“AAARGHH!!!” Dani membanting handphone-nya ke lantai. “Santai dong bro, kamu kenapa?” Tanya Andi kepada Dani meskipun tatapannya tidak bergeming dari layar handphone-nya. “Hp-nya restart terus, kayaknya harus ganti.” “Kasih aja ke mas Abdi, dia suka benerin Hp.’ Kata Andi. “Udah waktunya ganti, soalnya ini RAM-nya kecil. Kalo pake main game terus kasian.” “Oh kalo gitu sih bagus. Hihihi.” Jawab Rian. “Yaudah aku pulang dulu yah.” Dani kemudian pergi meninggalkan Andi yang tetap tidak melirik dan hanya fokus ke layar handphone-nya. Dani kemudian mengusap-usap handphone-nya yang jatuh ke lantai. Dia melihat dengan teliti dan membolak-balikkan handphone-nya. “Syukurlah tidak ada yang pecah.” Gumamnya sambil terus mengusap handphone-nya yang penuh debu.
Esoknya, Dani pergi ke sebuah Mall elektronik di dekat rumahnya karena sekolah libur. Dani ingin mencari handphone baru. Sebenarnya ia ingin handphone gaming seri terbaru yang baru rilis seminggu yang lalu. Tapi Dani tidak punya cukup uang untuk membelinya. Sekarang pun dia hanya punya uang sisa hari raya kemarin yang sengaja ia simpan karena memang sudah merencanakan akan membeli handphone baru. Itu juga sudah ditambah lagi oleh orangtuanya.
Dani berkeliling melihat-lihat handphone yang dijajakan berbagai kios, suasana weekend memang selalu ramai ditambah lagi mbak-mbak dan mas-mas penjual yang bersahutan silih berganti menawarkan produknya. Banyak handphone yang ia mau, tapi ia juga mencari harga yang miring.
“BRUK!!” Dani tidak sengaja menabrak seseorang karena matanya yang terus memperhatikan handphone tanpa melihat ke depan. Seorang pria dengan kemeja putih berdasi hitam dan celana panjang hitam berdiri di depan Dani. “Aduh, maaf mas! Nggak sengaja.” “Tidak apa-apa dik. Boleh saya minta waktunya sebentar?” Tanya pria itu dengan senyuman lebarnya. Rambutnya kelimis rapi dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Pria itu telihat sangat tinggi karena badannya yang sangat kurus. “Ah enggak mas, maaf.” Kata Dani sambil berusaha meninggalkan pria itu. Pikirnya, pria itu mungkin akan menawarkan Laptop karena memang sekarang Dani berada di depan kios Komputer.
Pundak Dani kemudian dipegang dan dia berbisik kepada Dani. “Sebentar saja, kami sedang mencari pengguna baru untuk bekerja sama dengan kami. Tugasnya hanya me-review handphone baru kami selama beberapa bulan dan berhak menggunakan handphone-nya setelahnya.” Kata pria itu sambil kemudian melepaskan genggaman eratnya. Dani kemudian meremas pundaknya yang sakit dan berbalik. Terdengar menggiurkan. Me-review handphone untuk beberapa bulan dan akan diberikan handphone baru. Pikirnya.
“Apa yang harus aku lakukan?” Tanya Dani yang tertarik dengan tawaran pria itu. “Mari, ikuti saya.” Pria itu tersenyum dan kemudian berbalik, berjalan dengan cepat. Dani berusaha mengikutinya hingga akhirnya sampailah mereka di sebuah kios kecil di ujung lorong. Kios itu hanya kosong tanpa ada satu barang pun yang ada di kios itu. Terlihat seperti baru saja dibuka dan hanya dibersihkan saja. Hanya ada sebuah meja dan dua buah kursi diantaranya.
Pria itu kemudian masuk ke dalam dan duduk, memepersilahkan Dani untuk masuk dan duduk juga di kursi yang tersedia. “Selamat siang. Perkenalkan saya adalah Tan.” Ucapnya sambil menunjuk ke nametag bertuliskan Mr. Tan yang terpasang di pakaiannya. “Saya sedang mencari beberapa orang untuk mencoba handphone baru dari perusahaan kami.” Mr. Tan itu menjelaskan perusahaannya tapi Dani tidak begitu tertarik. “Tunggu sebentar, saya akan ambil dulu produknya.” Kata Mr. Tan sambil meninggalkan Dani, membuka pintu di belakang dan masuk ke dalam sebuah ruangan.
