Suara sirine berbunyi dan seluruh petugas kembali membawa anak-anak keluar dari ruangan itu. Kamu diarahkan seorang petugas untuk kembali masuk ke ruanganmu. Sebelum masuk ke dalam kamar, para petugas itu melepaskan gelang yang ada di tangan semua anak, termasuk tanganmu. Kemudian membaringkanmu di tempat tidur yang ternyata berbentuk seperti kasur perawatan di rumah sakit yang di atasnya terdapat helm yang tersambung kepada kabel-kabel besar yang juga tersambung ke sebuah alat sebesar lemari pakaian yang ada di belakang setiap kasur. Seorang petugas memasangkan helm itu kepadamu dan setelah beberapa saat, alat itu seperti menyala, menyilaukan matamu dan kamu perlahan tidak sadarkan diri.
Esoknya kamu terbangun seperti biasa. Para petugas datang dan dokter memeriksa semua anak. Beberapa kasur lain nampak kosong, beberapa anak nampaknya tidak kembali ke ruangan ini. Ketika dokter mendekatimu kamu hanya diam saja dan dokter tidak mencurigaimu seperti kemarin. Kamu dibawa kembali untuk mandi dan seperti biasa memasuki ruangan kaca itu kembali untuk bertemu Rafli. Anehnya, Sikap dia kemarin dan sekarang sama saja, Kamu seperti mengalami Déjà vu. Kamu diajarkan beberapa kosakata baru, dan reaksi anak lain pun sama seperti kemarin. Mereka hanya mengucapkan kata yang diajarkan pada saat itu. Setelah itu kamu dibiarkan kembali di ruangan besar dengan anak-anak lain yang tingkah lakunya sama seperti kemarin.
Kamu teringat bahwa ada beberapa anak yang sedang bermain catur, kamu mencoba bertanya kepada mereka tapi hasilnya sama. Mereka hanya mengenal kata “Hai apa kabar?” dan “Kabar baik” saja. Selebihnya mereka hanya bisa bermain catur saja, meskipun setelah kamu lihat lebih teliti, mereka hanya memindahkan bidak-bidaknya sembarangan. Kamu kemudian berinisiatif untuk mencari tahu tempat ini lebih jauh. Kamu berjalan menuju tempat para petugas biasanya muncul. Di dekat sana ada beberapa anak yang diam dan beberapa lagi yang sepertinya dengan asyik berbicara menanyakan kabar mereka secara terus menerus. Setelah kamu mencapai pintu, kamu melihat ke jendela pintu untuk melihat ada apa dibalik pintu itu.
“Hai apa yang kamu lakukan.” Terdengar suara asing menegurmu dari belakang. Sial, seseorang nampaknya memergokimu. Kamu menoleh kebelakang dan dua orang penjaga mendekatimu. “Aaak…” “Bodoh kamu. Dia tidak akan menjawabnya.” Petugas lainnya menegur dan memukul kepala temannya. Mendengar itu, seketika kamu langsung diam. “Tuh lihat kan? Subjek ini tidak akan menjawab jika pertanyaannya tidak ditanamkan sebelumnya.” Petugas itu menjelaskan kepada temannya. “Benar juga.” Jawabnya “Hai apa kabar?” dia kemudian bertanya kepadamu. “Kabar baik.” Kamu menjawabnya. Mereka meninggalkanmu dan masuk ke pintu di belakangmu. Sepertinya hari ini kamu tidak bisa pergi lebih jauh lagi.
Beberapa hari selanjutnya semuanya tetap sama, dari awal kamu bangun sampai tertidur kembali. Kamu sudah tidak tahu berapa hari yang kamu lewati dengan kejadian yang nyaris sama di setiap harinya. Setelah selesai ditanam pengetahuan oleh Rafli, hari ini kamu hanya duduk di kursi dan melihat sekitar yang sudah kamu hafal meskipun kamu menutup mata, kamu tidak akan tersesat. Semenjak kejadian terakhir, pintu tempat keluar masuknya petugas selalu diawasi dua orang penjaga.
“Hai apa kabar?” seseorang memanggilmu dari belakang. “Kabar baik.” Kamu menjawabnya tanpa menoleh. “Kamu tidak apa-apa?” dia kembali bertanya. “Ya, aku baik-baik saja.” Jawabmu Baru kali ini ada seseorang yang menanyakan dua hal yang berbeda kepadamu.
Tunggu dulu. Astaga! Jangan-jangan yang bertanya itu adalah petugas yang mencurigaimu waktu itu. Dengan perlahan kamu menoleh dan melihat L-477 sedang berdiri di belakangmu. “Kamu kembali?” tanyamu penuh keheranan. “Ya, aku kembali.” Jawabnya.
