Ketika membuka mata dan bangun dari tidurku. Hanya ada kesunyian yang memenuhi tempat ini. Kutatap dari ujung ke ujung dipenuhi oleh buku-buku yang tak terhitung jumlahnya. Buku-buku tersebut tersusun rapi pada rak, seolah tak pernah tersentuh manusia.
Perpustakaan ini begitu penuh dengan buku bagaikan labirin. Hanya ada satu pintu yang terkunci. Sudah kucoba untuk mendobraknya, namun itu sia-sia. Tentu ada beberapa jendela, tapi saat aku melihat keluar. Aku tak menemukan apa-apa, hanya cahaya putih kosong.
‘Tempat apa ini? Mengapa aku bisa berada disini?’ Aku terus berpikir keras untuk mencari tahu. Aku mengambil kursi dan beberapa buku tebal, mencoba memecahkan jendela. Tapi itu tak berhasil. Aku berteriak meminta tolong, namun tak ada respons. Ruangan ini seperti ilusi.
‘Apa jangan-jangan ini mimpi?!’ Ide yang terlintas dalam pikiranku sontak membuatku mencubit diri sendiri, namun tak terjadi apa-apa. Jika dipikir-pikir lagi, sepertinya aku melewatkan sesuatu yang penting “…Siapa aku?”
Ini benar-benar aneh, aku tak tahu tempat ini, siapa aku, usiaku, bahkan namaku. Tapi sejak awal aku seperti merasakan sesuatu. Perasaan ini seperti… Kesepian? Rindu? Entahlah, mungkin karena aku sendirian disini, rasanya sangat kesepian. Tapi kenapa rindu? Kenapa rasanya aku seperti menunggu kehadiran seseorang?
Hari demi hari aku habiskan dengan membaca buku, berharap menemukan jawaban dari pertanyaanku. Entah sudah berapa lama aku berada disini, aku tak merasakan lapar atau apapun itu. Aku hanya bisa membaca buku ataupun tidur. Jujur saja, aku merasa sedikit kesepian.
Aku pikir semua buku disini telah kubaca. Buku karya penulis dari berbagai belahan dunia, atau berbagai genre, semua sudah kubaca. Sudah berapa lama aku disini? Sebulan? Setahun? Atau bahkan bertahun-tahun? Aku tidak tahu lagi. Tapi perasaan aneh itu tetap saja ada, perasaan rindu akan seseorang itu masih mengganggu pikiranku.
Bangun dari kursi, aku berniat untuk menjelajahi perpustakaan misterius ini untuk kesekian kalinya. Memang membosankan tapi aku nasih berharap untuk menemukan jalan keluar. Anehnya, kali ini aku menemukan buku berwarna putih, tergeletak begitu saja di lantai.
Aku yakin aku belum pernah membaca buku aneh ini. Buku ini tampak seperti buku normal. Di sampulnya tidak terdapat judul atau nama penulis, hanya warna putih polos. Karena rasa penasaranku yang memuncak, aku memutuskan untuk kembali dan membaca buku itu.
~ Di sebuah tempat antah-berantah. Terdapat seorang pengembara yang tersesat. Si Pengembara bertemu dengan orang misterius yang tampak sudah menunggu kehadirannya. “Wahh, lihat siapa yang muncul. Aku sudah lelah menunggu. Sedang apa kau disini?” Tanyanya. “Aku sedang mencari jati diriku. Siapa aku? Dan apa arti sebenarnya dari dunia?” Jawab si Pengembara. “Maka, jika begitu, aku akan menjadi pemandumu.” Sahut si Pemandu. ~
~ Sang Pengembara dan si Pemandu terus berjelajah bersama mencari jawaban sang Pengembara yang tersesat. Tanpa diketahui, ternyata si Pemandu juga tersesat. Dia sendiri tidak tahu jati dirinya, atau bahkan apa itu arti dunia yang sebenarnya. Hingga pada akhirnya, mereka tetap berjelajah bersama. Mencari jawaban satu sama lain. ~
~ Ternyata, sang Pengembara dan si Pemandu berasal dari dunia yang berbeda. Mereka memiliki kehidupan masing-masing dengan keinginan yang berbeda-beda. Tapi dunia yang diinginkan si Pemandu adalah dunia dimana mereka bisa bersama. Namun sayang, takdir berkata lain, mereka harus berpisah dan terbangun di dunianya masing-masing. ~
~ Meski telah lama berpisah. Tak peduli berapa lama waktu berjalan. Si Pemandu yang merindukan kehadiran sang Pengembara tetap menunggu. Dia tak akan pernah melupakan dirinya. Tak peduli meski ia kesepian, si Pemandu tetap setia menunggu sang Pengembara. Karena mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Tak peduli di dunia manapun itu dan kapanpun itu, mereka akan selalu mengulangi takdir ini. ~
Tanpa sadar mataku sudah berlinang air mata. Setelah membaca buku ini, hatiku merasa hangat, namun aku tak dapat menahan air mataku. Aku mengingat semuanya. Tentang siapa aku sebenarnya dan mengapa aku bisa berada di tempat ini. ‘Ah, aku mengerti. Ini adalah alasan mengapa aku merasa kesepian, alasan mengapa aku merindukan seseorang.’
Perpustakaan membosankan ini sudah ditakdirkan sebagai tempatku, dan juga duniaku. Tempat ini juga bukanlah mimpi. Hanya ada aku disini, sendirian menunggu kehadirannya. Tak peduli meski aku kesepian, aku akan tetap menunggunya. “Aku sangat merindukanmu.” Sebuah kalimat dari lubuk hati terdalam kulontarkan sambil mengusap air mataku. Jika boleh jujur, aku sangat ingin bertemu denganmu lagi secepat mungkin.
*Tap Tap Tap ‘Suara… Langkah kaki? Apa ini sungguhan?’ aku bertanya pada diri sendiri. Jika ada orang yang datang, itu pasti dia. Ini bukanlah mimpi. Kita akhirnya bertemu kembali. Mataku langsung berbinar-binar, tidak sabar untuk bertemu. Perasaan sedih dan kesepian langsung sirna kala mendengar langkah kaki tersebut.
‘Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?’ Tampaknya aku sangat tidak sabar menantikan momen ini hingga panik. Jantungku berdetak tidak karuan. ‘Bagaimana aku akan menyambutnya?’ Saking paniknya aku bingung harus mengatakan apa saat bertemu. Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba tetap tenang, benar, aku hanya perlu bersikap santai dan menyambutnya seperti biasa.
Pintu yang sejak kemarin terkunci tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok yang membukanya. Sosok itu berjalan masuk perlahan dengan kebingungan layaknya orang tersesat. Aku menatap kearahnya dengan tatapan tidak percaya. Sebuah senyum tipis terukir di wajahku dan bersiap untuk menyambut sosok dihadapanku.
“Wahh, lihat siapa yang muncul. Aku sudah lelah menunggu.”
Cerpen Karangan: Faniel Vian