Dani melihat ke sekeliling memang tidak ada apapun di kios ini. Dani pun sedikit ragu apa benar Mr. Tan itu akan memberikan handphone secara cuma-cuma. Lagipula sekarang banyak penipuan terjadi. Tapi kalaupun Dani dalam bahaya dia bisa teriak dengan keras karena di lorong ini banyak orang lalu lalang.
Tak lama kemudian dia muncul kembali dan membawa sebuah handphone di tangannya. ‘Ini adalah purwarupa dari handphone kami. Kami menamainya U-Cell.’ Pria itu kemudian menjelaskan bahwa handphone itu sudah diuji oleh beberapa orang sebelum dipasarkan dan sekarang uji coba kedua kepada konsumen sebelum di pasarkan secara global. Beberapa orang terpilih akan diberikan handphone untuk diujicoba dan nanti hasil ujicoba berupa review-nya akan dievaluasi pihak perusahaan. “Anda bisa memiliki handphone ini jika anda mau menandatangani persyaratan yang kami berikan. Bagaimana? Anda berminat?” Tanyanya sambil menatap tajam kepada Dani.
Dani kemudian diberikan beberapa lembar kertas yang berisikan tulisan-tulisan perjanjian yang begitu banyak. Dia tidak tertarik dengan tulisan-tulisan kecil yang membuatnya mengantuk. Tapi dia sangat tertarik dengan handphone ‘gratis’ di hadapannya yang akan segera dia miliki. Jika dia mendapatkan handphone itu, dia bisa kembali bermain game yang dia suka dan uangnya bisa dia belikan barang lain.
“Jadi yang harus aku lakukan cuma tanda tangan ini?” Tanya Dani. “Anda perlu membacanya terlebih dahulu sebelum menyetujui semua surat perjanjian ini.” Kata Mr. Tan sambil tersenyum. Dani langsung mengambil kertas itu dan membaca beberapa kalimat yang sama sekali ia tidak pahami, dia hanya membaca beberapa dan kemudian menandatanganinya dengan cepat satu persatu.
“Anda yakin sudah membaca semuanya?” Tanya Mr. Tan. ‘Ya!’ Jawab Dani dengan cepat. “Satu lagi..” Mr. Tan menyodorkan kertas dan terlihat di bawah tertulis sampel darah. “Apa ini?” Tanya Dani kebingungan. “Handphone kami memiliki fitur Healthcare yang bisa memantau kesehatan penggunanya. Tanpa pikir panjang Dani pun menyetujuinya, dia memberikan jarinya untuk ditusuk jarum dan menempelkan darahnya ke kertas yang tadi diperlihatkan.
“Apa anda yakin akan bekerja sama dan me-review produk kami?” Mr. Tan bertanya kembali. “Iya, saya yakin!” Jawab Dani. Mr. Tan diam sejenak. Lalu mengambil berkas yang sudah ditandatangani Dani. “Silahkan lihat terlebih dahulu produknya. Handphone untuk anda akan saya ambilkan dan daftarkan terlebih dahulu.” Kemudian dia memberikan handphone itu kepada Dani lalu pergi kembali ke ruang belakang untuk mengambil handphone yang akan digunakan Dani.
Dani kemudian melihat-lihat handphone di genggamannya itu. Dia membuka dan melihat info spesifikasi handphone itu dan cukup terkejut mengetahui bahwa handphone itu memiliki fitur dan spesfikasi yang lumayan bagus setara handphone-handphone High-end bahkan bisa menyaingi beberapa Flagship dari beberapa merk lain meskipun merk U-Cell ini masih belum begitu terkenal. Untuk sekadar bermain game mobile rasanya sudah lebih dari cukup.