Aneh sekali, bagaimana dia bisa menjawabmu. Kamu melihat sekeliling, jangan-jangan ada petugas yang sedang mengintaimu. Nihil, kamu tidak menemukan adanya petugas yang sedang memantaumu, kedua orang penjaga pintu rasanya terlalu jauh jika sengaja memantaumu.
“Duduk disini.” Kamu mengajak L-477 untuk duduk disampingmu. Dia mengangguk dan duduk. Kamu penasaran L-477 bisa ada disini, padahal kamu melihat sendiri dia dibawa dan dilumpuhkan dengan kejutan listrik meskipun tidak ada perlawanan darinya.
“Kemana kamu selama ini?” Ucapmu. “Aku diberi pengetahuan lebih, mereka bilang aku subjek istimewa.” Tuturnya. Benar juga, jika diingat-ingat, kedua petugas yang memergokimu waktu itu pun menyebutmu dengan kata “Subjek”. “Jika kamu istimewa, kenapa kamu kembali?” Tanyamu. “Aku membawa kabar gembira buatmu, kamu juga istimewa.” Dia kemudian berdiri dan meninggalkanmu. Nampak dia berjalan ke arah dua orang penjaga dan kedua penjaga itu mempersilahkan L-477 masuk.
Kamu istimewa? Kabar gembira? Apakah ini perangkap? Kamu tidak melihat ada petugas yang mendekatimu.
Sirine kemudian berbunyi pertanda kamu harus kembali ke kamar tidur. Di dalam kamar, kamu terduduk di tempat tidur dan memikirkan apakah kabar gembira yang L-477 katakan. Ketika petugas ingin memasangkan helm itu, Seorang dokter datang dan menghentikannya. Kemudian dokter itu mendekatimu, dia mengangguk-angguk sambil membaca sesuatu di tangannya. Dia melihatmu dan tersenyum kepadamu. “Ini adalah mukjizat! Proyek Tuan berhasil dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan kami.” Dokter itu kemudian memasangkan helm ke kepalamu dan kamu pun tak sadarkan diri.
Kamu terbangun dan rasanya tidurmu cukup lelap hari ini. Tempat tidur yang kamu tempati rasanya sangat nyaman, dengan balutan selimut hangat yang membuatmu enggan untuk beranjak dari tempat itu, rasanya nikmat sekali. Kamu membuka mata dan berusaha bangun. Kamu memakai selop yang tersedia di sana dan berjalan di atas karpet beludru yang empuk. Kemudian dua orang pelayan masuk membawakanmu secangkir teh hangat dan biskuit. Dokter Fajar muncul di balik kedua pelayan itu.
“Selamat pagi Prof. Ridwan, bagaimana rasanya hari ini? Nampaknya subjek ini memiliki memori yang kuat.” Ucap dokter Fajar sambil tersenyum puas. “Kerja yang bagus Dok, bagaimana perkembangan subjek untuk istri saya?” tanyamu. “Hampir selesai Prof, hanya saja saya memerlukan waktu penelitian lebih lama untuk benar-benar mendapatkan hasil sempurna yang sama seperti yang tuan gunakan sekarang.” Tuturnya. “Sebuah keajaiban untuk tuan bisa mendapatkan donor yang sempurna secepat ini.” Tambahnya. “Tidak apa, cepat selesaikan saja, aku ingin segera menemui istriku lagi.” Ucapmu. “B-bbaik Prof, saya akan berusaha sebaik mungkin.” Dokter fajar kemudian bergegas keluar dari ruanganmu. “Sebaiknya Prof. Ridwan istirahat saja karena telah cukup lama berada di tabung kriogenik. Kami masih harus memerksa keadaan tuan.” Dokter Fajar kemudian menutup pintu ruanganmu.
Kamu duduk di sebuah kursi dan didepanmu terpampang beberapa layar besar yang memperlihatkan beberapa ruangan seperti ruangan kamar tidur dengan helm pembaca otak, ruangan kaca tempat Rafli menanamkan ingatan kepada subjek-subjek, ruangan aula tempat para subjek itu berkumpul, dan masih banyak lagi penelitian lainnya. Beberapa layar memperlihatkan penghapusan subjek pria yang gagal dalam percobaan ini. Dalam satu layar, terlihat dokter Fajar tengah memeriksa subjek wanita untuk donor istrimu.
“Tunggu sebentar lagi sayang, aku pasti akan membangunkanmu dari tidur panjangmu.” Ucapmu sambil mengusap-usap sebuah layar lain yang menunjukkan tabung kriogenik yang bertuliskan “ISABELLA”.
Cerpen Karangan: Zed Blog: catatanzed.blogspot.com Penulis biasa – biasa saja.