visaka yang saat itu ingin menghantam kapal tempur milik raja Visaka pertama, yang langsung dengan mudah kapal kura-kura dengan mudah dihancurkan.
Terdapat beberapa kekurangan kapal kura-kura seperti dibagian belakang kapal kura-kura dapat mudah dihancurkan yang memudahkan lawan untuk menyerang serta kecepatannya yang begitu lambat. Hal ini yang membuat raja Amambo menghampiri Nanha dengan tujuan untuk Nanha memodifikasi kapal kura-kura dengan rancangan terbaru yang masih dirahasiakan. Setelah itu Amambo meminta pendampingnya Malmava untuk memanggil sekutunya untuk membantu dalam peperangan. Sememntara dikerajaan Visakaraja Tia-Hao memetintahkan 5 ribu pasukannya untuk pergi ke gunung Alanda dengan tujuan merampas, dan membunuh orang yang ada disana tanpa belas kasihan. Dengan dipimpin seorang mantan pemain gladiator ternama yang bernama Lie-Kai.
Pada malam hari saat raja Amambo sedang melakukan rapat rahasia dengan para petinggi kerajaan dan 5 orang aliansi, yang membuat Lie-Kai sampai di gunung Alanda tanpa sepengetahuan rakyat maupun petinggi Awasyam. Dengan mudah Lie-Kai dan prajuritnya merampas hasil panen yang ada di lubung makanan di deket gunung Alanda, serta membunuh semua penduduk dan pengawas di sana. Setelah itu Lie-Kai dan prajuritnya pergi kembali ke kerajaan Visaka.
Selesai rapat raja Amambo mendapat kabar penyerangan di gunung Alanda yang disampaikan oleh seorang petani yang berhasil kabur. Raja Amambo pun geram dan langsung berangkat menuju gunung Alanda dengan 50 ribu prajurit, serta sang raja memerintahkan 25 ribu pasukan elite kerajaan untuk menuju perbatasan kerajaan Amambo-Visaka dengan di pimpin 5 petinggi kerajaan.
Sesampainnya raja Amambo di gunung Alanda ia merasa sedih dan kesal saat meihat jasad dimana-mana, dan raja Amambo memerintahkan untuk prajuritnya membawa jasad-jasadnya. Sementara pasukan elite dan 5 petinggi kerajaan melihat rombongan pasukan musuh, Salah satu petinggi kerajaan bernama Swa-Khong ahli panah langsung menghujani pasukan musuh dengan busur panah dibantu oleh 10 ribu pasukan panah yang selalu mendampinginnya. Panah yang menghujani musuh, membuat musuh kewalahan, yang memulainnya sebuah peperangan. Lalu Righnold petinggi kerajaan Awasyam ahli kapak menghampiri Lie-Kai untuk ber duel. Sementara 3 petinggi lainnya menyerang serta membunuh pasukan lawan tanpa ada yang kabur, dengan mata yang tajam Swa-Khong dari kejauhan melepaskan busur terakhirnya kearah Lie-Kai yang mengenai kepala Lie-kai.
Setelah perang selesai dengan kemenangan kerajaan Amambo, Ching-Lie seorang petinggi kerajaan sekaligus ahli tombak langsung mengumpulkan peralatan perang yang masih berguna dibantu oleh beberapa pasukan. Kabar kekalahan rombongan Lie-Kai sampai kepada raja Tia-Hao, ia pun langsung membuat peraturan untuk setiap penduduknya wajib mengikuti pelatihan pasukan, guna membantu saat peperangan nanti, yang membuat penduduknya mulai merasa sengsara.
6 hari kemudian, musim dingin tiba dan hari peperangan dimulai, yang membuat Raja Tia-Hao mempersiapkan pasukannya dan 500 kapal perang terbuat dari besi, serta membawa kapal perang Phau-Shing (kapal yang besar dengan dilengkapinnya meriam), serta membawa pasukan elitenya, pasukan kuda, pemanah, pasukan pedang yang berjumlah 900 ribu pasukan secara keseluruhan.
Persiapan perang kerajaan Visaka diketahui Raja Amambo. Raja Ambo pun langsung membunyikan alarm darurat bertanda untuk segera keruang rapat. Setelah semua berkumpul diruang rapat Raja Amambo meminta John untuk membuat formasi perang. Setelah banyak formasi yang ditolak, akhirnya semua sepakat untuk menggunakan formasi kepala ikan untuk area laut, dan tenaga kuda untuk area darat. Formasi kepala ikan adalah formasi untuk semua pasukan tidak ada yang mundur dan formasi tenaga kuda adalah formasi dimana setiap individu untuk melawan tanpa kenal kasihan dan tanpa kenal lelah.
