Kamu terbangun di atas tempat tidur, di sebuah ruangan yang semuanya berwarna putih bersih. Mulai dari, selimut, bantal, lantai, bahkan dindingnya pun berwarna putih. Matamu masih berkunang-kunang menandakan kamu terlelap cukup lama. Suara yang cukup keras telah memaksamu untuk bangun. Kamu melihat sekeliling dan keheranan bagaimana bisa kamu berada di dalam ruangan ini. Kamu menyadari bahwa ruangan ini cukup besar dan banyak tempat tidur lain yang diisi anak lain yang sama sepertimu, bangun dari tidurnya dan nampak kebingungan juga.
Kamu melihat ke sebelah kiri, ke arah sebuah pintu yang terbuka. Beberapa orang berbaju putih terlihat memasuki ruangan ini dan satu per satu dari mereka menghampiri semua anak yang ada di ruangan ini. Salah seorang nampak sudah berdiri di hadapanmu. Dia hanya diam mematung, wajahnya ditutupi masker dan kacamata goggles besar sehingga kamu tidak bisa melihat dengan jelas wajah dibaliknya. Kamu mencoba bertanya sesuatu tetapi dia tidak membalas dan seperti tidak mendengarkan ucapanmu.
Seseorang dengan pakaian Jas putih dan Celana hitam yang mungkin seorang dokter, karena stetoskop mengalung di lehernya, muncul diantara rombongan tadi. Dia memeriksa satu per satu anak yang berada di tempat ini dan mengisyaratkan kepada para petugas untuk membawa anak-anak keluar setelah dia selesai memeriksanya. Kecuali beberapa anak yang masih tertidur hanya dilihat dan tiak dibangunkan.
Dokter itu kemudian mendekatimu, menyalakan senter kecil di genggamannya dan mulai memeriksamu dengan teliti dimulai dari memeriksa mata, mulut serta denyut jantungmu.
“Dimana ini?” Kamu bertanya kepada dokter itu. Semoga saja dia menjawab pertanyaanmu. Dokter itu mengerenyitkan dahi dan diam sejenak, melihat ke arah petugas dan kemudian menjawab. “SSssstt… Tenang anakku, kamu akan baik-baik saja.” Kata Dokter itu sembari mengusap kepalamu. Dokter itu kemudian meninggalkanmu lalu kamu dibawa ke luar oleh petugas yang ada di hadapanmu.
Kamu berjalan menyusuri sebuah lorong yang semuanya berwarna putih. Mungkinkah ini di sebuah Rumah sakit? Kamu benar-benar tidak ingat sama sekali kenapa kamu bisa berada di tempat ini. Lorong ini sangat panjang, dan terdapat beberapa pintu di kiri-kananmu yang bertuliskan angka yang berurutan. Setelah menyusuri lorong ini, sampailah kamu di suebuah ruangan dengan dinding abu-abu. Ruangan ini cukup gelap jika dibandingkan dengan lorong tadi, lantainya pun sedikit licin dan basah. Kamu diperintahkan untuk berdiri di depan tanda X yang tertera di lantai dan menghadap ke dinding. Anak-anak lain pun diberikan perintah yang sama, anehnya mereka mematuhinya dan diam mematung.
Suara bising terdengar di dalam dinding. Seketika muncul sekat yang memisahkanmu dengan anak yang lain. Sontak kamu mundur ke belakang karena terkejut. Dinding di depanmu berputar dan dibaliknya tersedia sebuah wastafel dan keran shower. Dua buah tangan mekanik menarik pakaianmu yang hanya menggunakan velcro sebagai penyambung pakaianmu. Air hangat mulai mengalir mengguyur tubuhmu dan membuatmu nyaman setelah dipaksa bangun.