Setelah beberapa saat, Mr. Tan kembali membawa sebuah kotak putih polos. Dia kemudian duduk dan melihat Dani yang terlihat kagum dengan handphone tersebut. “Baiklah. Ini handphone yang akan anda gunakan.” “Satu lagi. Ini adalah form aplikasi U-Health. Salah satu program kesehatan yang sedang kami kembangkan yang kami singgung tadi.” “Tolong pindai seluruh jari tangan anda di layar ini.” Mr. Tan menyerahkan sebuah tablet berukuran 10 inchi. Tanpa pikir panjang Dani pun memindai ke sepuluh jari tangannya.
“Sekarang anda login menggunakan nama dan scan jari anda di handphone ini.” Pria itu memberikan kotak handphonenya kepada Dani. Dengan gembiranya, Dani membuka kotak putih polos tersebut yang berisikan sebuah handphone, kabel data beserta kepala chargernya dan juga sepasang TWS. Cukup komplit juga disaat beberapa brand sekarang sudah tidak memberikan headset bahkan kepala charger sekalipun.
Dani kemudian menghidupkan handphone itu dan setelah tulisan U-Cell berwarna merah muncul, Dani kemudian memasukkan namanya dan membuka handphone-nya dengan scan jari. Seketika handphone itu terbuka dan muncul sebuah tulisan ‘Selamat datang Dani’ kemudian disusul tampilan layar yang tertera beberapa aplikasi bawaan standar seperti handphone lainnya.
“Baik jika sudah selesai, nanti setiap bulan dalam enam bulan ke depan anda akan kami kirim form isian untuk menceritakan pengalaman menggunakan handphone ini.” “Terimakasih telah menjadi bagian dari kami, kami sangat menunggu review-nya dari anda.” Mr. Tan kemudian berdiri dan tersenyum. Dani kemudian berdiri dan menyalaminya, kemudian dia pergi ke luar dari kios itu. Mr. Tan hanya diam menatap Dani tajam sambil tersenyum menyeringai.
“Akhirnya punya hp baru tapa keluar uang sepeser pun.” Ucapnya dalam hati.
Dani kemudian pulang ke rumah dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia kemudian membuka dus handphone itu dan menyalakan handphone-nya. Setelah melakukan pengaturan di handphone-nya. Dani kemudian mendownload beberapa game yang sering ia mainkan.
“Malam ini mabar yuk.” Ketik Dani di grup Whatsapp-nya. “Ciee udah dapet hp baru nih.” Jawab Andi. “Ok siap”, “Gaskeun.” Jawab Dadan dan Rian. “Sori, gak ngumpul malam ini. Biasa harus bantu babeh.” Balas Dani.
Malam pun tiba. Dani melihat di handphone lamanya terdapat beberapa chat yang belum dibaca. Dani kemudian mengambil handphone barunya dan membuka aplikasi gamenya. Dia memang sengaja belum mengganti handphone lamanya. Biar handphone barunya digunakan hanya untuk bermain game. Sedangkan yang lama untuk kebutuhan lain.
“Oh iya, kan aku ada TWS juga.” Gumamnya. Dani kemudian memasangkan TWS-nya. Setelah selesai Dani kemudian membuka aplikasi permainannya. Muncul pop-up di layar handphone “TWS terpasang, Apakah kamu ingin menggunakan gaming mode?” Di pesan itu terdapat user agreement yang harus dibaca terlebih dahulu. Tanpa membacanya, Dani langsung mencentang kolom ‘I agree to these terms and conditions.’ dan langsung menekan tombol ‘YA’. Kemudian muncul tanda centang dan layar beralih ke dalam permainan.
Muncul lagi pop-up ‘Scan jari untuk memulai gaming mode’. Dani kemudian menekankan jari jempolnya ke layar hp. Sesaat kemudian di Telinga Dani terasa seperti ada kejutan listrik dan seperti ada sesuatu yang merayap masuk ke dalam telinga Dani dari TWS-nya. Dani merasa geli dan mencoba membuka TWS-nya. Dia mencolek-colek telinganya tapi tidak menemukan apa-apa. Dia melihat TWS-nya dalam keadaan baik-baik saja. ‘Ah sudahlah. Mungkin tadi hanya perasaanku saja.” Gumamnya. Dani memang tidak suka menggunakan earphone saat bermain game atau bahkan saat menggunakan handphone.
Cerpen Karangan: Zed Blog: catatanzed.blogspot.com Penulis biasa-biasa saja.