Rappat pun selesai, dan langsung mempersiapkan pasukannya masing-masing dibagian masing-masing. Ghang-Shao mengumpulkan Nanha, Rignold, Swa-Khong, dan para aliansi diantaranya Tha-Shang (psukan ahli panah), Shukhang-Ghi (pasukan gajah), Rifa (pasukan kapal), Bastor (pasukan pengecoh darat),dan Athaman (pasukan kapal). Ghang-Shao meminta untuk menyiapkan sesuai divisi masing-masing.
Tak lama pasukan musuh sampai di area perang, dengan persiapan yang sudah matang pasukan darat dan laut langsung menghampiri lawan Sekitar 200 kapal diberangkatkan. Sesampainya disana pasukan lawan langsung menyerang, saat peperangan berlangsung terdapat 10 kapal pengangkut pasukan menuju gunung Alanda. Nanha pun langsung memerintahkan 8 kapal untuk mengejar 10 kapal musuh. Saat sedang mengejar dari balik bebatuan banyak kapal musuh yang menyerang 8 kapal kerajaan Awasyam. Ternyata itu sebuah jebakan yang dipimpin oleh raja Tia-Hao dengan didampingi 1000 kapal serta pasukan elitenya, kedatangan rombongan kapal raja Tia-Hao membuat 8 kapal kerajaam Awasyam berputar balik, yang langsung dikejar oleh raja Tia-Hao dan rombongannya. Dari arah belakang terdapat 10 kapal kura-kura berkecepatan tinggi hasil modifikasi yang langsung menghantam kapal musuh dan masuk ke formasi tengah musuh, dibarengi dengan 300 kapal kerajaan Awasyam yang mengikutinnya dari belakang sambil melontarkan bom api, yang membuat banyak kapal musuh yang terbakar serta membuat tim lawan kewalahan hingga tidak ada penyerangan.
Rignold yang saat itu sedang menaiki sebuah kapal yang berada tepat di belakang kapal raja Tia-Hao, dan langsung menghampiri serta masuk untuk menghabisi pasukan elite yang didalam dan penjaga disana. Perang pun berhenti saat bendera putih berkibar di kapal yang dinaiki Tia-Hao, bertanda kerajaan Visaka kalah. Kemenangan kerajaan Amambo di raih lagi, Raja Amambo memerintahkan untuk para rombogannya membawa pasukan lawan yang terjun kelaut dari kapal guna untuk menyelamatkan diri, dan membawa peralatan perang yang masih layak serta membawa raja Tia-Hao.
Sore hari tiba semua rakyat keajaan Amambo beserta petinggi kerajaan dan raja Amambo menerbangkan ribuan lampion, dengan tujuan sebagai upacara kematian sekaligus kemenangan. Selesai upacara kematian, raja Amambo, petinggi kerajaan, dan 500 ribu pasukan menuju kerajaan Visaka, bersama pasukan kerajaan Visaka dan Raja Tia-Hao.
Sesampainya di kerajaan Visaka, membuat rakyat kerajaan visaka dan para petinggi yang ada disana terdiam karena kedatangan raja Amambo dan rombongannya, ditambah raja Tia-Hao yang diikat sebuah rantai. Raja amambo meminta semua rakyat kerajaan Visaka dan rakyatnya untuk berkumpul di kastil kerajaan Visaka untuk upacara pergantian pemimpin.
Saat upacara berlangsung tanpa adanya pertentangan dari kedua belah pihak, akhirnya raja Amambo menjadi raja dari kerajaan Amambo dan Visaka, hal ini menjadi perhatian bagi kerajaan lain. Raja Tia-Hao pun langsung pergi karena sudah diizinkan oleh raja Amambo.
1 tahun kemudian kerajaan Amambo dan Visaka menjadi kerajaan yang maju karena peraturan yang bijaksana dan pertahanan yang ketat, yang membuat rakyatnya menjadi tertib. Dan kerajaan Amambo serta kerajaan Visaka menjadi kerajaan yang maju dan sejahtera.
Cerpen Karangan: Abiyyu Syafiq