Kamu tidak perlu melakukan apa-apa, hanya tinggal berdiri diam saja. Dua buah tangan mekanik itu membersihkanmu dengan teliti. Tangan itu memiliki “kulit” yang lembut dan gerakannya luwes, tidak seperti tangan mekanik yang kaku ketika mengusap seluruh tubuhmu. Setelah itu, tubuhmu ditiup oleh angin dari hairdryer yang cukup kuat untuk mengeringkan seluruh tubuhmu.
Setelah proses mandi selesai, dinding itu kembali berputar dan dibaliknya sekarang tersedia pakaian yang sudah terlipat rapi. Kamu lalu mengenakannya dan sekat pemisah itu terbuka kembali setelah kamu selesai memakai pakaianmu. Semua anak di ruangan itu sudah terlihat rapi dan wangi. Kamu berbalik dan para petugas sekarang membawamu ke sebuah Aula besar. Disana kamu melihat banyak anak-anak lain yang sedang berkumpul. Ada yang bermain catur, melihat sebuah tayangan di layar, dan ada juga beberapa yang hanya duduk diam. Anehnya, tatapan mereka nampak kosong. Mereka sepertinya tidak berinteraksi satu sama lain meskipun mereka melakukan kegiatan bersama.
Kemudian kamu disuruh ke sebuah ruangan kaca dan duduk di salah satu kursi yang tersedia disana. Beberapa anak lain pun masuk ke ruangan itu. Kamu dan beberapa anak yang memiliki rambut pendek, memakai baju biru, dan di tangan kananmu terpasang sebuah gelang perak. Ketika kamu masuk, mereka memindai tanganmu dan memasangkan gelang tersebut. Sementara anak lain yang berambut panjang mengenakan pakaian berwarna merah jambu. Mereka juga memiliki gelang yang sama di tangan kanan masing-masing, tapi ada sesuatu yang nampak berbeda darimu. Bentuk tubuh mereka terlihat sedikit berbeda denganmu. Di dalam pikiranmu seolah muncul suara bisikan “Anak perempuan.” Kamu heran dengan kata “perempuan”. Darimana kamu menemukan kata itu? Apa sebenarnya kata perempuan itu? Aku seperti mengetahui kata itu tetapi aku tidak mengerti makna dari kata tersebut.
“PERHATIAN SEMUANYA!” Suara seorang petugas membuyarkan lamunanmu. Dia memperkenalkan dirinya yang bernama Rafli. Seorang Mentor yang akan memberikan pelajaran untuk hari ini. Rafli menyuruh semua anak untuk meletakkan tangan kanannya di atas meja. Kemudian Rafli duduk di kursi depan, melihat ke arah meja dan mulai mengetuk-ketukkan jarinya di atas meja.
Gelang di tangan kananmu bersinar, memancarkan cahaya yang lambat laun membentuk sebuah nomor yang terpancar di gelangmu, LD – 666. Sekujur tubuhmu tiba-tiba seperti tersengat listrik, begitu kuat hingga kamu hampir jatuh dari dudukmu. Kamu memegang kepalamu yang sedikit pusing akibat sengatan listrik itu.
“Sekarang kalian lihat ke layar di hadapanmu.” Kata Rafli. Kamu melihat di meja itu ada sebuah layar dan keyboard. Sekarang kamu tahu bahwa yang di depanmu itu bukanlah meja, melainkan sebuah keyboard dan layar layaknya sebuah Komputer tapi menggunakan teknologi hologram. Tadi kamu tidak menyadarinya dan tidak memiliki kata untuk menjelaskan benda yang ada di depanmu itu. Rafli kemudian berdiri dan berjalan mendekati salah seorang anak di barisan depan.
“Hai apa kabar?” Ucap Rafli kepada anak itu. “Kabar baik.” Anak itu menjawab kemudian menutup mulutnya dan melirik ke arah belakang seolah takjub dengan apa yang sudah diperbuatnya. Rafli tersenyum dan kembali ke depan. Dia menyapa semua yang ada di ruangan ini dan serentak anak-anak lain menjawabnya dengan “Kabar baik.” Rafli tersenyum dan dia meninggalkan ruangan ini.
Kemudian para penjaga membawamu dan yang lainnya kembali ke aula. Mereka meninggalkanmu di aula itu. Seorang anak yang satu ruangan denganmu tadi berdiri di hadapanmu dan berkata “Hai apa kabar?” “Kabar baik.” Jawabmu. “Kamu siapa?” tambahmu. Kamu melihat di pakaiannya terpampang nomor dan huruf “L-477” Dia hanya diam tak menjawabnya. Tatapannya kosong. “Kamu tidak apa-apa?” tanyamu kembali. Sambil memegang tangannya dan tanpa sengaja kedua gelang kita beradu dan menyebabkan kejutan listrik sama seperti tadi, tapi sengatannya kecil. Anak itu hanya diam saja terkena sengatan itu.
“Hai apa kabar?” Kamu mencoba mengulang kata itu dan… “Kabar baik.” Dia sekarang menjawabnya. Kamu kemudian meninggalkannya. Kamu heran dengan sikapnya, kenapa dia seperti itu? Kemudian kamu melihat anak yang lain dan mereka juga mengucapkan kata yang sama. Begitu seterusnya tiada henti, seolah hanya kata itu saja yang mereka tahu.
Kamu kemudian duduk di sebuah kursi dan berusaha menyapa anak lain berbaju pink, P-527. “Hai, apa kabar?” tanyamu. “Kabar baik.” Ucapnya. “Kamu siapa?” Kamu mencoba menanyakan pada anak itu dan hasilnya sama. Anak itu diam saja tidak menjawab pertanyaanmu barusan. Padahal dia bisa menjawabmu sebelumnya.
Dari jauh datang seorang petugas lain yang pakaiannya sama seperti Rafli, dia memegang sebuah papan kecil di tangan kirinya. Dia berjalan melewati anak tadi, L-477.
“Hai apa kabar?” L-477 bertanya kepada petugas itu. “Kabar baik.” Jawabnya. Petugas itu kemudian menuliskan sesuatu di papan kecilnya itu. Kemudian L-477 bertanya kembali. “Kamu tidak apa-apa?” Kamu terkejut ketika L-477 mengucapkan kata itu, begitupun petugas itu.
Petugas itu kemudian berhenti dan menengok keheranan kepada L-477. Ia berbalik dan bertanya kabar kepada L-477. L-477 kembali berkata “Kamu tidak apa-apa?” untuk kedua kalinya. Petugas itu lalu memanggil dua orang petugas lain dan memerintahkan untuk segera membawa L-477. Dengan segera kedua petugas itu memberikan sengatan listrik yang membuat L-477 langsung rubuh terkulai lemas dan segera membawanya pergi.
Kamu sangat terkejut melihatnya dan tak percaya dengan apa yang kamu lihat. Anak-anak lain di sekitarmu nampaknya tidak terganggu dengan kejadian itu. Ada apa ini sebenarnya?
Kemudian si petugas tadi melihatmu dan berjalan mendekatimu. Kamu hanya terdiam saja memandangnya. Kamu berusaha tenang agar tidak terjadi masalah. Petugas itu bertanya kepadamu. “Hai apa kabar?” Kamu menjawab. “Kabar baik.” Dia menatapmu cukup lama kemudian mengelus kepalamu. “Anak baik.” Ucapnya. Kemudian dia meninggalkanmu.
Melihat L-477 tadi dibawa seperti itu, Kamu harus bisa menjaga “bicaramu” itu agar tidak diketahui oleh para petugas. Tapi yang membuat kamu heran adalah kenapa dokter itu membiarkanmu begitu ketika kamu bangun, tidak seperti para petugas ini yang langsung melakukan tindakan ketika hal itu terjadi.
Cerpen Karangan: Zed Blog: catatanzed.blogspot.com Penulis biasa – biasa saja.